- Kim Taeyeon
- Jung Jinyoung
- Jung Jessica
- Choi Minho
- Park Chanyeol
- Oh Yeonseo as Jung Inyoung
(Ibu Jessica, Guru Bahasa inggris)2. Joowon as Jung Joowon (Ayah Jinyoung)3. Leejoon as Jung Joonyoung (Ayah Jessica)4. Kim Taehee as Ibu Jinyoung5. Jung Illwoo as Paman Jinyoung (Saudara Joowon)6. Nam Gyuri as Bibi Jinyoung (Istri Illwoo)7. Ahn jaehyun as Wali Kelas 10 – 2 di SMA Busan (kelas Taeyeon)#################################################################
“Awal Pertemuan Yang Tidak Terduga”
Di sebuah sekolah menengah atas terbaik di seoul. Khususnya di
kelas 10 – 5, dari luar kelas terdengar sangat riuh sekali. Seorang guru
terlihat baru memasuki kelas itu, dan sepertinya murid – murid itu tidak
mempedulikan kehadiran sang guru. Bahkan meskipun sang guru sudah mengetuk
mejanya berkali – kali dengan keras. Namun tetap tidak ada yang
menghiraukannya. Guru itu sangat kesal dan merasa putus asa. Padahal itu adalah
guru baru yang akan mengajar di kelas 10 – 5 sekaligus menjadi wali kelas
tersebut.
Setelah keluar dari kelas tersebut, guru itu menangis di ruang guru
dan seketika mengajukan surat pengunduran diri kepada kepala sekolah. Kepala
sekolah tentu saja berusaha membujuknya namun guru itu tetap pada pendiriannya.
Hingga setelah kepergian guru itu, kepala sekolah akhirnya
mendatangi kelas 10 – 5 dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Sebenarnya
kepala sekolah sudah tidak heran lagi, karena kelas 10 – 5 memang sudah
terkenal sebagai kelas yang bandel dan sangat sulit diatur.
Namun kedatangan kepala sekolah ini bukan untuk mencari tahu alasan
kenapa guru itu langsung mengundurkan diri di awal kerjanya. Ia hanya ingin
memperingatkan kepada kelas 10 – 5 agar bertindak hati – hati lain waktu jika
tidak ingin mendapat masalah.
Dan saat pertama kali masuk kelas 10 – 5, kepala sekolah sudah
hampir terkena lemparan sepatu oleh salah satu murid di kelas itu. “aigoo, jika
masuk setidaknya anda mengetuk pintu dulu pak. Jadinya seperti ini kan, anda
hampir terkena lemparan sepatuku. hahaha” ujar salah seorang murid pemilik
sepatu itu. Kepala sekolah hanya tersenyum dan mengambil sepatu lalu
meletakkannya di meja guru.
Ia berdiri di podium tempat guru biasa mengajar. “semua tolong
perhatikan sebentar!” ujar sang kepala sekolah agak keras. Dan semua diam, walau
tidak 100%. “ada apa pak? Apa guru baru tadi mengadu pada bapak? Memang apa
yang guru baru itu katakan pak?” tanya seorang murid dengan tersenyum. “bapak
kesini bukan untuk menanyai alasan guru baru itu mengundurkan diri, tapi bapak
disini hanya ingin memperingatkan kalian saja. Bahwa…”
“hwaa, benarkah guru baru itu mengundurkan diri pak? Astaga, ini
hebat sekali teman – teman. Hwaa..” potong salah seorang murid lainnya, dan
semua nya pun bersorak – sorak. “hei tenang – tenang semuanya.” Sang kepala
sekolah mulai tidak dihiraukan lagi. “DIAM SEMUANYA.” Akhirnya karena merasa
jengkel sang kepala sekolah pun mengeluarkan emosinya dengan mengeluarkan
suaranya dengan keras dan lantang. Dan semuanya pun diam karena saking
kagetnya.
“kalian ini benar – benar tidak ada sopan santunnya sama sekali ya
pada orang tua. Jika orang tua kalian tahu hal ini, mereka akan sangat kecewa.
Kalian sudah besar, hargai kerja keras orang tua kalian itu.” Nasihat sang
kepala sekolah.
“sudahlah pak, kami sudah lelah mendengar nasihat bapak itu. Sudah
berkali – kali bapak mengatakan hal itu.” Timpal murid yang tadi memotong
pembicaraan kepala sekolah. “Jinyoung – aa, kau harus mulai hati – hati
sekarang. Poin mu sudah terkumpul 90%, hanya menambah 10% lagi kau akan
dikeluarkan dari sekolah ini.” Ancam kepala sekolah itu.
“memangnya bapak berani mengeluarkanku dari sekolah ini? Bapak tahu
sendiri kan siapa ayahku itu?” giliran Jinyoung bertanya dengan nada mengejek.
“aku tahu bahkan seluruh sekolah ini tahu kalau ayahmu adalah pemilik gedung
sekolah ini. Tidak perlu kau ingatkan lagi hal itu, tapi aku sebagai kepala
sekolah akan bertindak tegas pada murid yang telah melanggar peraturan.
Meskipun itu adalah dirimu Jinyoung, anak pemilik sekolah ini. Kau ingat itu
baik – baik.” Kepala sekolah menatap tajam pada Jinyoung. begitupun sebaliknya.
“tidak hanya Jinyoung, tapi semuanya. Kalian lihat sendiri nanti
apa yang akan ku lakukan pada kalian semua.” Setelah mengatakan hal itu, kepala
sekolah pun pergi. Salah seorang murid maju kedepan dan mengambil sepatunya
lalu memakainya dan menghampiri murid laki – laki yang dipanggil Jinyoung tadi.
“kau yakin kepala sekolah akan mengeluarkanmu dari sekolah ini?”
tanyanya. Jinyoung hanya tesenyum miring. “kau tenang saja, pria tua itu tidak
akan berani melawan ayahku.” Balasnya. “hya, kau hebat sekali Jinyoung. sudah
hampir 10 guru baru yang masuk ke kelas ini keluar di hari pertama mereka
mengajar. Dan itu semua karenamu. Kau sungguh hebat.” Puji temannya yang lain.
Tidak lama kemudian, seorang gadis dari kelas lain mendatangi Jinyoung
dan memberinya sebuah bingkisan. “Jinyoung – aa, terimalah ini.” Ujar gadis itu
seraya menyodorkan bingkisan pada Jinyoung. Jinyoung tersenyum dan menerimanya.
“terima kasih” jawabnya singkat. Gadis itu Nampak kegirangan, ia pun pamit
kembali ke kelasnya. Dan Jinyoung bangkit diikuti teman - temannya keluar kelas
menuju kantin, karena mereka tidak ada jam, ralat tetapi tidak ada yang
mengajar.
Setelah keluar dari kelas, Jinyoung membuang bingkisan tadi ke
tempat sampah. “hei kenapa kau membuangnya?” tanya salah seorang temannya. “aku
tidak membutuhkannya.” Jawab Jinyoung singkat. “tapi kau bisa memberikannya
pada kami kan. Mungkin saja itu makanan yang enak.” Timpal yang lainnya. “kalau
kalian butuh, ambil saja.” Balas Jinyoung. teman – temannya saling menatap satu
sama lain dan juga menatap tempat sampahnya. “kurasa tidak perlu.” Bisik salah
seorang. Mereka pun akhirnya menyusul Jinyoung yang sudah lebih dulu berjalan.
Sedangkan di ujung Lorong, terdapat seorang lelaki yang tengah
mengepalkan tangannya. Ia terlihat kesal sekali melihat Jinyoung dan teman -
temannya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Sedangkan di sekolah menengah atas yang berada di Busan. Tepatnya
di kelas 10 – 2, keadaannya tidak terlalu jauh dengan kelas 10 – 5 di kota
tadi, hanya saja mereka tidak bandel seperti 10 – 5. Mereka hanya malas,
terbukti beberapa murid ada yang tidur, ada juga yang asyik berdandan dan
mengobrol. Sang guru ternyata juga
tertidur setelah memberi soal pada murid – muridnya. Namun ditengah – tengah
kemalasan kelas tersebut, terdapat seorang gadis yang tengah dengan serius
mengerjakan soalnya. Setelah ia selesai, ia segera mengangkat tangannya dan
memanggil gurunya.
“pak saya sudah menyelesaikan soalnya.” Jawabnya dengan bangga.
Sang guru kaget dan langsung terbangun. Ia sedikit malu pada murid – muridnya,
namun ia berusaha mengalihkannya. “benarkah itu Taeyeon? Kau benar – benar
sudah menyelesaikannya? Coba sini, biar bapak lihat.” Perintah sang guru agar Taeyeon
maju menghadap mejanya. “iya pak.” Taeyeon pun maju dengan percaya diri seraya
menunjukkan jawabannya. Sang guru mengeceknya dan jawaban Taeyeon benar semua.
Guru itu senang sekaligus merasa bangga pada Taeyeon yang selalu
mengerjakan soalnya dengan benar, pantas saja ia mendapatkan peringkat 1
berturut – turut di SMP nya. “ya semuanya dengarkan bapak, jawaban Taeyeon
sudah benar. Kalian nanti harus belajar padanya. Jangan hanya bermalas –
malasan, kalian mengerti!” nasihat sang guru pad akelas 10 – 2. “iya pak.”
Jawab semuanya tanpa rasa ikhlas, hal itu terlihat dari wajah mereka. Sang guru
hanya bisa mendesah, “astaga, kenapa kalian ini tidak bisa seperti Taeyeon. Mau
jadi apa kalian nantinya.” Gumam sang guru. “kau boleh kembali ke bangkumu Taeyeon.”
Suruh snag guru pada Taeyeon dan Taeyeon pun kembali ke bangkunya. “yah
baiklah, karena waktunya sudah habis. Saya akhiri kelas hari ini, sampai jumpa
minggu depan.” Setelah itu sang guru meninggalkan kelas. Dan sepeninggal sang
guru dari kelas, semua murid pun tampak senang dan lega karena pelajaran sudah
berakhir. Kelas pun menjadi riuh sama seperti kelas 10 – 5 di SMA kota tadi. Taeyeon
hanya bisa menggeleng – gelengkan kepalanya melihat tingkah teman – temannya
itu.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Saat jam istirahat, gadis bernama Taeyeon tadi membawa beberapa
buku menuju perpustakaan. Saat menyusuri koridor kelas – kelas, diujung jalan
ada segerombolan pemain basket yang berjalan berlawanan arah dengannya.
Segerombolan pemain basket itu tampak asyik bercengkerama satu sama lain.
Sedangkan Taeyeon dengan santainya membawa buku nya dan berjalan terus. Hingga
akhirnya mereka pun berpapasan, Taeyeon melewati tim pemain basket itu tanpa
melihat ataupun melirik sedikit saja pada tim itu, sedangkan salah seorang dari
tim itu berhenti dan menatap Taeyeon yang berjalan terus seolah – olah tidak
melihatnya. Teman – temannya yang
menyadari salah satu temannya berhenti pun menanyai nya. “kau tidak apa – apa?
Kenapa kau berhenti?” tanya salah seorang temannya. “apa? Tidak, ayo kita
lanjutkan.” Balasnya. Ia pun melanjutkan kembali langkah nya bersama teman –
temannya.
Kembali ke SMA Seoul
Seseorang tengah tersenyum sinis melihat Jinyoung yang kini sedang
disidang di ruang guru, karena didapati membawa obat – obatan terlarang di
dalam tasnya. Orang tua Jinyoung juga sudah menghadap wali kelas Jinyoung.
kedua orang tua sangat malu dengan kelakuan anaknya ini, walau sebenarnya
mereka masih belum mempercayai sepenuhnya. Namun karena wali kelas Jinyoung
mengatakan semua keburukan Jinyoung selama di sekolah, akhirnya kedua orang tua
Jinyoung tidak ingin menyelidiki kebenarannya dan langsung mengeluarkan anaknya
saat itu juga. Jinyoung yang merasa tidak bersalah berusaha membela diri, namun
ayahnya malah memukulnya. Ibu Jinyoung berusaha membantu namun ia mengingat
kelakuan anaknya itu, ia jadi ragu untuk membantu anaknya. Jinyoung hanya diam
terduduk di lantai setelah mendapat pukulan dari sang ayah. “aku benar – benar
merasa malu punya anak sepertimu. Mulai sekarang kau tidak perlu pulang ke
rumah lagi, aku tidak ingin melihatmu lagi. Kau mengerti!” tegas ayah Jinyoung.
Setelah itu, ayah Jinyoung segera pergi diikuti istrinya. Wali
kelas Jinyoung berjongkok di depan Jinyoung seraya menepuk pundaknya. “apa kau
merasa menyesal sekarang? Bukankah aku sudah sering mengatakan padamu untuk
menjadi anak yang baik? Sekarang apa yang akan kau lakukan huh?” ujar sang wali
kelas lalu pergi. Jinyoung mengepalkan tangannya menahan amarahnya, ia pun
bangkit dan keluar dari ruang guru. Namun saat baru keluar, seseoarang sudah
berdiri didepannya dengan senyuman licik.
“astaga, jadi kau sudah diusir oleh kedua orang tuamu ya? lalu kau
akan tidur dimana?” tanyanya dengan nada mengejek. Jinyoung menatap tajam orang
itu dengan tangan mengepal di bawah. “aku yakin, semua ini ada campur tanganmu.
Akan kupastikan bahwa semua ini adalah ulahmu. Kau tunggu saja itu Hyosin!”
balas Jinyoung. “benarkah? Baiklah, aku akan menunggu hari itu tiba.” Sahut
orang yang dipanggil hyosin tadi dengan senyum licik. Jinyoung pun segera pergi
karena tidak tahan melihat wajah hyosin, jika ia tetap disini bersama hyosin.
Ia tidak bisa menjamin kalau ia tidak akan memukul hyosin. Jinyoung sengaja
menabrakkan bahunya pada bahu hyosin. Sedangkan hyosin hanya tersenyum penuh
kemenangan.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Di SMA Busan
Sepulang sekolah, Taeyeon selalu membantu neneknya membuka kedai
ramennya. Nenek Taeyeon bagian memasak di dapur, sedangkan Taeyeon melayani
pengunjung dan membersihkan meja yang sudah tidak ada pengunjungnya. “Taeyeon –
ie, tolong antarkan pesanan ini ke jalan dekat taman nomor rumahnya 024.”
Panggil nenek Taeyeon dari dapur. “baik nek.” Balas Taeyeon dan menghampiri
sang nenek lalu mengambil beberapa bungkus ramen untuk diantarkannya.
Taeyeon pun mengantarkan pesanan ramen dengan berjalan kaki karena
ia tidak memiliki kendaraan bahkan sepeda sekalipun. Setelah sampai Taeyeon
segera memencet belnya, dan orang di dalam rumah segera menerimanya tidak lupa
membayar juga.
“terima kasih banyak, lain kali pesan yang banyak lagi ya bi.” Kata
Taeyeon. “iya.” Balas ibu – ibu itu seraya tersenyum. “apa kau sendiri yang
memasaknya?” tanya ibu – ibu itu. “bukan, tapi nenekku, dan masakan nenekku
sangat enak. Aku bisa menjaminnya. Jika ramen ini tidak enak, bibi bisa minta
ganti rugi padaku.” Canda Taeyeon. “ya ampun, nenekmu beruntung sekali punya
cucu yang baik sepertimu.” Puji sang ibu – ibu itu.
“aku yang beruntung punya nenek seperti nenekku, ah baiklah kalau
begitu kau permisi dulu bi. Selamat menikmati makanannya.” Taeyeon pun pamit.
Ibu itu tersenyum melihat kepergian Taeyeon.
Sepulang mengantar pesanan tadi, Taeyeon berjalan dengan santai
menyusuri jalanan sekitar taman itu seraya menikmati udara malam yang lumayan
dingin. Taeyeon membawa keranjang yang tadi ia gunakan untuk membawa ramen. Saat
hendak menyebrang jalan, Taeyeon melihat seorang nenek – nenek diseberang jalan
yang hendak menyebrang. Melihat lampu pejalan kaki yang hijau, Taeyeon segera
berlari ke seberang jalan menghampiri nenek itu dan membantu nenek itu
menyebrang.
Sebuah mobil yang berhenti di depan Taeyeon, seorang sopir memuji
kebaikan Taeyeon yang membantu nenek itu menyebrang. Jinyoung yang duduk di jok
belakang mengikuti arah tatapan sopir ayahnya. Ia melihat seorang gadis yang
tengah membantu nenek – nenek menyebrang jalan. Jinyoung pun yang tidak
berminat seketika memalingkan wajahnya ke samping.
Setelah itu Taeyeon mampir ke minimarket untuk membelikan pesanan
neneknya. Setelah mendapat barang – barang pesanan neneknya, Taeyeon membayar
di kasir dan segera kembali ke rumah. Namun saat keluar dari pintu minimarket,
seseorang menabrak bahunya dan membuatnya terjatuh. Taeyeon mendongak dan
mendapati Seohyun tengah berdiri seraya menatapnya.
“kenapa? Apa kau berniat menyuruhku untuk meminta maaf?” tanya Seohyun.
Taeyeon bangkit seraya mengambil kantong kreseknya. Ia berdiri di depan Seohyun,
“tidak, jika kau merasa bersalah aku tidak perlu menyuruhmu. Tapi kurasa kau
tidak merasa bersalah, karena kau bukan manusia.” Balas Taeyeon seraya
tersenyum miring lalu berbalik dan meninggalkan Seohyun. Namun saat ia
berbalik, ia malah menabrak seseorang yang baru saja memasuki minimarket itu.
Tapi untungnya Taeyeon dan orang itu tidak sampai jatuh, Taeyeon pun meminta
maaf dengan sedikit membungkuk lalu pergi.
“cih, apa dia baru saja mengejekku? Ya ampun, dia tidak sadar dia
sedang berhadapan dengan siapa ya?” kesal Seohyun.
Sedangkan orang ditabrak Taeyeon tadi, segera menahan lengan Taeyeon
yang belum berjalan jauh. Hal itu sontak membuat Taeyeon menoleh, “ada apa? Apa
kau terluka? Kau kan tidak terjatuh?” tanya Taeyeon heran. Laki – laki itu
tersenyum miring. “jika kau menabrak seseorang, apa menurutmu kata maaf sudah
cukup?” tanya laki – laki itu yang tidak lain adalah Jinyoung. “lalu kau mau
apa?” tanya Taeyeon. “aku ingin membeli sesuatu, setidaknya jika kau merasa
bersalah kau harus membayarnya.” Jawab Jinyoung.
“kau gila ya? bagaimana mungkin aku membayarkan belanjaanmu? Kau
mau memerasku ya? ck,” decak Taeyeon. “lihatlah, benar dugaanku. Kau itu bukan
orang yang baik. Pak jang memang salah menilai orang.” Kata Jinyoung. “apa
maksutmu?” tanya Taeyeon yang tidak mengerti. “kau bukan orang yang baik.” Kata
Jinyoung dengan memperjelas kata ‘bukan orang baik’. “benar, aku memang bukan
orang yang baik. Jadi jangan pernah menganggapku baik.” Balas Taeyeon dengan
tajam dan Jinyoung menjadi terdiam mendengar jawaban Taeyeon. Lalu mereka diam
sejenak karena tidak memiliki bahan pembicaraan lagi.
“jika tidak ada yang ingin kau bicarakan lagi, aku pergi.” Taeyeon
pun pergi tanpa berniat meladeni permintaan Jinyoung yang menyuruhnya untuk
membayarkannya. Sedangkan Jinyoung masih terdiam dengan jawaban Taeyeon tadi.
Baru kali ini seorang yeoja bersikap dingin padanya. Apa mungkin karena dia
bukan yeoja kota? Apa karena Jinyoung sudah tidak memiliki aura ketampanan lagi
setelah dibuang orang tuanya kesini? Selama Jinyoung masih berkutik dengan
pikirannya sendiri, seseorang menepuk pundaknya.
Jinyoung menoleh dan mendapati seorang seorang yeoja tengah
tersenyum padanya. “apa kau ingin membeli sesuatu?” tanya yeoja itu yang tidak
lain adalah Seohyun. Jinyoung tersenyum mendengarnya, ‘lihatlah, tidak mungkin
ketampananku hilang begitu saja hanya karena dibuang orang tuaku.’ Batin Jinyoung
dengan tersenyum miring mendengar pertanyaan Seohyun.
Sedangkan Taeyeon berjalan dengan mengomel sendiri, mungkin jika
ada orang yang melihatnya mereka akan mengira Taeyeon gila karena berbicara
sendiri dan mengomel tidak jelas di jalanan. “membayarkan belanjaannya? Dia
gila! Aku saja tidak pernah belanja untuk keperluanku, aku hanya berbelanja
keperluan nenek saja. Dan siapa dia berani – berani nya menyuruhku? Jika aku
kaya, tidak perlu kau minta. Aku akan membayarkan semua belanjaanmu. Kau dengar
itu!” omel Taeyeon, lalu memandang kembali ke minimarket yang masih terlihat di
matanya.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar