Kamis, 01 Maret 2018

SENIOR HIGH SCHOOL PART 1

Main Cast :
  1. Kim Taeyeon
  2. Jung Jinyoung
  3. Jung Jessica
  4. Choi Minho
  5. Park Chanyeol
Other Cast :
  1. Oh Yeonseo as Jung Inyoung (Ibu Jessica, Guru Bahasa inggris)
     2.      Joowon as Jung Joowon (Ayah Jinyoung)
    3.      Leejoon as Jung Joonyoung (Ayah Jessica)
    4.      Kim Taehee as Ibu Jinyoung
    5.      Jung Illwoo as Paman Jinyoung (Saudara Joowon)
    6.      Nam Gyuri as Bibi Jinyoung (Istri Illwoo)
    7.      Ahn jaehyun as Wali Kelas 10 – 2 di SMA Busan (kelas Taeyeon)

    #################################################################


PART 1
 “Awal Pertemuan Yang Tidak Terduga”

Di sebuah sekolah menengah atas terbaik di seoul. Khususnya di kelas 10 – 5, dari luar kelas terdengar sangat riuh sekali. Seorang guru terlihat baru memasuki kelas itu, dan sepertinya murid – murid itu tidak mempedulikan kehadiran sang guru. Bahkan meskipun sang guru sudah mengetuk mejanya berkali – kali dengan keras. Namun tetap tidak ada yang menghiraukannya. Guru itu sangat kesal dan merasa putus asa. Padahal itu adalah guru baru yang akan mengajar di kelas 10 – 5 sekaligus menjadi wali kelas tersebut.

Setelah keluar dari kelas tersebut, guru itu menangis di ruang guru dan seketika mengajukan surat pengunduran diri kepada kepala sekolah. Kepala sekolah tentu saja berusaha membujuknya namun guru itu tetap pada pendiriannya. 

Hingga setelah kepergian guru itu, kepala sekolah akhirnya mendatangi kelas 10 – 5 dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Sebenarnya kepala sekolah sudah tidak heran lagi, karena kelas 10 – 5 memang sudah terkenal sebagai kelas yang bandel dan sangat sulit diatur.
Namun kedatangan kepala sekolah ini bukan untuk mencari tahu alasan kenapa guru itu langsung mengundurkan diri di awal kerjanya. Ia hanya ingin memperingatkan kepada kelas 10 – 5 agar bertindak hati – hati lain waktu jika tidak ingin mendapat masalah.

Dan saat pertama kali masuk kelas 10 – 5, kepala sekolah sudah hampir terkena lemparan sepatu oleh salah satu murid di kelas itu. “aigoo, jika masuk setidaknya anda mengetuk pintu dulu pak. Jadinya seperti ini kan, anda hampir terkena lemparan sepatuku. hahaha” ujar salah seorang murid pemilik sepatu itu. Kepala sekolah hanya tersenyum dan mengambil sepatu lalu meletakkannya di meja guru.
Ia berdiri di podium tempat guru biasa mengajar. “semua tolong perhatikan sebentar!” ujar sang kepala sekolah agak keras. Dan semua diam, walau tidak 100%. “ada apa pak? Apa guru baru tadi mengadu pada bapak? Memang apa yang guru baru itu katakan pak?” tanya seorang murid dengan tersenyum. “bapak kesini bukan untuk menanyai alasan guru baru itu mengundurkan diri, tapi bapak disini hanya ingin memperingatkan kalian saja. Bahwa…”

“hwaa, benarkah guru baru itu mengundurkan diri pak? Astaga, ini hebat sekali teman – teman. Hwaa..” potong salah seorang murid lainnya, dan semua nya pun bersorak – sorak. “hei tenang – tenang semuanya.” Sang kepala sekolah mulai tidak dihiraukan lagi. “DIAM SEMUANYA.” Akhirnya karena merasa jengkel sang kepala sekolah pun mengeluarkan emosinya dengan mengeluarkan suaranya dengan keras dan lantang. Dan semuanya pun diam karena saking kagetnya.
“kalian ini benar – benar tidak ada sopan santunnya sama sekali ya pada orang tua. Jika orang tua kalian tahu hal ini, mereka akan sangat kecewa. Kalian sudah besar, hargai kerja keras orang tua kalian itu.” Nasihat sang kepala sekolah.

“sudahlah pak, kami sudah lelah mendengar nasihat bapak itu. Sudah berkali – kali bapak mengatakan hal itu.” Timpal murid yang tadi memotong pembicaraan kepala sekolah. “Jinyoung – aa, kau harus mulai hati – hati sekarang. Poin mu sudah terkumpul 90%, hanya menambah 10% lagi kau akan dikeluarkan dari sekolah ini.” Ancam kepala sekolah itu.

“memangnya bapak berani mengeluarkanku dari sekolah ini? Bapak tahu sendiri kan siapa ayahku itu?” giliran Jinyoung bertanya dengan nada mengejek. “aku tahu bahkan seluruh sekolah ini tahu kalau ayahmu adalah pemilik gedung sekolah ini. Tidak perlu kau ingatkan lagi hal itu, tapi aku sebagai kepala sekolah akan bertindak tegas pada murid yang telah melanggar peraturan. Meskipun itu adalah dirimu Jinyoung, anak pemilik sekolah ini. Kau ingat itu baik – baik.” Kepala sekolah menatap tajam pada Jinyoung. begitupun sebaliknya.

“tidak hanya Jinyoung, tapi semuanya. Kalian lihat sendiri nanti apa yang akan ku lakukan pada kalian semua.” Setelah mengatakan hal itu, kepala sekolah pun pergi. Salah seorang murid maju kedepan dan mengambil sepatunya lalu memakainya dan menghampiri murid laki – laki yang dipanggil Jinyoung tadi.

“kau yakin kepala sekolah akan mengeluarkanmu dari sekolah ini?” tanyanya. Jinyoung hanya tesenyum miring. “kau tenang saja, pria tua itu tidak akan berani melawan ayahku.” Balasnya. “hya, kau hebat sekali Jinyoung. sudah hampir 10 guru baru yang masuk ke kelas ini keluar di hari pertama mereka mengajar. Dan itu semua karenamu. Kau sungguh hebat.” Puji temannya yang lain.
Tidak lama kemudian, seorang gadis dari kelas lain mendatangi Jinyoung dan memberinya sebuah bingkisan. “Jinyoung – aa, terimalah ini.” Ujar gadis itu seraya menyodorkan bingkisan pada Jinyoung. Jinyoung tersenyum dan menerimanya. “terima kasih” jawabnya singkat. Gadis itu Nampak kegirangan, ia pun pamit kembali ke kelasnya. Dan Jinyoung bangkit diikuti teman - temannya keluar kelas menuju kantin, karena mereka tidak ada jam, ralat tetapi tidak ada yang mengajar.

Setelah keluar dari kelas, Jinyoung membuang bingkisan tadi ke tempat sampah. “hei kenapa kau membuangnya?” tanya salah seorang temannya. “aku tidak membutuhkannya.” Jawab Jinyoung singkat. “tapi kau bisa memberikannya pada kami kan. Mungkin saja itu makanan yang enak.” Timpal yang lainnya. “kalau kalian butuh, ambil saja.” Balas Jinyoung. teman – temannya saling menatap satu sama lain dan juga menatap tempat sampahnya. “kurasa tidak perlu.” Bisik salah seorang. Mereka pun akhirnya menyusul Jinyoung yang sudah lebih dulu berjalan.
Sedangkan di ujung Lorong, terdapat seorang lelaki yang tengah mengepalkan tangannya. Ia terlihat kesal sekali melihat Jinyoung dan teman - temannya.

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Sedangkan di sekolah menengah atas yang berada di Busan. Tepatnya di kelas 10 – 2, keadaannya tidak terlalu jauh dengan kelas 10 – 5 di kota tadi, hanya saja mereka tidak bandel seperti 10 – 5. Mereka hanya malas, terbukti beberapa murid ada yang tidur, ada juga yang asyik berdandan dan mengobrol. Sang guru  ternyata juga tertidur setelah memberi soal pada murid – muridnya. Namun ditengah – tengah kemalasan kelas tersebut, terdapat seorang gadis yang tengah dengan serius mengerjakan soalnya. Setelah ia selesai, ia segera mengangkat tangannya dan memanggil gurunya.
“pak saya sudah menyelesaikan soalnya.” Jawabnya dengan bangga. Sang guru kaget dan langsung terbangun. Ia sedikit malu pada murid – muridnya, namun ia berusaha mengalihkannya. “benarkah itu Taeyeon? Kau benar – benar sudah menyelesaikannya? Coba sini, biar bapak lihat.” Perintah sang guru agar Taeyeon maju menghadap mejanya. “iya pak.” Taeyeon pun maju dengan percaya diri seraya menunjukkan jawabannya. Sang guru mengeceknya dan jawaban Taeyeon benar semua.

Guru itu senang sekaligus merasa bangga pada Taeyeon yang selalu mengerjakan soalnya dengan benar, pantas saja ia mendapatkan peringkat 1 berturut – turut di SMP nya. “ya semuanya dengarkan bapak, jawaban Taeyeon sudah benar. Kalian nanti harus belajar padanya. Jangan hanya bermalas – malasan, kalian mengerti!” nasihat sang guru pad akelas 10 – 2. “iya pak.” Jawab semuanya tanpa rasa ikhlas, hal itu terlihat dari wajah mereka. Sang guru hanya bisa mendesah, “astaga, kenapa kalian ini tidak bisa seperti Taeyeon. Mau jadi apa kalian nantinya.” Gumam sang guru. “kau boleh kembali ke bangkumu Taeyeon.” Suruh snag guru pada Taeyeon dan Taeyeon pun kembali ke bangkunya. “yah baiklah, karena waktunya sudah habis. Saya akhiri kelas hari ini, sampai jumpa minggu depan.” Setelah itu sang guru meninggalkan kelas. Dan sepeninggal sang guru dari kelas, semua murid pun tampak senang dan lega karena pelajaran sudah berakhir. Kelas pun menjadi riuh sama seperti kelas 10 – 5 di SMA kota tadi. Taeyeon hanya bisa menggeleng – gelengkan kepalanya melihat tingkah teman – temannya itu.

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Saat jam istirahat, gadis bernama Taeyeon tadi membawa beberapa buku menuju perpustakaan. Saat menyusuri koridor kelas – kelas, diujung jalan ada segerombolan pemain basket yang berjalan berlawanan arah dengannya. Segerombolan pemain basket itu tampak asyik bercengkerama satu sama lain. Sedangkan Taeyeon dengan santainya membawa buku nya dan berjalan terus. Hingga akhirnya mereka pun berpapasan, Taeyeon melewati tim pemain basket itu tanpa melihat ataupun melirik sedikit saja pada tim itu, sedangkan salah seorang dari tim itu berhenti dan menatap Taeyeon yang berjalan terus seolah – olah tidak melihatnya.  Teman – temannya yang menyadari salah satu temannya berhenti pun menanyai nya. “kau tidak apa – apa? Kenapa kau berhenti?” tanya salah seorang temannya. “apa? Tidak, ayo kita lanjutkan.” Balasnya. Ia pun melanjutkan kembali langkah nya bersama teman – temannya.

Kembali ke SMA Seoul

Seseorang tengah tersenyum sinis melihat Jinyoung yang kini sedang disidang di ruang guru, karena didapati membawa obat – obatan terlarang di dalam tasnya. Orang tua Jinyoung juga sudah menghadap wali kelas Jinyoung. kedua orang tua sangat malu dengan kelakuan anaknya ini, walau sebenarnya mereka masih belum mempercayai sepenuhnya. Namun karena wali kelas Jinyoung mengatakan semua keburukan Jinyoung selama di sekolah, akhirnya kedua orang tua Jinyoung tidak ingin menyelidiki kebenarannya dan langsung mengeluarkan anaknya saat itu juga. Jinyoung yang merasa tidak bersalah berusaha membela diri, namun ayahnya malah memukulnya. Ibu Jinyoung berusaha membantu namun ia mengingat kelakuan anaknya itu, ia jadi ragu untuk membantu anaknya. Jinyoung hanya diam terduduk di lantai setelah mendapat pukulan dari sang ayah. “aku benar – benar merasa malu punya anak sepertimu. Mulai sekarang kau tidak perlu pulang ke rumah lagi, aku tidak ingin melihatmu lagi. Kau mengerti!” tegas ayah Jinyoung.

Setelah itu, ayah Jinyoung segera pergi diikuti istrinya. Wali kelas Jinyoung berjongkok di depan Jinyoung seraya menepuk pundaknya. “apa kau merasa menyesal sekarang? Bukankah aku sudah sering mengatakan padamu untuk menjadi anak yang baik? Sekarang apa yang akan kau lakukan huh?” ujar sang wali kelas lalu pergi. Jinyoung mengepalkan tangannya menahan amarahnya, ia pun bangkit dan keluar dari ruang guru. Namun saat baru keluar, seseoarang sudah berdiri didepannya dengan senyuman licik.

“astaga, jadi kau sudah diusir oleh kedua orang tuamu ya? lalu kau akan tidur dimana?” tanyanya dengan nada mengejek. Jinyoung menatap tajam orang itu dengan tangan mengepal di bawah. “aku yakin, semua ini ada campur tanganmu. Akan kupastikan bahwa semua ini adalah ulahmu. Kau tunggu saja itu Hyosin!” balas Jinyoung. “benarkah? Baiklah, aku akan menunggu hari itu tiba.” Sahut orang yang dipanggil hyosin tadi dengan senyum licik. Jinyoung pun segera pergi karena tidak tahan melihat wajah hyosin, jika ia tetap disini bersama hyosin. Ia tidak bisa menjamin kalau ia tidak akan memukul hyosin. Jinyoung sengaja menabrakkan bahunya pada bahu hyosin. Sedangkan hyosin hanya tersenyum penuh kemenangan.

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Di SMA Busan

Sepulang sekolah, Taeyeon selalu membantu neneknya membuka kedai ramennya. Nenek Taeyeon bagian memasak di dapur, sedangkan Taeyeon melayani pengunjung dan membersihkan meja yang sudah tidak ada pengunjungnya. “Taeyeon – ie, tolong antarkan pesanan ini ke jalan dekat taman nomor rumahnya 024.” Panggil nenek Taeyeon dari dapur. “baik nek.” Balas Taeyeon dan menghampiri sang nenek lalu mengambil beberapa bungkus ramen untuk diantarkannya.
Taeyeon pun mengantarkan pesanan ramen dengan berjalan kaki karena ia tidak memiliki kendaraan bahkan sepeda sekalipun. Setelah sampai Taeyeon segera memencet belnya, dan orang di dalam rumah segera menerimanya tidak lupa membayar juga. 

“terima kasih banyak, lain kali pesan yang banyak lagi ya bi.” Kata Taeyeon. “iya.” Balas ibu – ibu itu seraya tersenyum. “apa kau sendiri yang memasaknya?” tanya ibu – ibu itu. “bukan, tapi nenekku, dan masakan nenekku sangat enak. Aku bisa menjaminnya. Jika ramen ini tidak enak, bibi bisa minta ganti rugi padaku.” Canda Taeyeon. “ya ampun, nenekmu beruntung sekali punya cucu yang baik sepertimu.” Puji sang ibu – ibu itu.

“aku yang beruntung punya nenek seperti nenekku, ah baiklah kalau begitu kau permisi dulu bi. Selamat menikmati makanannya.” Taeyeon pun pamit. Ibu itu tersenyum melihat kepergian Taeyeon.
Sepulang mengantar pesanan tadi, Taeyeon berjalan dengan santai menyusuri jalanan sekitar taman itu seraya menikmati udara malam yang lumayan dingin. Taeyeon membawa keranjang yang tadi ia gunakan untuk membawa ramen. Saat hendak menyebrang jalan, Taeyeon melihat seorang nenek – nenek diseberang jalan yang hendak menyebrang. Melihat lampu pejalan kaki yang hijau, Taeyeon segera berlari ke seberang jalan menghampiri nenek itu dan membantu nenek itu menyebrang.

Sebuah mobil yang berhenti di depan Taeyeon, seorang sopir memuji kebaikan Taeyeon yang membantu nenek itu menyebrang. Jinyoung yang duduk di jok belakang mengikuti arah tatapan sopir ayahnya. Ia melihat seorang gadis yang tengah membantu nenek – nenek menyebrang jalan. Jinyoung pun yang tidak berminat seketika memalingkan wajahnya ke samping.

Setelah itu Taeyeon mampir ke minimarket untuk membelikan pesanan neneknya. Setelah mendapat barang – barang pesanan neneknya, Taeyeon membayar di kasir dan segera kembali ke rumah. Namun saat keluar dari pintu minimarket, seseorang menabrak bahunya dan membuatnya terjatuh. Taeyeon mendongak dan mendapati Seohyun tengah berdiri seraya menatapnya.

“kenapa? Apa kau berniat menyuruhku untuk meminta maaf?” tanya Seohyun. Taeyeon bangkit seraya mengambil kantong kreseknya. Ia berdiri di depan Seohyun, “tidak, jika kau merasa bersalah aku tidak perlu menyuruhmu. Tapi kurasa kau tidak merasa bersalah, karena kau bukan manusia.” Balas Taeyeon seraya tersenyum miring lalu berbalik dan meninggalkan Seohyun. Namun saat ia berbalik, ia malah menabrak seseorang yang baru saja memasuki minimarket itu. Tapi untungnya Taeyeon dan orang itu tidak sampai jatuh, Taeyeon pun meminta maaf dengan sedikit membungkuk lalu pergi.

“cih, apa dia baru saja mengejekku? Ya ampun, dia tidak sadar dia sedang berhadapan dengan siapa ya?” kesal Seohyun.
Sedangkan orang ditabrak Taeyeon tadi, segera menahan lengan Taeyeon yang belum berjalan jauh. Hal itu sontak membuat Taeyeon menoleh, “ada apa? Apa kau terluka? Kau kan tidak terjatuh?” tanya Taeyeon heran. Laki – laki itu tersenyum miring. “jika kau menabrak seseorang, apa menurutmu kata maaf sudah cukup?” tanya laki – laki itu yang tidak lain adalah Jinyoung. “lalu kau mau apa?” tanya Taeyeon. “aku ingin membeli sesuatu, setidaknya jika kau merasa bersalah kau harus membayarnya.” Jawab Jinyoung.

“kau gila ya? bagaimana mungkin aku membayarkan belanjaanmu? Kau mau memerasku ya? ck,” decak Taeyeon. “lihatlah, benar dugaanku. Kau itu bukan orang yang baik. Pak jang memang salah menilai orang.” Kata Jinyoung. “apa maksutmu?” tanya Taeyeon yang tidak mengerti. “kau bukan orang yang baik.” Kata Jinyoung dengan memperjelas kata ‘bukan orang baik’. “benar, aku memang bukan orang yang baik. Jadi jangan pernah menganggapku baik.” Balas Taeyeon dengan tajam dan Jinyoung menjadi terdiam mendengar jawaban Taeyeon. Lalu mereka diam sejenak karena tidak memiliki bahan pembicaraan lagi. 

“jika tidak ada yang ingin kau bicarakan lagi, aku pergi.” Taeyeon pun pergi tanpa berniat meladeni permintaan Jinyoung yang menyuruhnya untuk membayarkannya. Sedangkan Jinyoung masih terdiam dengan jawaban Taeyeon tadi. Baru kali ini seorang yeoja bersikap dingin padanya. Apa mungkin karena dia bukan yeoja kota? Apa karena Jinyoung sudah tidak memiliki aura ketampanan lagi setelah dibuang orang tuanya kesini? Selama Jinyoung masih berkutik dengan pikirannya sendiri, seseorang menepuk pundaknya. 

Jinyoung menoleh dan mendapati seorang seorang yeoja tengah tersenyum padanya. “apa kau ingin membeli sesuatu?” tanya yeoja itu yang tidak lain adalah Seohyun. Jinyoung tersenyum mendengarnya, ‘lihatlah, tidak mungkin ketampananku hilang begitu saja hanya karena dibuang orang tuaku.’ Batin Jinyoung dengan tersenyum miring mendengar pertanyaan Seohyun.
Sedangkan Taeyeon berjalan dengan mengomel sendiri, mungkin jika ada orang yang melihatnya mereka akan mengira Taeyeon gila karena berbicara sendiri dan mengomel tidak jelas di jalanan. “membayarkan belanjaannya? Dia gila! Aku saja tidak pernah belanja untuk keperluanku, aku hanya berbelanja keperluan nenek saja. Dan siapa dia berani – berani nya menyuruhku? Jika aku kaya, tidak perlu kau minta. Aku akan membayarkan semua belanjaanmu. Kau dengar itu!” omel Taeyeon, lalu memandang kembali ke minimarket yang masih terlihat di matanya. 

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar