Selasa, 13 Maret 2018

SENIOR HIGH SCHOOL PART 4


PART 1 2 3 

Main Cast :


  1. Kim Taeyeon
  2. Jung Jinyoung
  3. Jung Jessica
  4. Choi Minho
  5. Park Chanyeol
Other Cast :
  1. Oh Yeonseo as Jung Inyoung (Ibu Jessica, Guru Bahasa inggris)
  2.  Joowon as Jung Joowon (Ayah Jinyoung)
  3. Leejoon as Jung Joonyoung (Ayah Jessica)
  4. Kim Taehee as Ibu Jinyoung Jung Illwoo as Paman Jinyoung (Saudara Joowon) 
  5.  Nam Gyuri as Bibi Jinyoung (Istri Illwoo)
  6. Ahn jaehyun as Wali Kelas 10 – 2 di SMA Busan (kelas Taeyeon)
#################################################################





PART 4
“Kepergian Seseorang adalah Awal Kehadiran Seseorang”
           
Taeyeon kini menemani sang nenek di rumah sakit, sang nenek belum sadar. Taeyeon begitu khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada neneknya, ia tidak mau hal itu terjadi. Karena hanya neneknya lah yang ia punya saat ini setelah kedua orang tua nya meninggalkannya begitu. Air mata Taeyeon kembali mengalir setelah tadi sempat berhenti.
“nenek, bangunlah nek. Apa nenek juga akan meninggalkanku seperti mereka? Bangunlah nek, kenapa nenek tidak juga membuka matamu nek?” ujar Taeyeon seraya menggenggam tangan neneknya. Namun detik berikutnya Taeyeon merasakan adanya pergerakan pada tangan neneknya. Taeyeon sedikit lega dan segera memanggil dokter untuk mengecek keadaan neneknya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 

Dirumah bibi Jinyoung
Jinyoung yang baru saja mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian santai. Ia memutuskan untuk jalan – jalan agar lebih mengenal lingkungan sini. Setelah berpamitan dengan bibinya, Jinyoung segera pergi.
Ia menyusuri jalan demi jalan, melewati beberapa kedai, minimarket dan juga taman. Hingga tanpa sengaja matanya menatap seseorang yang ia kenal tengah bermain basket sendirian di lapangan basket yang hendak ia lewati. Karena merasa tidak ada kegiatan, Jinyoung pun akhirnya menghampirinya.
“chanyeol – ssi!” panggil Jinyoung dan menghampiri chanyeol yang berada di tengah lapangan yang siap melemparkan bola ke keranjang. Chanyeol pun menghentikan permainannya dan menoleh pada orang yang memanggilnya. “ada apa? Bagaimana bisa kau tahu aku disini?” tanya chanyeol. “hei, tidak heran kau menjadi ketua tim basket ya. kau selalu berlatih basket, tapi kenapa kau bermain sendirian?” tanya balik Jinyoung tanpa menjawab pertanyaan chanyeol.
“kau tuli ya? kenapa tidak menjawab pertanyaanku?” kesal chanyeol. “ahaha, kau mudah emosi ternyata. Baiklah akan kujawab pertanyaanmu. Aku kesini, karena tidak sengaja melihatmu bermain basket sendiri. Jadi aku menghampirimu. Lagi pula rumah bibiku tidak jauh dari sini, jadi aku jalan – jalan untuk lebih mengenal daerah sini. Kau tahu sendiri bukan aku baru pindah beberapa hari ini.” Jelas Jinyoung.
“siapa yang peduli tentang itu.” Timpal chanyeol lalu melanjutkan kembali permainan basketnya dengan melemparkan bola basket ke keranjang dan berhasil masuk. Jinyoung yang merasa diabaikan segera mengambil bola basket itu dan mengajak chanyeol untuk bermain bersama. “bagaimana kalau kita bertaruh?” tawar Jinyoung. mendengar kata ‘bertaruh’ membuat chanyeol diam dan tidak berniat melanjutkan permainan. Ia pun memilih mengambil air minum yang ia letakkan di tepi lapangan dan segera beristirahat. 
Jinyoung yang heran dengan sikap chanyeol pun segera menghampiri chanyeol di tepi lapangan. “hei ada apa? Apa kau lelah?” tanya Jinyoung. “jangan pernah mengajakku untuk bertaruh mengenai apapun itu, karena aku tidak suka.” Kata chanyeol. “memangnya kenapa? Apa kau punya masalah mengenai pertaruhan?” tanya Jinyoung lagi. “ah, aku tahu. Kau mungkin kalah dalam pertaruhan itu ya? karena itu kau merasa kesal tiap ada orang yang mengajakmu bertaruh?” tebak Jinyoung. chanyeol tersenyum menatap Jinyoung. 
“justru karena aku menang aku jadi trauma.” Jawab chanyeol yang membuat Jinyoung bingung. Dia menang bertaruh, tapi kenapa dia trauma. Pikir Jinyoung. “apa yang kau pertaruhkan memangnya? Sampai – sampai kau trauma seperti itu?” tanya Jinyoung. “kim Taeyeon.” Jawab chanyeol seraya menatap lurus kedepan. Jinyoung juga mengikuti arah pandang chanyeol namun ia tidak menemukan apa – apa disana, jadi apa yang ditatap chanyeol saat ini. Pikir Jinyoung. Jinyoung juga penasaran bagaimana bisa Taeyeon bisa menjadi bahan taruhan chanyeol. Namun ia tidak perlu bertanya, karena chanyeol dengan senang hati telah menceritakannya lebih dulu.
“Taeyeon adalah gadis yang baik dan juga pintar. Saat itu, aku dan teman – temanku tengah bermain basket. Dan saat itu Taeyeon sedang lewat, mereka pun mengajakku bertaruh, kalau aku bisa mendapatkan Taeyeon. Mereka bersedia menjadi budakku sampai lulus nanti.”
Jinyoung menatap chanyeol dengan serius, “dan kau menerimanya?” tanya Jinyoung yang membuat chanyeol menoleh padanya. Setelah itu chanyeol mengalihkan kembali pandangannya. 
“saat itu aku belum mengenalnya, dan aku menyetujui ide gila teman – temanku itu. Lagi pula tidak ada salahnya aku berkencan dengannya. Taeyeon juga tidak terlalu buruk, pikirku saat itu. Taeyeon yang ku kenal dulu adalah gadis yang murah senyum, baik, suka membantu orang lain dan pintar. Bahkan setelah aku berhasil mendapatkan hatinya, dia sering membantuku mengerjakan tugas – tugas sekolah. Dan saat itu, tanpa sadar hatiku mulai goyah ketika semakin lama aku mengenalnya. Aku tidak ingin memutuskannya saat itu, tapi saat aku sedang bersama dengan Taeyeon. Tiba – tiba teman – temanku datang, dan memberikanku ucapan selamat karena sudah berhasil mendapatkan Taeyeon. Taeyeon saat itu terlihat kaget dan sangat kecewa. Aku bisa menangkap kekecewaan yang begitu mendalam dari tatapan matanya saat itu.” Jelas chanyeol.
“lalu kenapa kau tidak menjelaskannya pada Taeyeon kalau perasaanmu padanya itu sudah berubah menjadi perasaan yang tulus?” tanya Jinyoung. “aku sudah mejelaskan padanya, tapi kurasa Taeyeon sudah terlanjur kecewa padaku. Bahkan sudah berpuluh – puluhan kali aku mencoba berbicara padanya, tapi dia tetap tidak mau mendengarkanku. Saat itu juga, dimana teman – temanku mendatangiku dan Taeyeon. Disana ada banyak orang – orang karena memang aku dan Taeyeon tengah berada di tepi lapangan basket. Dan sontak hal itu membuat Taeyeon malu, karena semua murid yang melihat kejadian hal itu mentertawakan Taeyeon yang ternyata menjadi bahan taruhanku dan teman – temanku. Sejak saat itulah, sikap Taeyeon berubah 1800. Taeyeon yang dulunya ramah dan mudah tersenyum, sekarang menjadi gadis yang dingin dan pendiam. Bahkan tidak ada yang mau berteman dengannya sejak kejadian itu, dia selalu menghabiskan waktunya di perpustakaan sendiri.” Tambah chanyeol.
Jinyoung pun kini mengerti masalah Taeyeon dan chanyeol, “untuk itu, aku mohon padamu. Jangan pernah kau berbuat jahat padanya, cukup aku saja yang membuatnya terluka. Jika aku mengetahui kau atau ada orang lain yang berbuat jahat padanya, aku akan mengambil tindakan tegas. Aku tidak akan diam saja.” Kata chanyeol seraya mengepalkan kedua tangannya.
Jinyoung yang mengetahui hal itu menelan ludahnya, Jinyoung bahkan sudah berbuat jahat pada Taeyeon hari ini. Bagaimana kalau chanyeol mengetahui hal ini? Apa ia bisa hidup keesokan harinya? Batin Jinyoung.
“kau.. tidak berbuat sesuatu kan pada Taeyeon?” tanya chanyeol membuat Jinyoung kembali sadar dari lamunannya. “a pa, aku? Haha, tentu saja tidak. Kau tenang saja. Aku tidak akan pernah berbuat jahat padanya, kau tenang saja. Aku bahkan hampir tidak pernah berkomunikasi dengannya di kelas.” Kata Jinyoung berusaha menutupi kebohongannya. “baguslah kalau begitu.” Kata chanyeol seraya bangkit. “kau mau kemana?” tanya Jinyoung. “hari sudah semakin gelap, kau tidak ingin pulang?” kata chanyeol. Dan Jinyoung baru menyadari perkataan chanyeol benar. Ia melihat langit yang sudah semakin larut. Dan saat ia bangkit, chanyeol sudah meninggalkannya lebih dulu. Jinyoung pun juga segera kembali ke rumah bibinya.
 
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Di rumah sakit
Nenek Taeyeon sudah sadar, dan Taeyeon kini sedang menyuapi neneknya bubur. Selesai menyuapi neneknya, Taeyeon memijat neneknya agar neneknya tidak merasa pegal. “nenek, cepatlah sembuh. Melihat nenek seperti ini, membuat hatiku sakit dan air mataku terus mengalir seperti sungai. Apa nenek tahu itu?” Taeyeon pura – pura marah. “benarkah itu? Astaga, maafkan nenek yang sudah membuatmu khawatir dan menangis Taeyeon – aa.” Ujar sang nenek seraya mengelus rambut Taeyeon.
“apa kau tidak kembali kerumah? Kau tidak belajar? Kau bilang sebentar lagi akan ujian?” tanya neneknya. “aku tidak akan kemana – mana, salama nenek disini. Aku akan menjaga nenek apapun yang terjadi.” Jawab Taeyeon. “nenek tidak apa – apa Taeyeon – aa, kau tidak perlu khawatir lagi. Nenek sudah membaik.” Kata neneknya. “pokoknya selama nenek masih disini, aku tidak akan meninggalkan nenek.” Balas Taeyeon. “baiklah – baiklah kau tidak perlu pulang malam mini, tapi kau harus janji besok untuk pergi ke sekolah.” Peringat neneknya.
“tapi nek…” “disini banyak orang Taeyeon, ada dokter juga perawat yang akan menjaga nenek. Jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan.” Kata neneknya, namun cucunya itu hanya diam dan menunduk. Nenek Taeyeon menyentuh tangan Taeyeon dengan hangat dan memaksanya untuk menatapnya.
“dengarkan nenek Taeyeon, kau harus belajar dengan rajin agar bisa menjadi dokter. Bukankah kau ingin mengobati nenekmu ini.” Kata nenek Taeyeon. Tangis Taeyeon pun pecah. “kau harus berjanji pada nenek besok kau akan pergi ke sekolah. Kau harus membersihkan namamu dari tuduhan pencurian soal itu. jika kau tidak masuk, maka semua orang akan menganggapmu sebagai pencuri. Jadi kau harus masuk dan membuktikan kepada mereka semua kalau kau tidak bersalah, em!” kata nenek Taeyeon lagi, Taeyeon pun hanya bisa mengangguk.
“ah Taeyeon – aa, guru itu.. Guru Jung, apa dia sudah lama bekerja disana?” tanya nenek Taeyeon. “kurasa sudah lama, karena sejak aku sekolah disana, Guru Jung sudah ada disana.” Jawab Taeyeon. “bagaimana sikap orang itu padamu? Apa dia berbuat jahat padamu?” tanya neneknya. “tidak bisa dibilang jahat sih nek, Guru Jung itu bertindak sangat tegas dan disiplin. Tidak hanya padaku saja, tapi pada semua murid bahkan pada anaknya sendiri.” Jelas Taeyeon.
“anaknya sendiri?” tanya nenek Taeyeon. “emm, Jessica teman kelasku adalah anak dari Guru Jung. Beliau itu sangat tegas dan aku menyukai sikapnya itu. Beliau tidak membeda – bedakan murid, yang salah ya harus dihukum. Pokok nya aku sangat menyukai Guru Jung.” Jelas Taeyeon.
“kau sudah dituduh orang itu, tapi kau masih menyukainya?” sindir neneknya. “bukan dituduh nek, kebetulan sekali bukti yang salah sedang tertuju padaku. Jadi beliau tidak tahu kebenarannya. Tapi nenek tenang saja, aku akan membuktikan pada Guru Jung dan yang lainnya kalau aku tidak mencuri soal itu.” Tegas Taeyeon dengan yakin.
!!!!!!!!!!!!!!!!!
Sedangkan Jinyoung kini tengah makan malam bersama paman dan bibinya. “ah, aku hampir lupa memberimu sesuatu Jinyoung.” kata paman jung, dan segera bangkit untuk mengambil sesuatu di loker meja. Setelah mendapatkannya paman jung segera kembali ke meja makan dan memberikannya pada Jinyoung. “ini ambillah!” kata paman jung.
“apa ini?” tanya Jinyoung. “buka saja.” Kata pamannya. Jinyoung pun segera membukanya dan dia begitu senang melihat isinya adalah ponsel baru. “apa ini untukku paman?” tanya Jinyoung dengan kegirangan. “tentu saja itu untukmu. Asal kau tidak membuat masalah lagi, ponsel itu bisa benar – benar menjadi milikmu.” Jawab pamannya. Jinyoung pun segera memeluk pamannya itu. “terima kasih paman, terima kasih banyak.” Kata Jinyoung yang masih memeluk pamannya.
“ehey, jangan memelukku seperti ini. Yang boleh memelukku itu hanya bibimu. Kau tidak boleh memelukku lama – lama, sudah cepat lepaskan.” Kata paman Jinyoung dan ingin melepaskan pelukan Jinyoung tapi tidak bisa karena pelukan Jinyoung begitu erat. Akhirnya paman Jinyoung pun mengalah dan membiarkan keponakannya itu memeluknya, pamannya juga membalas dengan menepuk – nepuk punggung Jinyoung. sedangkan sang istri hanya bisa tersenyum geli melihat pemandangan didepannya ini.
!!!!!!!!!!!!!!!!!
Setelah makan malam, Jinyoung bersiap – siap tidur. Ia sudah membaringkan dirinya di Kasur, namun tidak lama kemudian ponselnya bergetar. Ia segera mengecek pesan di ponselnya itu.
‘jadi ini nomormu yang baru ya? baiklah aku akan menyimpannya. Ah, aku juga punya kabar baik untukmu. Aku dan yang lainnya sudah hampir menemukan bukti bahwa kau tidak bersalah. Jadi kau tenang saja, sebentar lagi kami akan segera mengirimmu kembali kesini lagi.’ 
Itu pesan dari teman Jinyoung di seoul. Entah kenapa Jinyoung tidak begitu senang membacanya, ia hanya meletakkan tangannya di atas dahinya dan mulai memejamkan matanya setelah menaruh ponselnya di meja.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Keesokan harinya, Taeyeon sudah berdiri di depan gerbang sekolah. Ia berhenti sejenak sebelum memasuki gedung sekolah itu. Dan tidak jauh dari sana, Jinyoung sempat melihat Taeyeon yang tengah berdiri di depan gerbang sekolah sebelum akhirnya memasuki area sekolah. Jinyoung pun juga segera memasuki area sekolah.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Didalam kelas, Taeyeon melihat bangkunya tidak ada. Minho yang dan Jinyoung yang baru saja tiba didepan pintu kelas terkejut melihat bangku Taeyeon yang kosong. Semua murid disana tersenyum sinis menatap Taeyeon. Jessica pun berjalan mendekati Taeyeon, “kau berwajah tebal rupanya ya. kau benar – benar tidak tahu malu.” Cibir Jessica. Taeyeon pun menatap Jessica, “kenapa aku harus malu jika aku tidak berbuat salah.” Balasnya. Jessica tersenyum miring, “baiklah, jika kau memang tidak tahu malu. Kau bisa mengambil bangkumu di Gudang. Karena kami sudah membuang bangku pencuri yang sudah merusak nama baik kelas ini.” Kata Jessica lalu kembali ke bangkunya. Taeyeon pun mencoba bersabar dan ia keluar untuk mengambil bangkunya di Gudang.
Taeyeon berjalan melewati Minho dan Jinyoung yang tengah berdiri di ambang pintu. Minho pun segera menyusul Taeyeon setelah Taeyeon melewatinya beberapa saat yang lalu. Sedangkan Jinyoung yang hendak menyusul Taeyeon juga, membatalkan niatnya karena Seohyun sudah memanggilnya untuk segera masuk.
Kini Taeyeon mencoba membawa bangkunya kembali ke kelas, setibanya Minho di Gudang. Ia mencoba mengambil alih bangku yang dibawa Taeyeon, namun Taeyeon menolaknya. “ini masalahku, jadi kumohon kau tidak perlu ikut campur. Aku akan membawa bangku ini sendiri ke kelas dan membuktikan kepada mereka semua kalau aku tidak bersalah. Karena aku sudah berjanji pada nenekku untuk membersihkan nama baikku.” Jelas Taeyeon, Minho pun hanya bisa menatap Taeyeon yang Sudah pergi dengan membawa bangkunya sendiri.
Sesampainya di kelas, Taeyeon membawa masuk bangkunya itu. Dan kebetulan yang mengajar jam pagi ini adalah wali kelas nya sendiri, pak ahn. Jadi Taeyeon tidak mendapat masalah lagi karena terlambat masuk kelas. Pak ahn yang melihat Taeyeon membawa bangkunya seperti itu merasa kasihan. Dan yang bisa pak ahn lakukan saat ini adalah mempersilahkan Taeyeon masuk dan segera duduk. Tidak lama kemudian, Minho baru tiba di kelas dan segera duduk disamping Taeyeon.
Selama pelajaran, Taeyeon tidak begitu aktif menulis. Padahal biasanya ketika guru menerangkan didepan, Taeyeon selalu mencatat semuanya. Itulah yang saat ini ditangkap Minho. Minho mengerti pasti sangat sulit semua ini untuk Taeyeon.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Saat jam istirahat, Taeyeon hanya menghabiskan waktunya di perpusatakaan seperti biasanya. Dan Minho, diam – diam mengikuti Taeyeon dan duduk di bangku yang agak jauh dari Taeyeon namun masih bisa mengawasi Taeyeon.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Sedangkan Guru Jung kini tampak tengah mengawasi kedai nenek Taeyeon yang terlihat sepi. Seseorang yang lewat menanyai Guru Jung, ada keperluan apa Guru Jung berdiri di kedai nenek Taeyeon. Guru Jung pun hanya bertanya kenapa kedai ini tutup. Dan orang itu menjawab kalau nenek Taeyeon sedang sakit dan dirawat di rumah sakit.
Guru Jung pun segera pergi menemui nenek Taeyeon di rumah sakit. Setelah bertanya pada bagian resepsionis, Guru Jung segera menuju kamar nenek Taeyeon. Disana, Guru Jung bisa melihat senyum nenek Taeyeon yang tengah menanggapi cerita lucu dari sang dokter. 
Guru Jung pun memberanikan diri untuk masuk dan menemui nenek Taeyeon. Sang dokter pun pamit karena tugasnya selesai mengobati dan mengecek keadaan nenek Taeyeon. Kini tinggalah nenek Taeyeon dan Guru Jung di kamar itu.
Nenek Taeyeon memandang Guru Jung dengan wajah datar. “ada apa kau kemari? Dari mana kau tahu aku disini?” tanya nenek Taeyeon. “aku mendengar dari tetangga ibu. Ibu apa kabar ibu baik – baik saja selama ini?” tanya Guru Jung dengan khawatir.
“seharusnya kau mengkhawatirkan anakmu, bukan aku. Tahukah kau dia sangat merindukan orang tuanya. Kenapa kau begitu kejam meninggalkannya, dan bahkan sekarang kau tidak mengenali anakmu sendiri.” Heran nenek Taeyeon. 
“apakah dia adalah anakku? Kim Taeyeon?” tanya Guru Jung memastikan. “aku mohon padamu, maukah kau merawat Taeyeon mulai saat ini?” pinta nenek Taeyeon. “ibu, aku sudah menikah bu. Aku juga sudah mempunyai anak dari suamiku ini bu. Aku tidak mungkin membawa Taeyeon ke rumahku. Apa yang akan kukatakan pada suami dan anakku nanti jika aku membawa Taeyeon kesana.” Tolak Guru Jung.
“astaga, malang sekali hidup Taeyeon. Sudah dibuang orang tuanya, setelah bertemu dengan ibunya, ibunya bahkan tidak mau hidup dengannya. Jangankan hidup bersama. Mengakui Taeyeon anaknya saja kau tidak mau. Jika Taeyeon mengerti hal ini, bagaimana perasaannya? Apa kau bisa membayangkannya?” tanya nenek Taeyeon.
“asalkan ibu tidak memberi tahunya, maka hidup Taeyeon akan baik – baik saja.” Kata Guru Jung dengan cepat. “kau benar – benar ibu yang kejam.” Balas nenek Taeyeon. “mendengar anda menceramahiku seperti ini. Kurasa keadaan anda sudah membaik, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi bu, sekali lagi ku mohon jangan pernah beritahu hal ini pada Taeyeon. Aku mohon dengan sangat bu.” Setelah itu Guru Jung pergi meninggalkan nenek Taeyeon yang tengah menahan sakit didadanya mendengar ucapan Guru Jung tadi. Jantung nenek Taeyeon pun tidak stabil, nenek Taeyeon memegang jantung yang terasa sakit. Hingga akhirnya nenek Taeyeon jatuh pingsan. Yah selama ini nenek Taeyeon mengidap penyakit jantung. Setiap mendengar berita yang buruk, pasti penyakitnya itu akan kambuh.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Saat jam masuk, Jinyoung yang baru saja masuk ke kelas. Melihat tulisan di papan tulis, yang isinya menyindir Taeyeon dan menyuruh Taeyeon untuk segera meninggalkan sekolah ini. Jinyoung pun geram lama – lama melihat keadaan yang terus menyudutkan Taeyeon. Ia pun segera menghapusnya. Belum sempat Jinyoung membersihkan semuanya, Taeyeon sudah masuk dan melihat Jinyoung membersihkan papan tulis. 
Jinyoung merasa dirinya terpergoki, segera membela dirinya sendiri agar Taeyeon tidak salah paham. “bukan aku, sungguh bukan aku yang menulisnya. Aku hanya ingin menghapusnya saja, percayalah padaku.” Kata Jinyoung saat Taeyeon terus menatapnya. Namun bukannya membalas Jinyoung, Taeyeon malah pergi begitu saja melewati Jinyoung dan segera duduk di bangkunya diikuti Minho dibelakangnya.
“apa – apaan ini. Dia tidak berterima kasih padaku yang sudah menghapus tulisan jelek ini untuknya? Dia hanya melewatiku begitu saja. Huh, benar – benar.” Gumam Jinyoung. tidak lama kemudian, setelah Jinyoung selesai membersihkan papan tulis, Guru Hwang datang dan pelajaran pun dimulai. Saat kembali ke bangkunya yang ada dibelakang, Jinyoung menatap Taeyeon terus namun sepertinya yang ditatapnya sama sekali tidak mempedulikannya. Dan hal itu membuat Jinyoung kesal.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Sepulang sekolah, Taeyeon langsung menuju rumah sakit. Ia begitu khawatir karena ketika ia baru keluar dari kelas, ia mendapat kabar dari pihak rumah sakit kalau keadaannya neneknya semakin memburuk. Taeyeon pun berlari sekencang – kencangnya untuk segera menemui sang nenek.
Di jalan, saat Taeyeon tengah berlari. Tiba – tiba tali sepatunya lepas dan membuatnya terjatuh di aspal sehingga membuat lutut dan sikunya terluka. Taeyeon menatap tali sepatunya yang lepas dan detik berikutnya air matanya sudah mengalir. “nenek…” lirihnya.
 
Tbc……
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar