Main Cast :
- Kim Taeyeon
- Jung Jinyoung
- Jung Jessica
- Choi Minho
- Park Chanyeol
Other Cast :
- Oh Yeonseo as Jung Inyoung (Ibu Jessica, Guru Bahasa inggris)
- Joowon as Jung Joowon (Ayah Jinyoung)
- Leejoon as Jung Joonyoung (Ayah Jessica)
- Kim Taehee as Ibu Jinyoung Jung Illwoo as Paman Jinyoung (Saudara Joowon)
- Nam Gyuri as Bibi Jinyoung (Istri Illwoo)
- Ahn jaehyun as Wali Kelas 10 – 2 di SMA Busan (kelas Taeyeon)
#################################################################
PART 4
“Kepergian Seseorang adalah
Awal Kehadiran Seseorang”
Taeyeon kini menemani sang nenek di rumah sakit, sang nenek belum
sadar. Taeyeon begitu khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada neneknya,
ia tidak mau hal itu terjadi. Karena hanya neneknya lah yang ia punya saat ini
setelah kedua orang tua nya meninggalkannya begitu. Air mata Taeyeon kembali
mengalir setelah tadi sempat berhenti.
“nenek, bangunlah nek. Apa nenek juga akan meninggalkanku seperti
mereka? Bangunlah nek, kenapa nenek tidak juga membuka matamu nek?” ujar Taeyeon
seraya menggenggam tangan neneknya. Namun detik berikutnya Taeyeon merasakan
adanya pergerakan pada tangan neneknya. Taeyeon sedikit lega dan segera
memanggil dokter untuk mengecek keadaan neneknya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Dirumah bibi Jinyoung
Jinyoung yang baru saja mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian
santai. Ia memutuskan untuk jalan – jalan agar lebih mengenal lingkungan sini.
Setelah berpamitan dengan bibinya, Jinyoung segera pergi.
Ia menyusuri jalan demi jalan, melewati beberapa kedai, minimarket
dan juga taman. Hingga tanpa sengaja matanya menatap seseorang yang ia kenal
tengah bermain basket sendirian di lapangan basket yang hendak ia lewati.
Karena merasa tidak ada kegiatan, Jinyoung pun akhirnya menghampirinya.
“chanyeol – ssi!” panggil Jinyoung dan menghampiri chanyeol yang
berada di tengah lapangan yang siap melemparkan bola ke keranjang. Chanyeol pun
menghentikan permainannya dan menoleh pada orang yang memanggilnya. “ada apa?
Bagaimana bisa kau tahu aku disini?” tanya chanyeol. “hei, tidak heran kau
menjadi ketua tim basket ya. kau selalu berlatih basket, tapi kenapa kau
bermain sendirian?” tanya balik Jinyoung tanpa menjawab pertanyaan chanyeol.
“kau tuli ya? kenapa tidak menjawab pertanyaanku?” kesal chanyeol.
“ahaha, kau mudah emosi ternyata. Baiklah akan kujawab pertanyaanmu. Aku
kesini, karena tidak sengaja melihatmu bermain basket sendiri. Jadi aku
menghampirimu. Lagi pula rumah bibiku tidak jauh dari sini, jadi aku jalan –
jalan untuk lebih mengenal daerah sini. Kau tahu sendiri bukan aku baru pindah
beberapa hari ini.” Jelas Jinyoung.
“siapa yang peduli tentang itu.” Timpal chanyeol lalu melanjutkan
kembali permainan basketnya dengan melemparkan bola basket ke keranjang dan
berhasil masuk. Jinyoung yang merasa diabaikan segera mengambil bola basket itu
dan mengajak chanyeol untuk bermain bersama. “bagaimana kalau kita bertaruh?”
tawar Jinyoung. mendengar kata ‘bertaruh’ membuat chanyeol diam dan tidak
berniat melanjutkan permainan. Ia pun memilih mengambil air minum yang ia
letakkan di tepi lapangan dan segera beristirahat.
Jinyoung yang heran dengan sikap chanyeol pun segera menghampiri
chanyeol di tepi lapangan. “hei ada apa? Apa kau lelah?” tanya Jinyoung.
“jangan pernah mengajakku untuk bertaruh mengenai apapun itu, karena aku tidak
suka.” Kata chanyeol. “memangnya kenapa? Apa kau punya masalah mengenai
pertaruhan?” tanya Jinyoung lagi. “ah, aku tahu. Kau mungkin kalah dalam
pertaruhan itu ya? karena itu kau merasa kesal tiap ada orang yang mengajakmu
bertaruh?” tebak Jinyoung. chanyeol tersenyum menatap Jinyoung.
“justru karena aku menang aku jadi trauma.” Jawab chanyeol yang
membuat Jinyoung bingung. Dia menang bertaruh, tapi kenapa dia trauma. Pikir Jinyoung.
“apa yang kau pertaruhkan memangnya? Sampai – sampai kau trauma seperti itu?”
tanya Jinyoung. “kim Taeyeon.” Jawab chanyeol seraya menatap lurus kedepan. Jinyoung
juga mengikuti arah pandang chanyeol namun ia tidak menemukan apa – apa disana,
jadi apa yang ditatap chanyeol saat ini. Pikir Jinyoung. Jinyoung juga
penasaran bagaimana bisa Taeyeon bisa menjadi bahan taruhan chanyeol. Namun ia
tidak perlu bertanya, karena chanyeol dengan senang hati telah menceritakannya
lebih dulu.
“Taeyeon adalah gadis yang baik dan juga pintar. Saat itu, aku dan
teman – temanku tengah bermain basket. Dan saat itu Taeyeon sedang lewat,
mereka pun mengajakku bertaruh, kalau aku bisa mendapatkan Taeyeon. Mereka
bersedia menjadi budakku sampai lulus nanti.”
Jinyoung menatap chanyeol dengan serius, “dan kau menerimanya?”
tanya Jinyoung yang membuat chanyeol menoleh padanya. Setelah itu chanyeol
mengalihkan kembali pandangannya.
“saat itu aku belum mengenalnya, dan aku menyetujui ide gila teman
– temanku itu. Lagi pula tidak ada salahnya aku berkencan dengannya. Taeyeon
juga tidak terlalu buruk, pikirku saat itu. Taeyeon yang ku kenal dulu adalah
gadis yang murah senyum, baik, suka membantu orang lain dan pintar. Bahkan
setelah aku berhasil mendapatkan hatinya, dia sering membantuku mengerjakan
tugas – tugas sekolah. Dan saat itu, tanpa sadar hatiku mulai goyah ketika semakin
lama aku mengenalnya. Aku tidak ingin memutuskannya saat itu, tapi saat aku
sedang bersama dengan Taeyeon. Tiba – tiba teman – temanku datang, dan
memberikanku ucapan selamat karena sudah berhasil mendapatkan Taeyeon. Taeyeon
saat itu terlihat kaget dan sangat kecewa. Aku bisa menangkap kekecewaan yang
begitu mendalam dari tatapan matanya saat itu.” Jelas chanyeol.
“lalu kenapa kau tidak menjelaskannya pada Taeyeon kalau perasaanmu
padanya itu sudah berubah menjadi perasaan yang tulus?” tanya Jinyoung. “aku
sudah mejelaskan padanya, tapi kurasa Taeyeon sudah terlanjur kecewa padaku.
Bahkan sudah berpuluh – puluhan kali aku mencoba berbicara padanya, tapi dia
tetap tidak mau mendengarkanku. Saat itu juga, dimana teman – temanku
mendatangiku dan Taeyeon. Disana ada banyak orang – orang karena memang aku dan
Taeyeon tengah berada di tepi lapangan basket. Dan sontak hal itu membuat Taeyeon
malu, karena semua murid yang melihat kejadian hal itu mentertawakan Taeyeon
yang ternyata menjadi bahan taruhanku dan teman – temanku. Sejak saat itulah,
sikap Taeyeon berubah 1800. Taeyeon yang dulunya ramah dan mudah
tersenyum, sekarang menjadi gadis yang dingin dan pendiam. Bahkan tidak ada
yang mau berteman dengannya sejak kejadian itu, dia selalu menghabiskan
waktunya di perpustakaan sendiri.” Tambah chanyeol.
Jinyoung pun kini mengerti masalah Taeyeon dan chanyeol, “untuk
itu, aku mohon padamu. Jangan pernah kau berbuat jahat padanya, cukup aku saja
yang membuatnya terluka. Jika aku mengetahui kau atau ada orang lain yang
berbuat jahat padanya, aku akan mengambil tindakan tegas. Aku tidak akan diam
saja.” Kata chanyeol seraya mengepalkan kedua tangannya.
Jinyoung yang mengetahui hal itu menelan ludahnya, Jinyoung bahkan
sudah berbuat jahat pada Taeyeon hari ini. Bagaimana kalau chanyeol mengetahui
hal ini? Apa ia bisa hidup keesokan harinya? Batin Jinyoung.
“kau.. tidak berbuat sesuatu kan pada Taeyeon?” tanya chanyeol
membuat Jinyoung kembali sadar dari lamunannya. “a pa, aku? Haha, tentu saja
tidak. Kau tenang saja. Aku tidak akan pernah berbuat jahat padanya, kau tenang
saja. Aku bahkan hampir tidak pernah berkomunikasi dengannya di kelas.” Kata Jinyoung
berusaha menutupi kebohongannya. “baguslah kalau begitu.” Kata chanyeol seraya
bangkit. “kau mau kemana?” tanya Jinyoung. “hari sudah semakin gelap, kau tidak
ingin pulang?” kata chanyeol. Dan Jinyoung baru menyadari perkataan chanyeol
benar. Ia melihat langit yang sudah semakin larut. Dan saat ia bangkit,
chanyeol sudah meninggalkannya lebih dulu. Jinyoung pun juga segera kembali ke
rumah bibinya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Di rumah sakit
Nenek Taeyeon sudah sadar, dan Taeyeon kini sedang menyuapi
neneknya bubur. Selesai menyuapi neneknya, Taeyeon memijat neneknya agar
neneknya tidak merasa pegal. “nenek, cepatlah sembuh. Melihat nenek seperti
ini, membuat hatiku sakit dan air mataku terus mengalir seperti sungai. Apa
nenek tahu itu?” Taeyeon pura – pura marah. “benarkah itu? Astaga, maafkan
nenek yang sudah membuatmu khawatir dan menangis Taeyeon – aa.” Ujar sang nenek
seraya mengelus rambut Taeyeon.
“apa kau tidak kembali kerumah? Kau tidak belajar? Kau bilang
sebentar lagi akan ujian?” tanya neneknya. “aku tidak akan kemana – mana,
salama nenek disini. Aku akan menjaga nenek apapun yang terjadi.” Jawab Taeyeon.
“nenek tidak apa – apa Taeyeon – aa, kau tidak perlu khawatir lagi. Nenek sudah
membaik.” Kata neneknya. “pokoknya selama nenek masih disini, aku tidak akan
meninggalkan nenek.” Balas Taeyeon. “baiklah – baiklah kau tidak perlu pulang
malam mini, tapi kau harus janji besok untuk pergi ke sekolah.” Peringat
neneknya.
“tapi nek…” “disini banyak orang Taeyeon, ada dokter juga perawat
yang akan menjaga nenek. Jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan.” Kata
neneknya, namun cucunya itu hanya diam dan menunduk. Nenek Taeyeon menyentuh
tangan Taeyeon dengan hangat dan memaksanya untuk menatapnya.
“dengarkan nenek Taeyeon, kau harus belajar dengan rajin agar bisa
menjadi dokter. Bukankah kau ingin mengobati nenekmu ini.” Kata nenek Taeyeon.
Tangis Taeyeon pun pecah. “kau harus berjanji pada nenek besok kau akan pergi
ke sekolah. Kau harus membersihkan namamu dari tuduhan pencurian soal itu. jika
kau tidak masuk, maka semua orang akan menganggapmu sebagai pencuri. Jadi kau
harus masuk dan membuktikan kepada mereka semua kalau kau tidak bersalah, em!”
kata nenek Taeyeon lagi, Taeyeon pun hanya bisa mengangguk.
“ah Taeyeon – aa, guru itu.. Guru Jung, apa dia sudah lama bekerja
disana?” tanya nenek Taeyeon. “kurasa sudah lama, karena sejak aku sekolah disana,
Guru Jung sudah ada disana.” Jawab Taeyeon. “bagaimana sikap orang itu padamu?
Apa dia berbuat jahat padamu?” tanya neneknya. “tidak bisa dibilang jahat sih
nek, Guru Jung itu bertindak sangat tegas dan disiplin. Tidak hanya padaku
saja, tapi pada semua murid bahkan pada anaknya sendiri.” Jelas Taeyeon.
“anaknya sendiri?” tanya nenek Taeyeon. “emm, Jessica teman kelasku
adalah anak dari Guru Jung. Beliau itu sangat tegas dan aku menyukai sikapnya
itu. Beliau tidak membeda – bedakan murid, yang salah ya harus dihukum. Pokok
nya aku sangat menyukai Guru Jung.” Jelas Taeyeon.
“kau sudah dituduh orang itu, tapi kau masih menyukainya?” sindir
neneknya. “bukan dituduh nek, kebetulan sekali bukti yang salah sedang tertuju
padaku. Jadi beliau tidak tahu kebenarannya. Tapi nenek tenang saja, aku akan
membuktikan pada Guru Jung dan yang lainnya kalau aku tidak mencuri soal itu.”
Tegas Taeyeon dengan yakin.
!!!!!!!!!!!!!!!!!
Sedangkan Jinyoung kini tengah makan malam bersama paman dan
bibinya. “ah, aku hampir lupa memberimu sesuatu Jinyoung.” kata paman jung, dan
segera bangkit untuk mengambil sesuatu di loker meja. Setelah mendapatkannya
paman jung segera kembali ke meja makan dan memberikannya pada Jinyoung. “ini
ambillah!” kata paman jung.
“apa ini?” tanya Jinyoung. “buka saja.” Kata pamannya. Jinyoung pun
segera membukanya dan dia begitu senang melihat isinya adalah ponsel baru. “apa
ini untukku paman?” tanya Jinyoung dengan kegirangan. “tentu saja itu untukmu.
Asal kau tidak membuat masalah lagi, ponsel itu bisa benar – benar menjadi
milikmu.” Jawab pamannya. Jinyoung pun segera memeluk pamannya itu. “terima
kasih paman, terima kasih banyak.” Kata Jinyoung yang masih memeluk pamannya.
“ehey, jangan memelukku seperti ini. Yang boleh memelukku itu hanya
bibimu. Kau tidak boleh memelukku lama – lama, sudah cepat lepaskan.” Kata
paman Jinyoung dan ingin melepaskan pelukan Jinyoung tapi tidak bisa karena
pelukan Jinyoung begitu erat. Akhirnya paman Jinyoung pun mengalah dan
membiarkan keponakannya itu memeluknya, pamannya juga membalas dengan menepuk –
nepuk punggung Jinyoung. sedangkan sang istri hanya bisa tersenyum geli melihat
pemandangan didepannya ini.
!!!!!!!!!!!!!!!!!
Setelah makan malam, Jinyoung bersiap – siap tidur. Ia sudah
membaringkan dirinya di Kasur, namun tidak lama kemudian ponselnya bergetar. Ia
segera mengecek pesan di ponselnya itu.
‘jadi ini nomormu yang baru ya? baiklah aku akan menyimpannya. Ah,
aku juga punya kabar baik untukmu. Aku dan yang lainnya sudah hampir menemukan
bukti bahwa kau tidak bersalah. Jadi kau tenang saja, sebentar lagi kami akan
segera mengirimmu kembali kesini lagi.’
Itu pesan dari teman Jinyoung di seoul. Entah kenapa Jinyoung tidak
begitu senang membacanya, ia hanya meletakkan tangannya di atas dahinya dan
mulai memejamkan matanya setelah menaruh ponselnya di meja.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Keesokan harinya, Taeyeon sudah berdiri di depan gerbang sekolah.
Ia berhenti sejenak sebelum memasuki gedung sekolah itu. Dan tidak jauh dari
sana, Jinyoung sempat melihat Taeyeon yang tengah berdiri di depan gerbang
sekolah sebelum akhirnya memasuki area sekolah. Jinyoung pun juga segera
memasuki area sekolah.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Didalam kelas, Taeyeon melihat bangkunya tidak ada. Minho yang dan Jinyoung
yang baru saja tiba didepan pintu kelas terkejut melihat bangku Taeyeon yang
kosong. Semua murid disana tersenyum sinis menatap Taeyeon. Jessica pun
berjalan mendekati Taeyeon, “kau berwajah tebal rupanya ya. kau benar – benar
tidak tahu malu.” Cibir Jessica. Taeyeon pun menatap Jessica, “kenapa aku harus
malu jika aku tidak berbuat salah.” Balasnya. Jessica tersenyum miring,
“baiklah, jika kau memang tidak tahu malu. Kau bisa mengambil bangkumu di
Gudang. Karena kami sudah membuang bangku pencuri yang sudah merusak nama baik
kelas ini.” Kata Jessica lalu kembali ke bangkunya. Taeyeon pun mencoba
bersabar dan ia keluar untuk mengambil bangkunya di Gudang.
Taeyeon berjalan melewati Minho dan Jinyoung yang tengah berdiri di
ambang pintu. Minho pun segera menyusul Taeyeon setelah Taeyeon melewatinya
beberapa saat yang lalu. Sedangkan Jinyoung yang hendak menyusul Taeyeon juga,
membatalkan niatnya karena Seohyun sudah memanggilnya untuk segera masuk.
Kini Taeyeon mencoba membawa bangkunya kembali ke kelas, setibanya Minho
di Gudang. Ia mencoba mengambil alih bangku yang dibawa Taeyeon, namun Taeyeon
menolaknya. “ini masalahku, jadi kumohon kau tidak perlu ikut campur. Aku akan
membawa bangku ini sendiri ke kelas dan membuktikan kepada mereka semua kalau
aku tidak bersalah. Karena aku sudah berjanji pada nenekku untuk membersihkan
nama baikku.” Jelas Taeyeon, Minho pun hanya bisa menatap Taeyeon yang Sudah
pergi dengan membawa bangkunya sendiri.
Sesampainya di kelas, Taeyeon membawa masuk bangkunya itu. Dan
kebetulan yang mengajar jam pagi ini adalah wali kelas nya sendiri, pak ahn.
Jadi Taeyeon tidak mendapat masalah lagi karena terlambat masuk kelas. Pak ahn
yang melihat Taeyeon membawa bangkunya seperti itu merasa kasihan. Dan yang
bisa pak ahn lakukan saat ini adalah mempersilahkan Taeyeon masuk dan segera
duduk. Tidak lama kemudian, Minho baru tiba di kelas dan segera duduk disamping
Taeyeon.
Selama pelajaran, Taeyeon tidak begitu aktif menulis. Padahal
biasanya ketika guru menerangkan didepan, Taeyeon selalu mencatat semuanya.
Itulah yang saat ini ditangkap Minho. Minho mengerti pasti sangat sulit semua
ini untuk Taeyeon.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Saat jam istirahat, Taeyeon hanya menghabiskan waktunya di
perpusatakaan seperti biasanya. Dan Minho, diam – diam mengikuti Taeyeon dan
duduk di bangku yang agak jauh dari Taeyeon namun masih bisa mengawasi Taeyeon.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Sedangkan Guru Jung kini tampak tengah mengawasi kedai nenek Taeyeon
yang terlihat sepi. Seseorang yang lewat menanyai Guru Jung, ada keperluan apa Guru
Jung berdiri di kedai nenek Taeyeon. Guru Jung pun hanya bertanya kenapa kedai
ini tutup. Dan orang itu menjawab kalau nenek Taeyeon sedang sakit dan dirawat
di rumah sakit.
Guru Jung pun segera pergi menemui nenek Taeyeon di rumah sakit.
Setelah bertanya pada bagian resepsionis, Guru Jung segera menuju kamar nenek Taeyeon.
Disana, Guru Jung bisa melihat senyum nenek Taeyeon yang tengah menanggapi
cerita lucu dari sang dokter.
Guru Jung pun memberanikan diri untuk masuk dan menemui nenek Taeyeon.
Sang dokter pun pamit karena tugasnya selesai mengobati dan mengecek keadaan
nenek Taeyeon. Kini tinggalah nenek Taeyeon dan Guru Jung di kamar itu.
Nenek Taeyeon memandang Guru Jung dengan wajah datar. “ada apa kau
kemari? Dari mana kau tahu aku disini?” tanya nenek Taeyeon. “aku mendengar
dari tetangga ibu. Ibu apa kabar ibu baik – baik saja selama ini?” tanya Guru
Jung dengan khawatir.
“seharusnya kau mengkhawatirkan anakmu, bukan aku. Tahukah kau dia
sangat merindukan orang tuanya. Kenapa kau begitu kejam meninggalkannya, dan
bahkan sekarang kau tidak mengenali anakmu sendiri.” Heran nenek Taeyeon.
“apakah dia adalah anakku? Kim Taeyeon?” tanya Guru Jung
memastikan. “aku mohon padamu, maukah kau merawat Taeyeon mulai saat ini?”
pinta nenek Taeyeon. “ibu, aku sudah menikah bu. Aku juga sudah mempunyai anak
dari suamiku ini bu. Aku tidak mungkin membawa Taeyeon ke rumahku. Apa yang
akan kukatakan pada suami dan anakku nanti jika aku membawa Taeyeon kesana.”
Tolak Guru Jung.
“astaga, malang sekali hidup Taeyeon. Sudah dibuang orang tuanya,
setelah bertemu dengan ibunya, ibunya bahkan tidak mau hidup dengannya.
Jangankan hidup bersama. Mengakui Taeyeon anaknya saja kau tidak mau. Jika Taeyeon
mengerti hal ini, bagaimana perasaannya? Apa kau bisa membayangkannya?” tanya
nenek Taeyeon.
“asalkan ibu tidak memberi tahunya, maka hidup Taeyeon akan baik –
baik saja.” Kata Guru Jung dengan cepat. “kau benar – benar ibu yang kejam.”
Balas nenek Taeyeon. “mendengar anda menceramahiku seperti ini. Kurasa keadaan
anda sudah membaik, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi bu, sekali
lagi ku mohon jangan pernah beritahu hal ini pada Taeyeon. Aku mohon dengan
sangat bu.” Setelah itu Guru Jung pergi meninggalkan nenek Taeyeon yang tengah
menahan sakit didadanya mendengar ucapan Guru Jung tadi. Jantung nenek Taeyeon
pun tidak stabil, nenek Taeyeon memegang jantung yang terasa sakit. Hingga
akhirnya nenek Taeyeon jatuh pingsan. Yah selama ini nenek Taeyeon mengidap
penyakit jantung. Setiap mendengar berita yang buruk, pasti penyakitnya itu
akan kambuh.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Saat jam masuk, Jinyoung yang baru saja masuk ke kelas. Melihat
tulisan di papan tulis, yang isinya menyindir Taeyeon dan menyuruh Taeyeon
untuk segera meninggalkan sekolah ini. Jinyoung pun geram lama – lama melihat
keadaan yang terus menyudutkan Taeyeon. Ia pun segera menghapusnya. Belum
sempat Jinyoung membersihkan semuanya, Taeyeon sudah masuk dan melihat Jinyoung
membersihkan papan tulis.
Jinyoung merasa dirinya terpergoki, segera membela dirinya sendiri
agar Taeyeon tidak salah paham. “bukan aku, sungguh bukan aku yang menulisnya.
Aku hanya ingin menghapusnya saja, percayalah padaku.” Kata Jinyoung saat Taeyeon
terus menatapnya. Namun bukannya membalas Jinyoung, Taeyeon malah pergi begitu
saja melewati Jinyoung dan segera duduk di bangkunya diikuti Minho
dibelakangnya.
“apa – apaan ini. Dia tidak berterima kasih padaku yang sudah
menghapus tulisan jelek ini untuknya? Dia hanya melewatiku begitu saja. Huh,
benar – benar.” Gumam Jinyoung. tidak lama kemudian, setelah Jinyoung selesai
membersihkan papan tulis, Guru Hwang datang dan pelajaran pun dimulai. Saat
kembali ke bangkunya yang ada dibelakang, Jinyoung menatap Taeyeon terus namun
sepertinya yang ditatapnya sama sekali tidak mempedulikannya. Dan hal itu
membuat Jinyoung kesal.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Sepulang sekolah, Taeyeon langsung menuju rumah sakit. Ia begitu
khawatir karena ketika ia baru keluar dari kelas, ia mendapat kabar dari pihak rumah
sakit kalau keadaannya neneknya semakin memburuk. Taeyeon pun berlari sekencang
– kencangnya untuk segera menemui sang nenek.
Di jalan, saat Taeyeon tengah berlari. Tiba – tiba tali sepatunya
lepas dan membuatnya terjatuh di aspal sehingga membuat lutut dan sikunya
terluka. Taeyeon menatap tali sepatunya yang lepas dan detik berikutnya air
matanya sudah mengalir. “nenek…” lirihnya.
Tbc……
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar