Title : The Moment That I Want Share With You
Cast :
1.
Jung Jinyoung
2.
Kim Taeyeon
3.
Choi Minho
4.
Lee Youbi
5.
Kim Jon Woo ( Ayah
Taeyeon)
6.
Jung Inha (Ibu
Jinyoung)
7.
Choi Minyoung (Ibu
Minho)
8.
Han Raewoo (Cameo)
9.
Kim Hyuli (Cameo)
OST : DMEANOR - THE MOMENT
By : Cuwizt K
By : Cuwizt K
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Di sebuah kelas XI
– 4, terlihat tenang sekali. Seorang guru yang tengah duduk di bangkunya juga
tampak tenang mengamati murid – muridnya yang sedang mengerjakan tugas darinya.
Beberapa murid
terlihat gusar karena tidak bisa mengerjakan soalnya, beberapa juga ada yang
mencoba menyontek kerjaan temannya. Sebagian lagi tampak tenang mengerjakannya.
Tidak lama kemudian
bel berbunyi, tanda waktu mengerjakan soal dan pelajaran tersebut sudah habis. Sebagian
murid yang belum selesai mengerjakan soal tersebut mengeluh. Tapi sang guru di
depan tidak memberikan toleransi.
“Jinyoung – ssi!
Kumpulkan semua soal – soal itu di mejaku. Sekian materi hari ini anak – anak.
Lain kali, kalian harus belajar lebih rajin lagi ya.” ujar sang guru, setelah
itu pergi meninggalkan kelas. Murid yang dipanggil Jinyoung tadi berdiri, dan
mengumpulkan semua soal dari teman – temannya itu satu per satu.
“Jinyoung – aa,
setelah mengumpulkan soal – soal itu. Segera pergi ke kantin ya? aku dan Yubi
akan menunggumu disana. Call?” tanya seorang murid gadis dengan nametag ‘Kim Taeyeon’.
“bukankah hari ini
Minho ada pertandingan? Kalian tidak ingin melihatnya?” tanya Jinyoung.
“ah, kau benar.”
Komentar gadis disamping Taeyeon, dengan nametag ‘lee youbi’. “bagaimana kalau
kalian melihat Minho dulu, aku akan menyusul kalain setelah ini.” Usul Jinyoung.
“baiklah, kami tunggu di tepi lapangan basket ya. sampai jumpa nanti.” Setelah
mengatakan hal itu, Taeyeon dan Yubi pergi ke lapangan basket, disusul Jinyoung
yang pergi ke ruang guru.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Sedangkan
dilapangan basket. Pertandingan sudah dimulai 10 menit yang lalu. Semua yeoja
yang berada di tepi lapangan meneriakkan nama ‘Minho’. Sedangkan Taeyeon kini
yang sudah duduk di salah satu bangku Bersama Yubi, hanya bisa menatap
segerombolan yeoja yang tengah meneriaki nama Minho.
“aku heran, kenapa
mereka semua bisa tergila – gila pada Minho?” kekeh Taeyeon. “bukankah kau juga
salah satu dari mereka?” goda Yubi. “tapi tetap saja, rasa benciku padanya jauh
lebih banyak.” Jawab Taeyeon. Setelah itu mereka fokus menonton pertandingan
basket.
Awalnya
pertandingan sangat sengit, karena tim Minho maupun tim lawan sama – sama
kuatnya. Namun setelah sekitar 30 menit berlalu, Minho tampak serius menggiring
bola ke ring lawan, dan akhirnya membuahkan hasil. Minho terlihat sangat puas
dan ia bersorak – sorak Bersama teman – temannya. Para pendukung Minho pun ikut
bersorak – sorak, begitupun dengan Taeyeon, Yubi dan Jinyoung yang sudah
bergabung.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Kini Taeyeon, Yubi,
Jinyoung dan Minho merayakan kemenangan Minho di kantin. Mereka berempat duduk
berhadap – hadapan dan bersulang. “untuk kemenanganku atas pertandingan basket bersama
tim HighSchool, cheers” ujar Minho. Yang lainnya pun menjawabnya dengan kompak
‘cheers.’
Merekapun
bersenang – senang Bersama selama jam istirahat. Makan sambil bercanda ria di
meja kantin tersebut. Mereka berempat terlihat sangat kompak.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Saat pulang
sekolah, Taeyeon yang belum dijemput sopirnya menunggu di depan gerbang
sekolah.
Ia berdiri sendirian
seraya mengayun – ngayunkan kakinya karena merasa bosan. Tidak lama kemudian,
sepasang sepatu menghampirinya. Taeyeon mendongak dan ia tersenyum melihat
orang itu. “khajja!” kata orang itu. “bukankah kau harus berangkat bekerja?”
tanya Taeyeon. “lalu apa kau akan menunggu Pak Kang datang? Berapa lama lagi
kau akan menunggunya?” kata orang itu yang tidak lain adalah Jinyoung. Taeyeon
tersenyum mendengar penuturan Jinyoung. “tunggu apa lagi, cepat naik.” Ujar Jinyoung
lagi seraya menepuk boncengan sepedanya, mengisyaratkan Taeyeon agar segera
naik. Taeyeon menyambutnya dengan senang hati dan segera naik ke boncengan
sepeda Jinyoung. Jinyoung pun segera mengayuh sepedanya.
“bagaimana kalau
kau telat bekerja? Gajimu pasti akan dipotong, apa kau akan terima hal itu?”
tanya Taeyeon saat di perjalanan. “pemilik restoran sudah tahu kalau aku ini
murid yang cerdas di sekolah. Aku tinggal bilang pada mereka kalau tadi aku ada
tambahan jam pelajaran. Gampang kan?” sahut Jinyoung dengan entengnya.
“ternyata dibalik tampang malaikatmu itu kau suka menipu orang ya ternyata.
Haha..” tawa mereka pun pecah. “kukira kau orang yang tidak bisa berbohong.”
Tambah Taeyeon lagi. “memang, setiap orang pasti memerlukan sebuah kebohongan
untuk menyelamatkan sesuatu. Dan semua orang pasti pernah melakukan
kebohongan.” Jelas Jinyoung. Taeyeon hanya bisa mengangguk – angguk. “lalu, apa
kau juga pernah melakukan sebuah kebohongan sebelumnya?” tanya Taeyeon. “apa
kau juga pernah berbohong padaku selama ini?” tambahnya.
“hem, sebentar biar
ku ingat – ingat lagi.” Jinyoung terlihat mengingat – ngingat apakah ia pernah
berbohong pada Taeyeon sebelumnya. “hei kau ini, kenapa kau pura – pura
berpikir. Apa jangan – jangan selama ini kau sering berbohong padaku ya?”
selidik Taeyeon, namun Jinyoung malah tertawa. “kenapa kau tertawa? Apa aku
benar? Jadi aku benar? Kau pernah berbohong padaku? Atau mungkin kau sering
membohongiku ya? hei, ayo cepat jawab pertanyaanku.” Desak Taeyeon seraya
mengguncangkan – ngguncangkan tas Jinyoung yang ia jadikan pegangan.
“hei, jangan
melakukan hal itu. Kita bisa terjatuh nanti.” Sewot Jinyoung yang sedikit
kehilangan keseimbangan dan hampir saja jatuh. Taeyeon yang terkejut segera
merangkulkan tangannya ke perut Jinyoung. Jinyoung tersenyum melihat pegangan
tangan Taeyeon makin erat.
Sesaat kemudian Taeyeon
memukul punggung Jinyoung. “hei, kau sengaja ya melakukan hal itu padaku. Kau
ingin membuatku mati eoh?” bentak Taeyeon seraya memukul punggung Jinyoung.
“hei, ini semua
salahmu juga. Kau terus saja mendesakku dan memukul – mukul punggungku.
Lihatlah sekarang, kau masih saja memukul punggungku. Itu membuatku tidak bisa
konsentrasi, jadi jangan salahkan aku jika nanti sepeda ini jatuh, kau juga
ikut jatuh.” Kata Jinyoung. “kau juga jatuh.” Tambah Taeyeon.
Entah kenapa,
setelah pertengkaran kecil mereka barusan, mereka berdua tersenyum setelahnya.
Dan menikmati udara yang mengiringi perjalanan pulang mereka.
Setelah beberapa
saat kemudian, sampailah mereka di depan rumah Taeyeon. Jinyoung menghentikan
sepedanya, Taeyeon turun dan berdiri disamping Jinyoung. “sepertinya Pak Kang
belum pulang. Apa ku bilang, lebih baik kalau kau pulang bersamaku kan.” Kata Jinyoung.
“emm, kau benar. Sepertinya
Pak Kang menemani ayah keluar kota.” Balas Taeyeon.
Kini mereka terdiam
sesaat saling memandang. “ada apa?” tanya Jinyoung kemudian. “terima kasih,
karenamu aku jadi tidak menunggu pak kang terlalu lama.” Ujar Taeyeon dengan
tulus. Jinyoung menyambutnya dengan senyuman. “emm, sama – sama. Masuklah, aku
akan berangkat bekerja.” Kata Jinyoung. Taeyeong mengangguk, Ia pun segera
membuka pintu gerbangnya. Tidak lupa sebelum membalikkan badannya, Taeyeon
melambaikan tangannya pada Jinyoung. Jinyoung juga membalas lambaian tangan Taeyeon.
Sesaat kemudian, setelah Taeyeon menutup gerbangnya. Jinyoung segera memutar
balik sepedanya dan berangkat menuju tempat Ia bekerja.
Di tempatnya
bekerja, setelah memarkirkan sepedanya, Jinyoung segera masuk melalui pintu
belakang dan segera mengganti seragam sekolahnya dengan seragam bekerja.
Hari
ini, restoran tempat Jinyoung bekerja, sangat ramai. Jinyoung dan dua orang
temannya sangat kewalahan dengan pengunjung yang cukup banyak hari ini. Jinyoung
tampak melayani pengunjung dengan ramah dan sopan, serta sabar dalam menghadapi
pengunjung yang dapat dikatakan cerewet.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Malam harinya,
setelah restoran tempat Jinyoung tutup. Jinyoung pulang dengan menuntun
sepedanya. Sedangkan dirumah Taeyeon. Taeyeon sedang makan malam Bersama
ayahnya.
“kau tadi pulang bersama
Jinyoung lagi kan?” tanya sang ayah. “emm, itu karena pak kang tidak kunjung
datang, untung Jinyoung selalu memberiku tumpangan. Ayah, lain kali jika pak
kang tidak bisa menjemputku. Ayah bisa menelfonku, agar aku tidak menunggunya
seperti orang bodoh di depan gerbang sekolah.” Kesal Taeyeon.
“ayah tidak pernah
bilang padamu, supaya kamu tidak pulang sendiri. Untuk itu ayah selalu menelfon
Jinyoung dan menyuruhnya mengantarmu pulang.” Jelas ayah Taeyeon. “ayah
menelfon Jinyoung?” heran Taeyeon. “tentu saja, karena ayah mengkhawatirkanmu
sayang. Ayah tidak tega jika harus membiarkanmu pulang sendirian. Untuk itulah
ayah selalu meminta bantuan Jinyoung untuk mengantarmu pulang jika pak kang
tidak bisa menjemputmu.”
“tapi kan ayah,
itu akan sangat merepotkan Jinyoung bukan? Dia juga kan harus bekerja. Tidak
mungkin kan selamanya aku harus menebeng pada Jinyoung.” Ujar Taeyeon.
“lalu ayah harus
bagaimana?” tanya sang ayah. Taeyeon diam sesaat. “apa begini saja, besok ayah
belikan kau sepeda baru. Jadi kau tidak perlu menunggu pak kang ataupun takut
merepotkan Jinyoung. Heem?” tanya sang ayah. “tapi ayah…….”
Ucapan Taeyeon
terpotong karena ada telefon yang masuk ke ponsel ayah Taeyeon. Ayah Taeyeon
mengisyaratkan Taeyeon untuk diam sebentar, dan segera mengangkat telfon
tersebut.
“halo ini Kim Jong
Woo.” Setelah itu ayah Taeyeon beranjak dari kursinya dan mencari tempat yang
nyaman untuk berbicara dengan rekan bisnisnya itu. Taeyeon hanya bisa menghela
nafas melihat sang ayah yang sangat bekerja keras untuknya.
Taeyeon pun juga
ikut meninggalkan meja makan, dan menuju kamarnya. Sampai dikamar, Taeyeon
duduk dipinggiran ranjang melihat foto yang ada dimeja dekat tempat tidurnya.
Fotonya dan kedua orang tuanya, disamping ada foto lagi. Itu adalah fotonya Bersama
Jinyoung dan seorang gadis lain lagi waktu mereka masish SMP.
Taeyeon tersenyum
kecil menatap kedua foto itu, dan mematikan lampunya. “goodnight” ujarnya
seraya merebahkan tubuhnya di Kasur.
Sedangkan
Jinyoung yang baru saja pulang bekerja, dan kebetulan baru saja melintasi rumah
Taeyeon dan tidak sengaja menatap kamar Taeyeon yang baru saja memetikan lampu.
“sepertinya dia baru saja tidur.” Ujarnya yang baru saja menangkap lampu kamar Taeyeon
yang baru saja mati. “have a nice dream.” Ujar
Jinyoung lalu menuntun kembali sepedanya, karena lelah Jinyoung lebih
memilih menuntun sepedanya dari pada menaikinya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Keesokan harinya, Taeyeon
terdiam menatap sebuah sepeda di halamannya. Ia teringat kata – kata salah satu
bibi di rumah nya, ‘tuan besar sudah pergi dari pagi tadi nona, beliau bilang
mulai sekarang anda tidak perlu menunggu pak kang jika pulang sekolah. Nona bisa
naik sepeda jika ingin pergi ke sekolah atau kemana – mana tanpa harus menunggu
pak kang.’.
Taeyeon hanya bisa
menghela nafasnya, ia berjalan mendekati sepeda itu. “ayah itu sebenarnya
peduli padaku atau tidak sih? Dia benar – benar tidak tahu ya kalau aku tidak
bisa naik sepeda.” Ujar Taeyeon sendirian.
Meskipun sedikit
kesal, tapi Taeyeon mulai menuntunnya dan menaikinya saat sudah diluar
rumahnya. Ia sedikit kesulitan karena memang ia tidak bisa naik sepeda. Hingga
akhirnya Taeyeon jatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan.
Lagi – lagi Taeyeon
hanya menghela nafas. Ia menatap siku dan lututnya yang sedikit tergores. Lalu ia
melihat jam yang melingkar di tangannya, pukul 09.30. “sudah telat juga
meskipun aku berusaha menaikinya.” Ujarnya lalu bangkit dan mulai menuntun
sepedanya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Dikelas
XI – 4, salah seorang teman Jinyoung menyenggol lengan Jinyoung. “ada apa?”
tanya Jinyoung. “kemana Taeyeon? Tidak biasanya kan seorang kim Taeyeon
membolos?” heran teman itu. Jinyoung pun menolehkan kepalanya kebelakang,
karena memang tempat duduk Taeyeon berada di belakang pojok dekat jendela. “kalian
tidak berangkat bersama hari ini?” tambah teman tersebut. “tidak, hari ini kami
tidak berangkat bersama. Aku juga tidak tahu kemana dia pergi, tidak mungkin
kalau dia membolos.” Jawab Jinyoung. “ini sudah hampir pergantian jam, sudah
pasti dia membolos Jinyoung.” sahut temannya itu. Jinyoung pun menatap bangku Taeyeon
yang kosong.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Sedangkan Taeyeon
kini yang baru sampai di sekolah, ia pergi ke uks lebih dulu untuk mengobati
lukanya. Setelah itu ia pergi ke kantin sambil menunggu pergantian jam
pelajaran. Namun saat melewati perpustakaan, Taeyeon tidak sengaja melihat Minho
sendirian di sana. Ia pun menghampirinya dan menepuk pundak Minho membuat Minho
berteriak karena kaget. Sehingga ia mendapat tatapan tajam dari beberapa orang
karena terlalu berisik. Taeyeon terkekeh karena ulahnya sendiri yang menjahili Minho.
Sedangkan Minho
hanya berdecak kecil. “untuk apa kau kesini? Kau tidak ikut pelajaran biologi?”
tanya Minho. “tidak.” Jawab Taeyeon singkat. “kau sendiri?” tanya balik Taeyeon.
“kau tahu kan kemarin aku ada pertandingan basket. Jadi tidak bisa mengikuti
ulangan fisika. Karena itulah aku berada disini.” Jawab Minho. Dan tanpa
sengaja Minho menatap lengan Taeyeon yang diperban.
“ada apa dengan
lenganmu? Kau terjatuh?” tanya Minho khawatir dan memeriksa lengan Taeyeon.
“emm, hanya luka kecil. Nanti juga sembuh.” Kata Taeyeon. “katakan padaku! Apa Jinyoung
yang membuatmu jatuh seperti ini?” tanya Minho. “bukan, kami bahkan tidak
berangkat bersama tadi.” Jawab Taeyeon dengan cepat.
“ah aku baru ingat
sekarang, tadi pagi aku belum melihatmu sama sekali dikelas. Apa kau telat?
Karena itulah kau tidak ikut pelajaran biologi? Lalu bagaimana bisa kau telat?
Ini seperti bukan dirimu saja. Katakan padaku, cepat ada apa sebenarnya?” desak
Minho pada Taeyeon.
“kau itu cerewet
sekali ya, inilah yang tidak kusuka darimu. Kau itu cerewet, suka mengataiku,
membentak – bentakku, suka membanding – bandingkanku dengan orang lain. Tidak
bisakah kau diam sekali saja, jika kau tidak suka kau bisa diam, jangan selalu
mengataiku dan membeda – bedakanku dengan orang lain. Karena aku tidak suka
itu.” Kesal Taeyeon. Ia pun pergi meninggalkan Minho sendiri di perpustakaan. Minho
merasa bersalah sebenarnya, tapi ia
tidak bisa mengejar Taeyeon. Karena ia harus mengerjakan tugasnya lebih dulu.
Jadi ia membiarkan Taeyeon pergi begitu saja meninggalkannya.
Diluar perpustakaan,
Taeyeon berjalan dengan kesal dan menggerutu tidak jelas. Di depan Taeyeon, Jinyoung
tengah berdiri menatapnya dengan jarak beberapa meter dari Taeyeon. Jinyoung
hanya tersenyum melihat Taeyeon yang tengah mengomel sendirian.
Hingga
akhirnya, Taeyeon berhenti karena melihat sepasang sepatu yang sangat ia kenali
tengah berdiri di depannya. Taeyeon pun mendongak. “hei, nona malas. Ikut aku,
kau harus bisa menjelaskan padaku kenapa kau tidak ikut pelajaran biologi pagi
ini? Hem. Ayo, jelaskan padaku.” Jinyoung merangkulkan tangannya pada bahu Taeyeon
dan menggiringnya ke kelas. “hei lepaskan dulu. Baik nanti akan kujelaskan.
Tapi tolong lepaskan tanganmu dulu.” Pinta Taeyeon. Namun Jinyoung tidak
menggubrisnya dan terus mengempit (?) kepala Taeyeon sampai ke kelas walau Taeyeon
juga berusaha melepaskan diri dari Jinyoung, namun gagal.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Saat jam
istirahat. Empat sekawan tengah makan bersama seperti biasa di kantin. “Taeyeon
– aa, kenapa dengan lenganmu? Kemarin sepertinya masih baik – baik saja.” Heran
Yubi. Jinyoung juga ikut menatap lengan Taeyeon. Melihat Jinyoung menatap
lengannya seperti itu, Taeyeon berusaha menyembunyikannya. “tidak apa – apa,
anggap saja aku sedang kurang beruntung. Tidak apa – apa. Ini tidak parah kok,
sebentar lagi juga akan segera sembuh. Aku sudah mengobatinya.” Jelas Taeyeon
agar semua tidak merasa khawatir.
“dia itu keras
kepala sekali. Apa susahnya sih bilang apa yang sebenarnya terjadi kepada kami.
Seperti kami ini orang lain saja. Tadi saat di perpustakaan juga ku tanya dia
tidak mau menjawab. Dia hanya pergi begitu saja. Dasar keras kepala.” Ledek Minho.
“hei, kau mangataiku keras kepala? Lalu kau sendiri apa huh? Kepala batu?
Menyebalkan!” kesal Taeyeon.
“hei, sudahlah.
Jangan bertengkar seperti ini. Mungkin Taeyeon merasa ini tidak perlu
diceritakan, jadi kita juga tidak boleh mendesaknya untuk bercerita kepada
kita. Itu hak Taeyeon apakah ia mau bercerita atau tidak. Dan kau juga Minho,
kau tidak boleh terus – terusan mengatai Taeyeon seperti itu. Bagaimana pun
juga kita ini teman. Kalian mengerti!” lerai Jinyoung dengan nasehatnya.
“ooo,
kau hebat Jinyoung – aa. hehe” puji Yubi dengan mengacungkan kedua jempolnya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Saat pulang
sekolah, Taeyeon berjalan berdampingan dengan Yubi menyusuri koridor sekolah.
“hei Taeyeon. Aku heran denganmu sebenarnya. Kau bilang, kau menyukai Minho,
tapi kau juga membencinya. Sebenarnya kau itu membencinya atau menyukai nya
sih?” tanya Yubi.
“dengarkan baik –
baik ya nona Yubi yang cantik dan baik hati. Berapa kali sudah kubilang, aku
membenci Minho lebih banyak dari pada aku menyukainya. Kau lihat sendiri kan
tadi di kantin, dia suka mengataiku, dan aku tidak suka itu. Aku memang
menyukainya namun hanya sebatas mengagumi. Karena apa? Karena dia itu sangat
berbakat, tidak hanya dalam bidang akademis saja. Dia sedikit mempunyai
kelebihan dari pada Jinyoung, yaitu dia berbakat juga dalam bidang olahraga. Dia
itu sangat atletis dan gesit. Saat ia bermain basket dan memenangkan olimpiade
sains bersama Jinyoung. Betapa senangnya aku melihatnya. Tapi jika mengingat dia
sering mangataiku. Rasa benciku seketika langsung muncul. Dan aku benar – benar
membencinya saat memikirkan hal itu.” Jelas Taeyeon pada Yubi. Setelah itu, ia
melihat Jinyoung tengah berdiri di dekat sepedanya dan menumpangi sepeda Jinyoung
sendiri.
“Yubi – aa, kau
duluan ya. aku rasa aku meninggalkan buku catatanku di kelas. Aku akan segera
kembali. Kau duluan saja. Dah.” Taeyeon segera pergi meninggalkan Yubi dalam
keadaan bingung. “ada apa dengannya? Huh, dia pelupa juga orangnya, aku baru
ingat.” Kekeh Yubi, ia pun pulang lebih dulu, dan menyapa Jinyoung yang
kebetulan ia lewati. “kau tidak pulang?” tanya Yubi. “apa kau melihat Taeyeon
tadi?” tanya balik Jinyoung. “dia meninggalkan buku catatannya dan mengambilnya
dikelas. Dia sangat ceroboh. Kau mau menunggunya?” tanya Yubi. “emm.” Jawab Jinyoung.
“kalau begitu aku pulang dulu ya.” Yubi pun pergi .
Sedangkan Taeyeon
kini tengah bersembunyi dibalik tembok dan mengawasi Jinyoung. “aish, kenapa dia
belum pulang juga. Jangan bilang dia sedang menungguku, ya ampun. Bagaimana
ini, aku harus bagaimana?” bingung Taeyeon. “bagaimana caranya aku mengambil
sepedaku kalau Jinyoung masih berada disitu.”
10 menit berlalu, Taeyeon
mulai jenuh. “kapan dia akan pergi?” Taeyeon sudah lelah, ia pun mulai keluar
dari persembunyiannya. Taeyeon berusaha bersikap seperti biasanya di depan Jinyoung.
“kenapa kau lama
sekali?” tanya Jinyoung. “kau menungguku? Kenapa? Bukankah kau harus bekerja?
Lagi pula aku membawa sepeda sendiri hari ini.” Kata Taeyeon.
“hari ini restoran
tutup, jadi aku tidak bekerja. Dan apa kamu bodoh? Jelas – jelas kamu tidak
bisa naik sepeda. Lalu untuk apa membawanya kesekolah huh? Pantas saja lutut
dan lenganmu itu luka – luka.” Kata Jinyoung. Taeyeon hanya bisa diam
diceramahi Jinyoung seperti itu.
“benar! Aku memang
bodoh! Lalu kenapa? Apa masalahnya denganmu, yang jatuh kan aku juga. Bukan
kamu, lalu kenapa kamu sewot seperti itu. Haish menyebalkan sekali. Kenapa hari
ini tidak ada yang bejalan dengan baik sih.” Kesal Taeyeon lalu hendak membawa
sepedanya pergi, namun Jinyoung menahan lengannya.
“hari ini restoran
tempatku bekerja tutup.” Ulang Jinyoung. “aku sudah tahu, kau tadi sudah
mengatakannya. Jadi bisakah kau biarkan aku pergi?” kata Taeyeon seraya
membalikkan tubuhnya menatap Jinyoung.
“karena hari ini
aku libur, aku akan mengajarimu naik sepeda. Bagaimana? Apa kau mau?” tanya Jinyoung.
Seketika Taeyeon yang kini sudah berjalan berjalan beberapa langkah
menghentikann langkahnya dan berbalik. “benarkah? Kau tidak bercanda?” tanya Taeyeon
memastikan dan Jinyoung mengangguk. Seketika senyum Taeyeon mengembang.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Kini
Jinyoung mengajari Taeyeon naik sepeda di halaman sekolah, karena memang
semuanya sudah pulang dan sepi. Jadi akan memudahkan Taeyeon untuk bisa
berkonsentrasi dengan belajarnya. Jinyoung dengan telaten dan sabar mengajari Taeyeon.
Tidak mudah memang, karena beberapa kali Taeyeon hendak jatuh namun dengan
tanggapnya Jinyoung menangkapnya sehingga Taeyeon tidak terjatuh.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Setelah dirasa
cukup latihan, dan waktu juga sudah sore. Jinyoung dan Taeyeon akhirnya
memutuskan untuk pulang dengan menuntun sepeda masing – masing karena Taeyeon
masih belum bisa menaiki sepeda.
“apa kau tidak apa
– apa?” tanya Jinyoung. “aku tidak apa – apa, kenapa? Apa kau kira aku akan lelah
hanya karena belajar sepeda seperti tadi. ckck” jawab Taeyeon dengan
kekehannya.
“bukan itu
maksutku, kau tadi bilang ‘kenapa hari ini tidak ada yang berjalan dengan
baik’. Apa terjadi sesuatu di rumah? Kau tidak bertengkar dengan ayahmu kan?” Jinyoung
mencoba menebak – nebak masalah Taeyeon.
“tidak, kami tidak
bertengkar hari ini. Bahkan kami tidak sempat bertemu tadi, bagaimana bisa kami
bertengkar.” Jawab Taeyeon.
“apa kau merasa
kecewa?” tanya Jinyoung. Taeyeon menatap Jinyoung yang ternyata Jinyoung juga
menatapnya, lalu Taeyeon tersenyum kecil.
“kecewa pasti,
tapi seseorang pernah bilang padaku kalau itu semua demi kebaikanku kan. Jadi
sebisa mungkin aku tidak membencinya dan mencoba memahaminya.” Ujar Taeyeon. “siapa
yang bilang seperti itu?” goda Jinyoung membuat Taeyeon tertawa. “kau benar –
benar ingin tahu? Kau sungguh tidak tahu?” kini giliran Taeyeon yang menggoda.
“aku tidak tahu.” Jawab Jinyoung dengan tersenyum.
“dia
adalah teman baikku bernama jung Jinyoung.” Kata Taeyeon seraya tersenyum
menatap Jinyoung, mendengar hal itu Jinyoung ikut tersenyum. Dan mereka pun
mengobrol terus hingga sampai depan rumah Taeyeon, karena rumah Jinyoung searah
dengan rumah Taeyeon jadi terkadang mereka, bukan lebih tepatnya Jinyoung
sering membarengi (?) Taeyeon pergi ke sekolah.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Di rumah Jinyoung,
Jinyoung baru saja menjagang (?) sepedanya di depan rumah dan masuk ke dalam
rumah. “aku pulang.” Salam Jinyoung pada ibunya, namun betapa terkejutnya Jinyoung
melihat sang ibu sudah tergeletak tak sadarkan diri di lantai. “ibu, bangun bu.
Ibu ada apa denganmu? Bangun bu, kumohon!” teriak Jinyoung di sela – sela
tangisnya. Ia pun segera mengangkat sang ibu menuju rumah sakit terdekat.
Sesampainya di rumah
sakit, ibunya langsung dibawa ke UGD. Dokter juga langsung memeriksanya,
“bagaimana dokter keadaan ibu saya?” tanya Jinyoung setelah sang dokter keluar
dari UGD. “penyakitnya semakin parah, dia harus segera dioperasi. Sedikit mahal
memang biayanya, tapi tidak bisakah kau berusaha demi ibumu?” nasihat sang
dokter sambil menepuk pundak Jinyoung. “aku yakin kau bisa mengatasi semua ini,
karena kau masih muda dan bersemangat.” Setelah itu sang dokter pergi. Jinyoung
hanya bisa melihat ibunya dipindahkan sementara ke kamar biasa.
Kini Jinyoung
hanya bisa terduduk menyender (?) di dinding koridor rumah sakit. Ia tidak tahu
harus mencari dimana uang untuk mengoperasi ibunya. Upahnya bekerja di restoran
saja pasti tidak akan cukup. Jinyoung benar – benar pusing.
Sedangkan
Taeyeon kini dudu sendirian di meja makan. “ayah nona tidak akan pulang untuk
beberapa hari kedepan. Beliau ada bisnis di pulau jeju nona.” Kata sang bibi
yang tadi menyiapkan makan malam untuk Taeyeon. Taeyeon hanya diam dan menatap
semua makanan di depannya itu sendirian.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Keesokan harinya, Jinyoung
absen di kelas. Semua satu kelas merasa heran bahkan wali kelas XI – 4 yang
kebetulan sedang mengajar hari ini merasa heran. Mereka bertanya pada Taeyeon
karena Taeyeon dan Jinyoung memang dekat. Tapi Taeyeon menjawab tidak tahu.
Taeyeon
juga memperhatikan bangku Jinyoung yang kosong. “kemana dia pergi?” pikir Taeyeon.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Sedangkan dirumah
sakit, Jinyoung kini menyuapi ibunya. Sedangkan sang ibu berusaha menolak dan
ingin makan sendiri. “sudah lah ibu, jarang – jarang kan ibu mendapat perlakuan
khusus ini dari putra satu – satunya ibu ini.” Kata Jinyoung. “sudahlah Jinyoung,
ibu tidak apa – apa. Ibu bisa makan sendiri. Dan kenapa kau tadi membolos? Kau
bilang kau ingin menjadi orang sukses agar ibumu ini bisa sembuh.” Ujar sang
ibu.
Jinyoung
hanya bisa menundukan kepalanya, berusaha menutupi air matanya dari sang ibu.
Ibu Jinyoung mengelus pipi Jinyoung dan membuat anak semata wayangnya itu
menatapnya. “jangan menangis nak, jika kau menangis ibu juga akan menangis. Ibu
tidak apa – apa sungguh nak.” Hibur sang ibu. Jinyoung hanya bisa mengangguk
dan menangis. Sang ibu pun mengusap air mata Jinyoung dan memeluknya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Taeyeon kini
berjalan berdampingan dengan Minho menyusuri koridor sekolah saat pulang
sekolah. Sedangkan Yubi sudah pulang lebih dulu. “apa kau membawa sepeda lagi
hari ini?” tanya Minho. Taeyeon hanya mengangguk. “kau sudah bisa menaikinya
sendiri?” tanya lagi Minho. “belum, tidak semudah yang kubayangkan ternyata
belajar sepeda itu. Lebih mudah mengerjakan soal matematika daripada harus
belajar sepeda.” Ujar Taeyeon.
“kurasa tidak
juga.” Balas Minho. Taeyeon otomatis menoleh pada Minho. “memang kau bisa naik
sepeda?” tanya Taeyeon. Minho hanya tersenyum menunjukkan gigi – giginya.
“tidak.” Jawabnya sambil cengingiran. “ah, sudah kuduga.” Timpal Taeyeon.
Merekapun sampai
di tempat Taeyeon memarkirkan sepedannya. “kurasa kau belum dijemput Minho –
aa.” Kata Taeyeon. “kurasa juga begitu. Kalau begitu, apa kau mau menamaniku
sebentar sambil menunggu aku dijemput?” tanya Minho. Taeyeon tampak berpikir
sebentar, “baiklah, tidak masalah.”
Kini mereka berdua
duduk di bangku dekat sepeda Taeyeon terparkir.
“kau mau tahu,
jika aku sedang ada maalah aku pergi kemana?” Minho memulai kembali percakapan.
“kemana?” tanya Taeyeon karena penasaran. “atap.” Jawab Minho. “atap? Kenapa?
Apa kau berencana mengakhiri hidupmu disana? ck” kekeh Taeyeon.
“mungkin saja.”
Jawaban Minho kali ini membuat Taeyeon menghentikan kekehannya dan menatap Minho
dengan serius. “dulu, pernah sekali aku hampir menjatuhkan diri dari atap. Tapi
ada seseorang yang mencegahku. Dan merawatku hingga saat ini walau tidak
selalu.” Kata Minho.
Taeyeon benar –
benar tidak mengerti arah pembicaraan Minho kali ini. Kenapa Minho tiba – tiba
membicarakan hal ini, dan membicarakan siapa. Taeyeon benar – benar tidak tahu.
Minho juga yakin
kalau Taeyeon pasti tidak akan mengerti. Karena itu Minho tersenyum kecil
sesaat sambil menatap Taeyeon.
“kau sendiri? Kau
pergi kemana jika kau sedang ada masalah?” tanya Minho untuk mengalihkan topik
pembicaraannya tadi. “aku? Aku biasanya akan pergi ke tempat yang sunyi dan
sepi. Untuk menenangkan pikiranku.” Jawab Taeyeon. “dan dimana itu?” tanya Minho.
Taeyeon merasa ada yang aneh dengan Minho, kenapa dia sangat ingin tahu. “biasanya
aku mengunjungi ibuku dan temanku.” Jawab Taeyeon. Minho mangangguk mengerti,
karena ia sudah tahu kalau ibunya Taeyeon sudah meninggal.
Tidak lama kemudian,
mobil yang menjemput Minho sudah sampai. Minho pun pamit pada Taeyeon dan
menawari Taeyeon untuk pulang bersama. “ayo, aku bisa mengantarmu sekalian.”
Ujar Minho. “tidak perlu, kau pulang saja duluan.” Tolak Taeyeon dengan halus.
“kau yakin?” tanya Minho. “emm, cepat pulang sana. Hati – hati ya!” kata Taeyeon
seraya melambaikan tangannya. Minho pun masuk kedalam mobil karena Taeyeon
menolak ajakannya.
Setelah mobil Minho
pergi, Taeyeon mulai menuntun sepedanya. Dan dia tiba – tiba teringat dengan Jinyoung.
“astaga, aku kan tadi mau menelfon Jinyoung. Kenapa bisa lupa, hais.”
Gerutunya, ia pun berhenti untuk mengambil ponselnya dan segera menelfon Jinyoung.
Sedangkan Jinyoung
yang baru keluar dari kamar ibunya dirawat, segera menerima telfon dari Taeyeon.
“halo.”
“hei, kau kemana
saja? Kenapa hari ini membolos? Apa kau baik – baik saja? Ibumu?” cerewet Taeyeon
dari seberang telfon sana.
Sejenak Jinyoung
bisa tersenyum sedikit mendengar kecerewetan Taeyeon. “ibuku masuk rumah sakit
semalam, jadi aku harus merawatnya.”
“what? Ibumu masuk
rumah sakit dan kau tidak bilang padaku. Kau itu temanku bukan sih sebenarnya.
Sudah berapa kali ku bilang, jika terjadi sesuatu kau harus segera menelfonku.”
Cerocos Taeyeon.
“maafkan aku, aku
begitu bingung semalam jadi tidak sempat menghubungimu. Kenapa kau tidak kesini
saja sekarang? Ibu pasti senang melihatmu.” Kata Jinyoung.
“baiklah, aku akan
segera kesana. Tunggu aku.” Taeyeon pun segera menutup telfonnya.
Ia segera menaiki
sepedanya dengan tanpa diduga – duga, ia juga lupa kalau ia tidak bisa naik
sepeda. Namun nyatanya yang ada dipikirannya kini adalah keadaan Jinyoung dan
ibunya. Ia melupakan fakta kalau ia tidak bisa naik sepeda. Tapi entah karena
tekad atau apa, Taeyeon bisa mengayuh sepedanya hingga sampai di rumah sakit. Ia
sendiri tidak sadar kalau ternyata dia bisa mengayuh sepedanya.
Tidak lama kemudian
Taeyeon sudah sampai di rumah sakit dan segera mencari kamar ibu Jinyoung.
Sesampainya dikamar ibu Jinyoung. Jinyoung terheran – heran. “kenapa cepat
sekali? Kau berlari kesini? Kenapa keringatmu banyak sekali?” tanya Jinyoung.
“tidak, aku naik sepeda.” Jawab Taeyeon. Sesaat kemudian ia dan Jinyoung saling
menatap. Lalu mereka saling tersenyum. “Jinyoung – aa, aku baru sadar aku
kesini naik sepeda. Itu artinya aku sudah bisa naik sepeda. Ya ampun. Astaga,
aku tidak mempercayai ini.” Senang Taeyeon.
“sudah kuduga,
cepat atau lambat kau pasti bisa. Tapi aku tidak tahu kalau kau akan secepat
ini.” Kekeh Jinyoung. Taeyeon menyapa ibu Jinyoung. “apa kabar bibi, maaf aku
terlambat menjenguk bibi. Ini karena anak bibi yang satu itu tidak
menghubungiku sama sekalu bi.” Kata Taeyeon.
Ibu Jinyoung hanya
bisa tersenyum. “tidak apa – apa, sakit bibi tidak begitu parah. Mungkin
istirahat beberapa hari disini bibi akan sembuh.” Kata sang ibu Jinyoung. “kalian
berbicara dulu ya, aku akan pergi membeli beberapa makanan.” Pamit Jinyoung dan
meninggalkan ibunya Bersama Taeyeon.
“bibi, bibi harus
segera sembuh ya. Bibi harus segera sembuh demi Jinyoung, emm?” pinta Taeyeon
seraya memegang kedua tangan ibu Jinyoung. “iya, bibi akan segera sembuh. Tidak
hanya demi Jinyoung saja, tapi demi kamu juga Taeyeon – aa.” Ujar ibunya Jinyoung.
“benarkah?” tanya Taeyeon dengan wjah berbinar – binar. Ibu Jinyoung
mengangguk.
“terimakasih bibi,
aku sangat sayang pada bibi.” Taeyeon pun memeluk ibu Jinyoung.
Beberapa saat
kemudian, Taeyeon mengupaskan ibu Jinyoung apel dan menyuapinya. Merasa janggal
karena Jinyoung tidak juga kembali. Jinyoung membeli makanan dimana memangnya. Taeyeon
pun berpamitan pada ibu Jinyoung untuk keluar sebentar mencari Jinyoung.
Jinyoung yang baru
saja kembali ke rumah sakit dengan membawa sekantong kresek makanan, tiba –
tiba dipanggil oleh dokter ibunya.
“hei nak,
kemarilah sebentar. Ada yang ingin kubicarakan mengenai ibumu nak.” Kata sang
dokter.
Kini dokter itu
dan Jinyoung berdiri di koridor yang cukup sepi. “dengarkan aku nak, keadaan
ibumu sudah semakin parah. Jika ia tidak segera dioperasi. Nyawanya akan
semakin terancam.” Kata sang dokter yang membuat Jinyoung seketika lemah dan
tak bersemangat seperti beberapa waktu yang lalu.
Sedangkan
di balik koridor yang tidak jauh dari sana, Taeyeon mendengar percakapan dokter
dan Jinyoung. Taeyeon merasa sedih, sesaat Taeyeon menutup matanya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Setelah bercakap –
cakap dengan sang dokter, Jinyoung kembali ke kamar ibunya dengan berusaha
menutupi kesedihannya. Jinyoung merasa heran karena Taeyeon tidak ada. “kemana Taeyeon
bu? Apa dia sudah pulang?” tanya Jinyoung. “kau tidak bertemu dengannya? Dia
bilang dia hendak menyusulmu.” Jawab ibunya. “ya sudah kalau begitu biar kucari
bu. Aku pergi dulu ya bu.” Jinyoung meletakkan sekantong kresek tadi di atas
meja dan segera keluar.
Namun ternyata ia
keluar tidak mencari Taeyeon. Ia malah menelfon pemilik restoran untuk meminjam
uang untuk biaya operasi ibunya, tapi pemilik restoran tidak mempunyai uang
sebanyak yang Jinyoung minta, padahal Jinyoung sudah berjanji akan
mengembalikannya dengan bekerja keras. Tapi sepertinya memang pemilik restoran
tidak mempunyai uang sebanyak yang dimaksut Jinyoung. Jinyoung pun menutup
telfonnya dengan putus asa.
“hei, kau putra
nyonya jung kan?” panggil sang dokter pada Jinyoung. Jinyoung menoleh dan
menghampiri dokter. “ada apa dokter? Apa keadaan ibuku memburuk lagi” tanya Jinyoung
khawatir. “tidak – tidak, bukan seperti itu. Tapi saat ini juga ibumu bisa
segera dioperasi.” Kata sang dokter. “tapi biayanya dokter?” tanya Jinyoung.
“sudah tidak perlu dipikirkan lagi yang terpenting kan sekarang ibumu bisa
segera dioperasi kan?” ujar sang dokter. Jinyoung pun mengangguk setuju. Dan
tidak lama kemudian, beberapa perawat sudah mendorong tempat tidur ibu Jinyoung
dan memindahkannya ke ruang operasi.
Jinyoung teringat
dengan Taeyeon, Ia pun segera menelfon Taeyeon. “kau dimana? Ibuku akan
dioperasi. Cepatlah kembali.” “…” “baiklah, aku tunggu.” Jinyoung segera
memutuskan telfonnya dan pergi menyusul ibunya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Taeyeon
dan Jinyoung kini resah menunggu ibu Jinyoung dioperasi. Mereka terkadang
berjalan mondar – mandir, terkadang duduk dengan resahnya. Setelah 2 jam kemudian,
dokter mulai keluar diikuti perawat – perawatnya. “syukurlah operasinya
berjalan dengan lancar.” Kata sang dokter membuat Jinyoung dan Taeyeon merasa
lega. Jinyoung pun langsung memeluk Taeyeon. Taeyeon membalas pelukan Jinyoung
dengan menepuk – nepuk pelan punggungnya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Taeyeon kini
menatap Jinyoung yang tengah menemani ibunya dari luar kamar. Ia tidak ingin
merusak moment keluarga itu. Ia pun memutuskan pergi tanpa berpamitan.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Sampai di rumah, Taeyeon
sudah dihadang oleh ayahnya di depan pintu. “kemana saja kau baru pulang huh?
Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Kau lupa hari ini hari apa? Eoh?” bentak
ayahnya. “aku tidak lupa, tidak akan pernah lupa ayah. Ayah sendiri selalu
sibuk dengan pekerjaan ayah. Ayah bilang akan pulang beberapa hari lagi. Kenapa
ayah pulang sekarang?” tanya Taeyeon.
“karena ini adalah
hari peringatan ibumu, tentu saja ayah pulang untuk memperingatinya. Tapi kamu
malah keluyuran dan pulang sampai larut seperti ini. Kemana saja kau dari tadi?
Kau tidak berniat memperingati hari kematian ibumu ya? dasar anak tidak
berbakti.” Kata ayahnya dengan keras. Hati Taeyeon merasa sakit sekali mendegar
hal itu.
“lalu bagaimana
dengan ayah? Semasa ibu masih ada, ayah selalu bekerja dan bekerja. Ayah tidak
pernah mempunyai waktu untukku dan ibu. Kenapa sekarang tiba – tiba ayah peduli
tentang hari peringatan ibu. Ayah kau tahu? Ayah itu…….”
PLAK
Ayah Taeyeon tanpa
sadar menampar pipi Taeyeon. “ayah tidak pernah ada untuk kami, aku tahu ayah
melakukan semua itu untuk kebaikanku, untuk mencukupi kebutuhanku. Tapi apakah
pernah ayah bertanya padaku? ‘apa hari ini sekolahmu menyenangkan? Apa kau
tidak apa – apa? Apa kau sudah makan?
Apa kau tidak merasa lelah? Bagaimana teman – temanmu disekolah tadi?’
apa ayah pernah bertanya seperti itu padaku. Tidakkan? Ayah hanya memberiku apa
kebutuhanku saja. Tapi tidak pernah memberikan kasih sayang ayah padaku. Aku
kesepian ayah, aku tidak butuh semua barang – barang pemberian ayah, yang
kubutuhkan hanya ayah. Keberadaan ayah, karena hanya ayahlah yang kupunya saat
ini setelah kepergian ibu. Aku tidak ingin apa – apa ayah, aku hanya ingin ayah
ada untukku. Itu saja, apa aku salah?” jelas Taeyeon dengan menggebu – gebu.
Ayahnya hanya terdiam
mendengar penuturan anaknya itu, setelah melihat ayahnya tidak bisa berkutik Taeyeon
pun pergi meninggalkan ayahnya. “asal ayah tahu, aku sudah mengunjungi ibu hari
ini. Karena aku pikir ayah tidak ingat hari ini hari apa.” Setelah mengatakan
hal itu, Taeyeon segera menuju kamarnya dan menangis sendirian disana. Ya,
sebenarnya setelah meninggalkan rumah sakit, Taeyeon pergi mengunjungi makam
ibunya sendiri.
Sedangkan ayahnya
masih terdiam ditempat ia berdiri, ia tidak menyangka jika anaknya selama ini
merasa kesepian.
Lalu
Jinyoung, mecoba menghubungi Taeyeon namun tidak bisa. Jinyoung sedikit cemas,
karena Taeyeon pergi tanpa berpamitan.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Keesokan harinya, Taeyeon
merasa heran karena ayahnya belum juga berangkat bekerja. Mengingat
pertengkarannya dengan ayahnya semalam, Taeyeon pun memilih bungkam dan duduk
di meja makan dengan tenang. Ayah Taeyeon hanya bisa menatap anaknya itu,
mungkin anaknya masih kesal. Itu yang ada dipikiran ayah Taeyeon saat ini.
“kau akan
berangkat sekolah nak?” tanya ayah Taeyeon berusaha mengurangi kecanggungan diantara
ayah dan anak. “eoh” jawab Taeyeon singkat seraya memakan sarapannya.
Sejenak keadaan
menjadi hening. Ayah Taeyeon benar – benar ingin meminta maaf pada anaknya,
namun belum sempat ayah Taeyeon mengatakannya. Sebuah telfon sudah
menginterupsinya.
Taeyeon sudah
tahu, pasti itu rekan kerja ayahnya. Taeyeon hanya diam seolah – olah ia tidak
peduli.
“iya, Tuan Ahn.”
“………….”
“baik, aku
mengerti.”
Ayah Taeyeon
menatap anaknya yang benar – benar tidak peduli. Ayah Taeyeon benar – benar
merasa bersalah pada anaknya itu. Tapi bagaimana lagi, tuntutan pekerjaan yang
membuatnya harus seperti ini. “maafkan ayah Taeyeon tidak bisa mengantarmu ke
sekolah. Ayah harus segera pergi untuk rapat.” Ujar sang ayah. Namun Taeyeon
hanya diam. Ayahnya pun segera pergi meskipun anaknya tidak memperhatikannya
karena waktunya sudah hampir telat ia menghadiri rapat.
Setelah kepergian
sang ayah, Taeyeon menghentikan kegiatan sarapannya. Ia menatap pintu yang
pasti ayahnya sudah tidak terlihat dan pergi. Akhirnya Taeyeon pun bangkit dan
berangkat sekolah. Diluar rumah, ia tidak bisa melihat lagi sepeda pemberian
ayahnya karena ia sudah menjualnya untuk biaya operasi ibu Jinyoung. Ia juga
tidak bisa menghubungi Jinyoung untuk menjemputnya, karena ponselnya juga ia
jual. Dan hasil penjualan sepeda dan ponsel itu masih belum cukup, Taeyeon juga
mengambil uang tabungannya.
Kini
Taeyeon hanya menghela nafas dan mulai berjalan kaki. Ia melihat jam di
tangannya. Pukul 08.30.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Di kelas XI – 4
Pak Song tengah
memperhatikan semua muridnya yang sedang mengerjakan tugas darinya. Pak Song
heran melihat bangku Taeyeon kosong. “apa ada yang tahu kemana perginya Kim Taeyeon?”
tanya Pak Song. Beberapa murid menggeleng, sedangkan Jinyoung menengok ke
belakang, lebih tepatnya ke bangku Taeyeon yang kosong. Minho yang berada
sebaris dengan bangku Taeyeon juga melihat bangku Taeyeon yang kosong, Yubi
juga yang tempat duduknya berada di barisan depan bangku Minho dan Taeyeon.
“siapa disini
ketua kelasnya?” tanya Pak Song. “saya pak.” Kaat Jinyoung seraya mengangkat
tangannya. “kalau Taeyeon sudah masuk, suruh dia mengerjakan tugasnya.” Kata
Pak song. “baik pak.” Jawab Jinyoung.
“baiklah anak –
anak, karena waktunya sudah selesai. Kumpulkan tugas kalian ke ketua kelas. Dan
ketua kelas, nanti letakkan di mejaku. Selamat pagi.” Ujar pak song. “pagi pak”
beberapa murid menjawab. Minho langsung menghampiri Jinyoung dan menanyakan
keberadaan Taeyeon. “dimana Taeyeon? Kalian tidak berangkat bersama lagi?
Kenapa?” tanya Minho. “aku tidak tahu, tadi aku lewat depan rumahnya tampak
sepi, ku kira dia sudah berangkat bersama ayahnya.” Jawab Jinyoung. “mana
tugasmu?” Jinyoung menagih tugas Minho. Minho pun memberikan tugasnya, Yubi
juga datang mengumpulkan tugasnya. “ini aneh, kemarin Taeyeon telat. Hari ini ia
telat lagi atau tidak masuk ya? Jinyoung – aa, benarkah tadi rumahnya terlihat
sepi tadi?” tanya Yubi.
“sebenarnya dari
kemarin aku menghubungi ponselnya tidak bisa.” Jawab Jinyoung. Minho terlihat
khawatir, Yubi menatap Minho begitupun dengan Minho.
Namun tidak lama
kemudian, Taeyeon tiba dan duduk di bangkunya. Yubi langsung menghampiri Taeyeon.
“hei tuan putri. Kau kenapa telat lagi? Kau tidak apa – apa?” tanya Yubi. “aku
tidak apa – apa. Aku hanya lelah karena kemarin hari peringatan ibuku, aku
mengunjungi makam ibuku cukup lama. Mungkin karena terlalu lelah aku jadi
bangun kesiangan.” Jawab Taeyeon.
“astaga, maafkan
aku Taeyeon. Aku tidak tahu kalau kemarin adalah hari peringatan ibumu.” Sesal Yubi.
Taeyeon tersenyum. “tidak apa – apa.” Jawab Taeyeon.
Jinyoung dan Minho
juga menghampiri Taeyeon. “kau bangun kesiangan? Hwaah, tidak bisa dipercaya.”
Komentar Minho. “jadi, kemarin kau pergi mengunjungi ibumu? Kenapa kau tidak
berpamitan denganku? Tahukah kamu aku sangat mengkhawatirkanmu kemarin,
ponselmu juga tidak bisa dihubungi.” Ujar Jinyoung.
“maafkan aku, aku
tidak ingin mengganggu waktumu bersama ibumu. Jadi aku pergi tanpa berpamitan.
Dan sepertinya ponselku mati, karena itu kau tidak bisa menghubungiku.” Jelas Taeyeon.
“memang kalian kemana kemarin? Kalian pergi bersama?” tanya Minho.
“sebenarnya
kemarin ibu Jinyoung…..”
“Taeyeon
kau disuruh mengerjakan tugas dari pak song. Ayo ikut aku, ke kantor guru.”
Potong Jinyoung. Semuanya pun menoleh pada Jinyoung karena tiba – tiba Jinyoung
memotong pembicaraan. “ada apa? Memang bena kanr tadi pak song menyuruhku
mengatakan pada Taeyeon seperti itu.” Kata Jinyoung yang mendapat tatapan dari
teman – temannya. “tunggu apa lagi? Ayo!” perintah Jinyoung yang sudah membawa
buku teman – temannya di tangannya. Taeyeon pun hanya bisa mengikuti Jinyoung.
“tidakkah mereka berdua terlihat aneh?” tanya Minho pada Yubi. “kau benar.”
Jawab Yubi. “sepertinya ada yang mereka sembunyikan dari kita. Aku akan mencari
tahu hal itu.” Kata Minho dengan mantap.
Sedangkan Yubi menatap Minho.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Setelah keluar
dari kantor guru, Jinyoung dan Taeyeon berjalan menyusuri koridor sekolah. Dan
mereka melewati papan pengumuman, tanpa sengaja Taeyeon melihat sebuah
pengumuman yang tertempel disana.
“PENGUMUMAN
KAMPING AKAN DILAKSANAKAN BESOK PADA HARI SABTU MINGGU dan seterusnya. ”
Taeyeon tampak
semangat membacanya. “hwaa, pasti akan menyenangkan bukan Jinyoung?” tanya Taeyeon
pada Jinyoung. Jinyoung hanya diam tidak berkomentar. “kenapa? Ada apa? Kau
tidak senang dengan acara itu?” tanya Taeyeon keheranan. “tadi di kelas juga
sudah disampaikan, semua orang sudah tahu kecuali kamu. Tapi sayangnya aku
tidak bisa ikut.” Kata Jinyoung.
“kenapa? Lalu aku
bagaimana jika kau tidak ikut?” tanya Taeyeon.
“aku harus
menemani ibuku check up, merawat ibuku. Aku tidak mungkin meninggalkannya
sendirian. Dan kau tenang saja, masih ada Yubi dan Minho. Jadi kau tidak akan
sendirian.” Jelas Jinyoung. “tapi tetap saja, tidak akan lengkap kalau tidak
ada kamu.” Timpal Taeyeon.
“baiklah
lain kali aku akan ikut, tapi untuk sabtu besok aku tidak bisa ikut. Maaf.”
Sesal Jinyoung. “aku mengerti, baiklah. Tidak apa – apa, tapi sebagai
syaratnya. Kau harus menjaga ibumu dengan baik ya!” perintah Taeyeon. “hahaha,
siap tuan putri!” balas Jinyoung.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Saat pulang
sekolah, Jinyoung, Taeyeon, Yubi dan Minho berjalan Bersama. Namun saat tiba di
halaman, Minho sudah dijemput jadi dia pulang lebih dulu. Dan dia juga memberi
tumpangan pada Yubi. Jadi kini yang tersisa hanya Jinyoung dan Taeyeon.
Setibanya di
tempat parkir, Jinyoung heran tidak melihat sepeda Taeyeon. “kau tidak membawa
sepedamu?” tanyanya. “tidak.” Jawab Taeyeon dengan entengnya. “kenapa?” tanya Jinyoung
lagi. “karena aku masih belum bisa menaikinya, jadi percuma juga aku
membawanya. Dari pada membuatku jatuh lagi, lebih baik aku tidak membawanya.”
Jelas Taeyeon. “kau bilang, saat perjalan ke rumah sakit kemarin kau naik
sepeda. Itu artinya kau sudah bisa kan?” kata Jinyoung. “aku juga tidak tahu,
mungkin karena terlalu panik kemarin aku jadi asal menaikinya dan sampai di
rumah sakit. Tapi setelah itu, aku gagal lagi menaiki sepeda, aku bahkan
terjatuh lagi.” Jelas Taeyeon lagi. “jadi karena itu kau tidak membawanya? Dan
menyuruhku mengantarmu pulang lagi?” kata Jinyoung. “aku tidak menyuruhmu
sebenarnya, tapi jika kau mau mengantarku aku tidak akan menolaknya. Hehe..”
kata Taeyeon. “kau ini!” kekeh Jinyoung. “ya sudah. Ayo naik.” Perintah Jinyoung.
Dengan senang hati Taeyeon segera naik ke boncengan sepeda Jinyoung.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Di tempat kamping
Semua orang
terlihat bersenang – senang menghabiskan waktu akhir pekan mereka dengan baik.
Begitupun dengan Taeyeon, Yubi dan Minho. Mereka tampak sangat bersemangat
mendirikan tenda. Mereka bekerja sama dengan cukup baik, walau tak jarang pula
kegiatan mereka disertai candaan.
Sedangkan Jinyoung
dirumahnya cukup sibuk merawat ibunya. Hari ini ia sengaja ijin tidak masuk
bekerja karena harus mengantar sang ibu check up. “sudah selesai bu?” tanya Jinyoung
yang sudah menunggu ibunya di luar rumah. “ibu bisa pergi ke rumah sakit
sendiri nak, kenapa kau harus repot – repot mengantar ibu.” Ujar sang ibu Jinyoung.
“ibu, sudah berapa kali ku bilang. Selama masih ada aku, ibu tidak boleh
melakukan sesuatu sendiri. Aku akan melakukan hal itu untuk ibu, karena aku
hanya punya ibu.” Kata Jinyoung.
Ibu Jinyoung
merasa terharu, ia menyentuh pipi Jinyoung. “maafkan ibu nak, karena ibu kau
harus bekerja keras di usia yang masih muda. Seharusnya ibu bisa membuatmu
lebih bahagia.” Kata sang ibu dan air mata sudah mengalir di pipi sang ibu Jinyoung.
“asal ibu selalu sehat dan berada disampingku seperti saat ini, aku sudah bahagia
bu. Tidak ada hal lain di dunia ini yang bisa membuatku bahagia selain berada
disisi ibu.” Balas Jinyoung seraya mengusap air matai bunya. Sedetik kemudian Jinyoung
memeluk ibunya dan ibunya membalasnya dengan hangat.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Setelah menjalani
pemeriksaan, Jinyoung harus pergi mengurusi berkas – berkas ibunya di bagian
resepsionis. Sedangkan ibunya masih berada di ruang dokter. “keadaan anda sudah
semakin membaik, syukurlah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi nyonya.”
Kata sang dokter.
Namun sang dokter
merasa heran dengan pasiennya ini. Tampaknya ia tidak terlalu senang. “nyonya,
anda tidak apa – apa? Apa ada yang mengganggu pikiran anda saat ini?” tanya
sang dokter. “begini dokter, sebenarnya saya ingin tahu siapa yang sudah membiayai
operasi saya dok? Apa dokter benar – benar tidak ingin memberi tahu saya?”
tanya ibu Jinyoung. Dokter itu pun hanya bisa diam dan berpikir sejenak.
“bukannya saya tidak mau memberi tahu anda, tapi ini sudah menjadi rahasia
antara dokter dan orang itu. Orang itu tidak ingin mengungkap identitasnya
nyonya.” Kata sang dokter.
“aku hanya ingin
berterima kasih dokter padanya, meskipun jika saya tidak mengenalnya.
Setidaknya saya bisa menyebut namanya dalam doa saya dokter. Tidak bisakah anda
memberi tahu namanya, saya mohon dokter.” Pinta ibu Jinyoung lagi. Dan
sepertinya sang dokter mulai merasa sedikit luluh. “baiklah saya akan
memberitahukan pada nyonya.” Kata dokter itu.
“orang yang sudah
membiayai biaya operasi nyonya adalah kim Taeyeon.” Kata sang dokter. “kim Taeyeon?
Apa dia masih remaja?” tanya ibu Jinyoung. “benar, sepertinya dia teman putra
nyonya.” Tambah dokter itu.
Sedangkan
di luar ruangan, Jinyoung yang mendengar hal itu merasa terkejut.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Malam harinya di
tempat kamping
Semua murid dan
guru berkumpul melingkari api unggun. Tidak lama kemudian, ponsel Yubi
berdering. Karena keadaan di sekitar api unggun terlalu bising, Yubi berjalan
agak jauh agar bisa mengangkat telfon dengan keadaan yang cukup tenang.
“halo Jinyoung,
ada apa? Kenapa malam – malam kau menelfonku, tidak biasanya.” Tanya Yubi. “apa
kau sedang Bersama Taeyeon?” tanya Jinyoung. “iya, kami semua sedang menikmati
api unggun bersama. Jadi kau menelfonku hanya untuk menanyakan Taeyeon, kenapa
kau tidak menghubungi ponsel Taeyeon langsung?” tanya Yubi.
TUT TUT
“halo,
Jinyoung? Halo? Astaga, aku merasa diperlakukan buruk disini.ckck” decak Yubi. Ia
pun kembali teman – temannya, Minho dan Taeyeon.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Setelah acara api
unggun selesai, Taeyeon memutuskan untuk berjalan – jalan sebentar sebelum
pergi tidur. Minho yang tahu hal itu, ikut menemani Taeyeon karena takut kalau
sesuatu yang buruk terjadi pada Taeyeon.
Mereka berdua
berjalan – jalan tidak jauh dari area kamping itu, karena mereka takut akan
tersesat jika mereka berjalan terlalu jauh. Beberapa saat kemudian, Jinyoung
tiba dan kebetulan sedang menatap Minho dan Taeyeon yang kini tengah berjalan
kearahnya tanpa menyadari kehadiran Jinyoung.
“tidakkah kau
kedinginan?” tanhya Minho. “tidak, jika kau kedinginan kau kembali saja.” Suruh
Taeyeon. Minho menolak namun tidak
mengatakan apa – apa, ia mengedarkan pandangannya ke depan dan mendapati Jinyoung
sudah berdiri di depannya dengan jarak beberapa langkah. “Jinyoung – aa!”
panggil Minho. Taeyeon menoleh ketika Minho menyebutkan nama jinyung. Taeyeon
tersenyum melihat Jinyoung, ia segera menghampiri Jinyoung diikuti Minho
dibelakangnya.
“apa yang
membawamu kesini?” tanya Minho. “Jinyoung – aa, aku senang kau kesini. Tapi
kenapa? Apa ada sesuatu? Katakan padaku!” ujar Taeyeon dengan semangatnya.
“kau! Apa yang kau lakukan huh?” tanya Jinyoung datar, membuat Minho dan Taeyeon
bingung. “aku? Kenapa? Memangnya aku melakukan apa?” tanya Taeyeon. “kau pikir
kau siapa? Kenapa kau melakukan hal itu? Kenapa kau membiayai biaya operasi
ibuku huh? Kau pikir kau siapa? Kau pikir kau hebat? Apa alasanmu melakukan hal
itu? Karena kasihan? Atau apa? Katakan padaku!” marah Jinyoung membuat Taeyeon
sedikit tersentak.
“hei kau tidak
boleh membentaknya! Ini bisa dibicarakan baik – baik, tidak perlu membentaknya
seperti itu.” Sela Minho. Jinyoung menatap Minho tajam. “ada apa? Kau juga mau
marah padaku sekarang?” solot Minho. “aku tidak punya urusan denganmu. Bisakah
kau minggir?” usir Jinyoung. “ch, anak ini sangat menyebalkan!” gumam Minho.
Sedangkan Taeyeon
masih bungkam. Jinyoung mengalihkan pandangannya ke Taeyeon lagi. “kenapa kau diam
saja? Aku datang jauh – jauh kesini untuk meminta penjelasan darimu kim Taeyeon!”
desak Jinyoung. “ayo jawab aku, jangan hanya diam saja! Apa kau meremehkanku
karena aku miskin!” bentak jnyoung lagi. Kali ini Taeyeon sangat tersentak dan
sudah mengalirkan air matanya.
“apa itu yang bisa
kau perbuat? Apa kau hanya bisa menangis?” kata Jinyoung dengan nada mengejek.
“hei kau! Aku tidak bisa membiarkanmu lagi. Ayo kita pergi dari sini, dan
selesaikan ini.” Kata Minho dan hendak menyeret Jinyoung namun tidak jadi,
karena Taeyeon sudah bersuara.
“aku melakukan hal
itu, karena aku peduli padamu. Kau itu teman baikku, aku tidak bisa berdiam
diri melihat seorang temanku dalam kesusahan.” Jawab Taeyeon. “lalu dari mana
kau dapat uang sebanyak itu? Kau tidak mungkin kan meminta pada paman kim?”
tanya Jinyoung lagi.
Taeyeon diam lagi,
“aku tahu, kau menjual sepedamu dan ponselmu. Karena itu kau tidak membawa
sepeda lagi ke sekolah, kau juga sulit dihubungi karena ponselmu juga kau jual.
Benarkan tebakanku?” tebak Jinyoung. Minho sedikit terkejut mendengar hal itu,
sebegitu besarnya kah pengorbanan Taeyeon hanya untuk seorang teman.
“kenapa kau
melakukan hal itu Taeyeon?” tanya Jinyoung lagi dengan nada sudah melembut.
“karena aku menyukaimu Jinyoung, itu kulakukan karena aku menyukaimu.” Jawab Taeyeon
yang membuat Minho semakin terkejut, ia menatap Taeyeon dengan tatapan tidak
percaya. Sedangkan Jinyoung hanya tersenyum miring.
“kau bodoh sekali.
Kau tahu perasaanku, tapi kenapa kau masih menyukaiku?” tanya Jinyoung dengan
nada mengejek. “aku tahu, aku sangat tahu. Di hatimu, dulu, saat ini dan
selamanya hanya akan ada Han Raewoo. Tidak akan
ada sedikitpun ruang untukku dihatimu. Aku sangat tahu hal itu.” Jawab Taeyeon.
“jika kau tahu,
kenapa kau masih menyukaiku?” tanya Jinyoung tegas. “kau sangat tahu betapa
sulitnya menghapus perasaan ini. Kau saja kesulitan menghapus perasaanmu pada Raewoo
yang sudah lama meninggal. Bagaimana
denganku? Yang setiap hari bertemu denganmu, bagaimana bisa aku menghapus
perasaan ini. Sangat sulit, tapi aku masih bisa menahannya. Karena apa? Karena
aku tidak mau pertemanan kita menjadi rusak.” Jelas Taeyeon Panjang lebar.
“aku akan
mengganti uangmu, kau tenang saja. Secepatnya aku akan menggantinya.” Bukannya
membalas penjelasan Taeyeon, Jinyoung malah mengalihkan pertanyaan. Setelah itu
ia pergi begitu saja.
Tangis Taeyeon
pecah sudah ketika Jinyoung berjalan menjauh dan pergi. Minho yang melihat hal itu merasa iba dan sangat ingin memeluk Taeyeon
untuk menenangkannya. Tapi ia ragu, akhirnya ia hanya bisa menyentuh pundak Taeyeon
dan menepuknya pelan. Walau sebenarnya hatinya sakit melihat temannya menangis
seperti ini.
FLASHBACK ON
Saat masih SMP, Taeyeon dan Jinyoung sudah berteman.
Dan satu lagi teman mereka yaitu Han Raewoo. Mereka bertiga berteman sejak
masuk SMP dan sangat dekat.
Pada suatu hari, Jinyoung ingin mengungkapnya
perasaannya pada Raewoo. Taeyeon tahu hal itu, ia merasa sedih, karena
sebenarnya sudah lama ia menyukai Jinyoung. Tapi ternyata Jinyoung menyukai Raewoo.
Taeyeon pun mencoba merelakannya walau sangat sulit.
Akhirnya Taeyeon hanya bisa melihat dari kejauhan Jinyoung
yang sedang menghampiri Raewoo di pinggir jalan. Jinyoung terlihat
menyembunyikan bunga di belakang punggungnya. Sedangkan Raewoo tersenyum
menghampiri Jinyoung pula yang berada di seberang jalan.
Jinyoung semakin bersemangat ketika jarak ia dan Raewoo
begitu dekat, senyum nya kian mengembang.
TIN TIN TIN
Suara klakson membuyarkan senyum Jinyoung. Dan sedetik
kemudian, Jinyoung terkejut melihat tubuh Raewoo yang sudah terpental karena
tertabrak sebuah truk. Jinyoung sangat terkejut, bunga yang ia bawa jatuh
seketika. “Raewoo – aa, Han Raewoo!!” teriak Jinyoung dan segera menghampiri
tubuh Raewoo yang sudah tergelatak di aspal dengan darah yang sudah mengalir
banyak. “Raewoo, bertahanlah. Aku mohon. Aku mohon bertahanlah!” panik Jinyoung
yang kini sudah memangku kepala Raewoo.
Sedangkan Taeyeon juga terkejut yang melihat hal itu
dari kejauhan. Ia segera berlari kearah Jinyoung dan Raewoo.
“apa yang ingin kau katakan? Kau tam..pak berseman.gat
mene..mui..ku?” tanya Raewoo dengan terbata – bata. “aku akan mengatakannya, tapi
kumohon kau harus bertahan. Aku janji akan mengatakannya, jadi kau harus
bertahan eoh!” pinta Jinyoung. “aku …sangat ..sen..ang bi,.sa mengenal..mu.
teri..ma kasih kau.sudah menj..adi temanku” ujar Raewoo seraya tersenyum
sebelum akhirnya ia menutup matanya.
“tidak Raewoo – aa, kau tidak boleh mati. Han Raewoo,
kumohon bangunlah. Han raeowo!!!” teriak Jinyoung. Taeyeon yang baru saja tiba,
merasa kakinya lemah melihat Raewoo yang sudah menutup matanya. “Han Raewoo..tidak
mungkin..” ujarnya seraya membekap mulutnya sendiri.
FLASHBACK OFF
Dalam perjalanan
pulang dari tempat kamping, Jinyoung mengingat kembali masa – masa SMP nya dulu
sebelum Raewoo meninggal. “andaikan waktu itu aku bisa menyelamatkanmu,
andaikan aku bisa berjalan lebih cepat kearahmu. Andaikan aku mengatakan padamu
saat itu tentang perasaanku, andaikan saja waktu itu…” Jinyoung tidak bisa
meneruskan kalimatnya, karena ia merasa buruk. Ia pun hanya bisa menangis.
Namun disampingnya, tiba – tiba seseorang menggenggamnya tangannya dengan hangat,
Jinyoung pun menoleh dan mendapati Raewoo tengah tersenyum padanya.
“Raewoo – aa!”
lirih Jinyoung. “kau datang untuk menemuiku?” tanya Jinyoung. Raewoo
mengangguk. “kenapa kau baru menemuiku sekarang eoh?” tanya Jinyoung dan segera
memeluk Raewoo. Raewoo pun hanya bisa tersenyum dan membalas pelukan Jinyoung
yang hangat.
“kau tahu aku
sangat merindukanmu. Kau tahu betapa menyesalnya aku tidak bisa
menyelamatkanmu. Maafkan aku, sungguh!” sesal Jinyoung.
Raewoo perlahan
melepas pelukannya, dan Jinyoung menatapnya dengan wajah yang sudah hampir
penuh dengan air mata.
“kau tidak perlu
merasa sedih dan bersalah, aku meninggal bukan karena kesalahanmu. Tapi karena
itu memang sudah takdirku. Jadi jangan menyalahkan dirimu sendiri seperti ini.
Aku tidak apa – apa, sungguh aku sudah bahagia saat ini.” Kata Raewoo. “Raewoo
– aa, yang ingin ku katakan waktu itu adalah…..” ujar Jinyoung.
“sebenarnya
aku…….” Entah kenapa ada yang mengganjal dihati Jinyoung yang membuatnya sulit
mengatakan kalau ia menyukai Raewoo. “sebenarnya aku….”
Raewoo tersenyum
dan mengganggam tangan Jinyoung. “aku tahu apa yang ada dipikiranmu saat ini.
Kau tidak bisa bertengkar dengan Taeyeon dan memarahinya begitu saja. Kau harus
pergi minta maaf padanya.” Nasihat Raewoo. “Raewoo aku menyukaimu!” kata Jinyoung
tiba – tiba. Namun setelahnya ia malah merasa buruk.
Sedangkan Raewoo
hanya tersenyum. “benarkah kau menyukaiku? Apa kau yakin” tanya Raewoo
mengetes, dan Jinyoung terlihat gundah sendiri dengan keyakinannya. “baiklah,
sekarang coba tutup matamu. Dan lihat siapa yang akan muncul pertama kali di
benakmu. ” Raewoo pun menutup mata Jinyoung dengan tangannya.
Beberapa
detik menutup matanya, Jinyoung membuka matanya dan melihat Raewoo sudah
berdiri beberapa langkah darinya. Cukup jauh jaraknya dibandingkan sebelum ia menutup matanya. “Raewoo!”
panggil Jinyoung. Namun Raewoo hanya tersenyum. Detik berikutnya, bayangan Raewoo
pun hilang bagaikan angin. Sedangkan Jinyoung masih diam ditempatnya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Setelah acara
kamping selesai, kegiatan sekolah berjalan seperti biasa. Hari ini Taeyeon
duduk termenung di bangkunya. Ia terus menatap bangku Jinyoung yang kosong.
“kemana Jinyoung pergi? Kenapa ia tidak pergi ke sekolah?” itu yang ada
dipikiran Taeyeon saat ini.
Sedangkan Minho
yang duduk di bangku sebaris dengan Taeyeon, menatap Taeyeon yang tengah
menatap bangku Jinyoung.
“Kim Taeyeon –
ssi, kau tahu dimana Jinyoung pergi?” tanya Pak Song. “aku tidak tahu pak.”
Jawab Taeyeon sekenanya. “ada apa dengan anak ini, tidak biasanya dia membolos
seperti ini.” Heran pak Song. “apa kau bertengkar dengan Jinyoung?” tanya pak
song lagi. “apa?” Taeyeon sedikit tersentak dengan pertanyaan gurunya itu.
“kemarin saat kamu telat, dia kutanya juga tidak tahu. Padahal kalian sering
berangkat dan pulang bersama. Aku heran saja kenapa kalian tidak saling tahu
menahu satu sama lain” tambah pak song.
“baiklah, aku
pergi dulu. Jangan lupa kerjakan tugas kalian ya!” pamit pak song pada kelas
itu. “baik pak.” Jawab semua murid. Taeyeon pun hanya bisa mengedarkan
pandangannya ke jendela dekat bangku nya itu. Yubi sempat menoleh pada Taeyeon
sebelum Taeyeon menatap jendela.
…………………………..
Di restoran tempat
Jinyoung bekerja, pemilik restoran merasa heran dengan Jinyoung. Karena tidak
pergi ke sekolah. Saat ditanya tadi, jawaban Jinyoung adalah hari ini tidak
terlalu banyak pelajaran karena sekolahnya baru pergi kamping. Jadi Jinyoung
pergi bekerja saja daripada di sekolah nanti tidak mendapat pelajaran.
Sebenarnya pemilik restoran itu merasa iba pada Jinyoung, melihatnya yang
bekerja keras dari tadi pagi.
‘’’’’’’’’’’’’’
Berhari – hari Jinyoung
tidak masuk sekolah dan lebih memilih bekerja di restoran. Semua guru – guru di
sekolahnya merasa heran, begitu pula teman – temannya.
‘’’’’’’’’’’’’’
“Taeyeon, kau
benar – benar tidak tahu kemana perginya Jinyoung?” tanya Yubi saat mereka
tengah makan siang di kantin. Minho yang mengerti masalahnya menatap Taeyeon,
sepertinya Taeyeon tidak ingin menjawab. Minho pun akhirnya angkat suara. “ah
hoi, jangan membicarakan orang yang tidak ada.” Kata Minho. “kenapa? Apa kau
bertengkar dengannya?” heran Yubi. “bukan seperti itu. Mungkin saat ini Jinyoung
sedang merawat ibunya. Bukankah ibunya baru selesai operasi.” Kata Minho.
“ah
benar juga.” Ujar Yubi. “ah, kenapa kita tidak menjenguk ibunya saja? Hem?”
tawar Yubi. “aku tidak bisa, maaf.” Sahut Taeyeon seraya bangkit dari duduknya
dan pergi begitu saja. “hei Taeyeon, kau mau kemana?” panggil Yubi namun tidak
ditanggapi. “sudahlah, biarkan saja dia. Mungkin dia sedang ada masalah, kau
lanjutkan makanmu saja.” Perintah Minho. Setelah kepergian Taeyeon, keadaan
menjadi hening dan agak kaku antara Yubi dan Minho. Mereka pun melanjutkan
makan mereka tanpa bersuara.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Sepulang sekolah, Taeyeon
pergi ke tempat kerja Jinyoung. Dan menatap Jinyoung dari kejauhan, Jinyoung
tampak sangat kelelahan. Taeyeon merasa bersalah pada Jinyoung. Ia pun
memberanikan diri untuk menghampiri Jinyoung.
Jinyoung yang
tengah mengelap meja, melihat sepasang sepatu. Ia mendongak dan mendapati Taeyeon
tengah menatapnya. “kau kesini untuk menagih uangmu? Maafkan aku, tapi aku
belum bisa mengembalikan sepenuhnya.
Uangku masih belum cukup.” Kata Jinyoung tanpa menatap Taeyeon.
“tidak bisakah kau
melupakan masalah itu, aku tulus membantumu. Aku tidak meminta imbalan apapun
darimu.” Kata Taeyeon berusaha meyakinkan Jinyoung. “tapi karena perasaanmu itu
aku jadi merasa tidak nyaman.” Sahut Jinyoung dengan cepat dan menghentikan kegiatannya
mengelap meja. Jinyoung menatap tajam Taeyeon. “kau merasa tidak nyaman?” tanya
Taeyeon dengan lirih. “eoh, jadi bisakah kau enyah dari hadapanku? Mulai saat
ini, aku tidak ingin menerima bantuan apapun darimu.” Tegas Jinyoung.
“pergilah, karena aku sedang sibuk,” usir Jinyoung lalu meninggalkan Taeyeon
sendirian.
Taeyeon sangat
kecewa dengan sikap Jinyoung, tapi ia bisa mengerti hal itu. Taeyeon pun
mengeluarkan beberapa buku catatannya dan meletakannya di meja yang tadi
dibersihkan Jinyoung. Setelah itu Taeyeon pergi.
Saat baru masuk ke
restoran, pemilik restoran sempat melihat Jinyoung berseteru dengan Taeyeon.
Pemilik restoran itu bertanya apakah dia pacar Jinyoung, tapi Jinyoung
menjawabnya bukan. “lalu kenapa kau bertengkar dengannya? Apa ini alasan mu
tidak masuk sekolah?” tanya pemilik restoran. “tidak, bukan seperti itu. Aku
bekerja karena harus melunasi hutangku untuk biaya operasi ibuku kemarin.”
Jawab Jinyoung. “dan gadis tadi yang sudah membayarkan biaya operasi ibumu?
Gadis itu juga menyukaimu, karena itulah kau merasa tidak nyaman dan ingin
mengganti uangnya?” tebak pemilik restoran itu. Jinyoung terkejut dengan
tebakan pemilik restoran itu, bagaimana bisa pemilik restoran itu menebaknya
dengan benar. “kenapa? Tebakanku benar ya?” ujar pemilik restoran dengan tersenyum
senang karena tebakannya benar.
“dengarkan aku
anak muda, aku ini sudah sangat berpengalaman masalah percintaan. Dan masalah
sepertimu itu, aku sudah pernah mengalaminya juga.” Lanjut pemilik restoran. Jinyoung
pun semakin tertarik dengan arah pembicaraan bosnya itu.
“dengarkan aku ya,
sebenarnya kau bersikap seperti itu padanya bukan tanpa suatu alasan. Kau
bersikap seperti itu padanya dan menjauhinya itu karena kau masih ragu dengan
perasaanmu. Ah bukan, maksutku kau sudah tahu isi hatimu sebenarnya. Kau hanya
merasa tidak pantas dengan gadis itu. Karena itu kau berusaha menampik semua
perasaanmu padanya, namun karena terlalu sulit akhirnya kau mencari – cari
alasan supaya bisa menjauhinya. Benarkan?” kata pemilik restoran dengan Panjang
lebar.
Pemilik
restoran menatap Jinyoung karena tidak menanggapi ucapannya, ternyata Jinyoung
tengah melamun. “ya ampun, jadi dari tadi dia tidak mendengarkanku.ckckk”
pemilik restoran hanya bisa menggeleng – gelengkan kepalanya dan pergi keluar.
Sesaat kemudian dia kembali dan memberikan buku yang dibawa Taeyeon tadi pada Jinyoung.
Ia meletakkan buku itu di meja depan Jinyoung tanpa mengatakan apa – apa. Jinyoung
melihat buku itu dan membukanya, ternyata itu buku catatan pelajaran Taeyeon
selama Jinyoung tidak masuk.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Malam harinya, Jinyoung
pulang dengan menuntun sepedanya. Saat di jalan, ia melihat ayah Taeyeon sedang
duduk di depan mobilnya. Ia pun menghapirinya. “malam paman, kenapa paman
berdiri disini? Siapa yang paman tunggu?” tanya Jinyoung.
“ah Jinyoung
ternyata kau. Paman tidak sedang menunggu siapa – siapa. Paman hanya sedang
memikirkan sesuatu saja. ” jawab ayah Taeyeon. “apa itu kalau boleh tahu?”
tanya Jinyoung. Ayah Taeyeon menatap Jinyoung. “begini, aku rasa belakangan ini
sikap Taeyeon sangat aneh. Tidakkah kau merasakannya?” ujar ayah Taeyeon.
“kurasa tidak.” Bohong Jinyoung, karena ia tahu sebenarnya dirinyalah yang
membuat sikap Taeyeon menjadi aneh. “memangnya dia kenapa paman?” tanya Jinyoung.
“belakangan ini
paman tidak bisa menghubungi ponselnya, dan dia selalu bilang kalau ponselnya
mati. Ini tidak sekali atau dua kali, bahkan sudah hampir dua minggu ini dan dia
jawabannya selalu sama. ‘karena ponselnya mati’. Tidakkah ini sangat aneh? Apa
setiap hari ponsenya mati. Paman benar – benar heran.” Jelas ayah Taeyeon. “dan
sepertinya, aku juga tidak pernah melihat sepeda Taeyeon di halaman. Setiap
kali kutanya dimana sepedanya, dia menjawab kalau ia meletakkan sepedanya di
rumahmu. Karena sepedamu sedang rusak. Itu yang dia katakan.” Tambah ayah Taeyeon.
“tapi kurasa itu tidak benar, kulihat sepedamu tidak apa – apa.” Tambah ayah Taeyeon
seraya menatap sepeda Jinyoung.
Jinyoung merasa
tidak enak pada ayah Taeyeon, ia pun menjelaskan semuanya. Menjelaskan pada
ayah Taeyeon, kalau Taeyeon sudah menjual ponsel dan sepedanya utnuk biaya
operasi ibu Jinyoung. Jinyoung meminta maaf pada ayah Taeyeon, karena Jinyoung Taeyeon
jadi menjual sepeda dan ponselnya. Tapi Jinyoung berjanji kalau ia akan segera
mengembalikan uang Taeyeon.
Setelah mendengar
penuuturan dari Jinyoung, ayah Taeyeon diam dan hanya menatap Jinyoung. Jinyoung
merasa sangat bersalah.
“aku tahu, aku
memang tidak pantas dimaafkan paman.” Kata Jinyoung merendah. “hei” panggil
ayah Taeyeon pada Jinyoung seraya memegang kedua pundak Jinyoung. Jinyoung pun
menatap ayah Taeyeon.
“jika aku jadi Taeyeon,
aku juga akan melakukan hal yang sama sepertinya. Membayarkan biaya operasi
ibumu. Dan aku tidak akan meminta imbalan apapun. Tapi kau salah kalau meminta
maaf padaku. Kau seharusnya meminta maaf pada Taeyeon, bukan pada paman.” Ujar
ayah Taeyeon.
Jinyoung terdiam,
“aku tahu kau mungkin merasa tidak nyaman dengan sikap baik Taeyeon. Baiklah,
begini saja. Anggap saja itu uang dari paman, dan paman akan mengganti ponsel
dan sepeda Taeyeon dengan yang baru. Apa kau mau seperti itu? Kau tidak perlu
menggantinya pada paman. Anggap saja itu sebagai bayaranmu karena telah menjaga
Taeyeon selama paman sibuk bekerja.” Kata ayah Taeyeon.
“tapi paman…”
“tidak ada tapi –
tapian, pokoknya seperti itu saja. Sekarang kau temui Taeyeon dan minta maaf
padanya. Kau mengerti!” perintah ayah Taeyeon. “paman…” Jinyoung begitu
terharu, merasa bersalah juga berterima kasih pada ayah Taeyeon itu. “sudah,
tidak apa – apa.” Ujar ayah Taeyeon. Ayah Taeyeon pun menelfon seseorang, Jinyoung
tidak tahu siapa itu.
“oh bibi, bisakah
kau berikan telefon itu pada Taeyeon.” Suruh ayah Taeyeon pada bibi di rumahnya
yang ternyata mengangkat telfonnya.
“iya ayah ada apa?
Ayah belum pulang?” tanya Taeyeon. “ayah sedang dalam perjalanan pulang nak,
dan ayah bertemu Jinyoung. Dia bilang kalau besok pagi dia ingin menemuimu. Dia
akan menunggumu di taman.” Kata ayah Taeyeon membuat Jinyoung membulatkan
matanya. Ayah Taeyeon memberi aba – aba pada Jinyoung untuk diam saja.
“kenapa dia bilang
pada ayah?” tanya Taeyeon. “tentu saja karena ponselmu tidak bisa dihubungikan.
Apalagi. Sudah ya, ayah akan segera pulang. Jangan lupa besok di taman, jangan
sampai telat. Jinyoung bilang kalau kau telat dia akan menghukummu.” Ayah Taeyeon
pun mengakhiri percakapannya dnegan anaknya itu.
“paman…” lirih Jinyoung.
“sudah malam, sebaiknya kau cepat pulang. Ibumu pasti sudah menunggu.” Suruh
ayah Taeyeon. Jinyoung tersenyum dan sedikit menunduk pada ayah Taeyeon.
“terima kasih paman, kalau begitu aku pergi dulu. Selamat malam paman.” Pamit Jinyoung.
ayah Taeyeon terssenyum melihat kepergian Jinyoung.
Ayah Taeyeon
merasa senang bisa membantu menyelasaikan masalah anaknya itu, sebenarnya ayah Taeyeon
sudah tahu hal ini beberapa hari yang lalu sejak ia merasa ada yang janggal
dengan anaknya, mulai dari ponselnya tidak bisa dihubungi dan sepedanya tidak
terlihat di halaman. Ayah Taeyeon pun mulai mencari tahu, dan ayah Taeyeon
mengerti alasan dibalik itu semua. Termasuk pertengkaran Jinyoung dan anaknya
itu, karena itulah anaknya terlihat murung akhir – akhir ini. Jadi karena
bertengkar dengan Jinyoung. dan ayah Taeyeon pun akhirnya menunggu Jinyoung
dnegan berpura – pura melamun sendiri di jalan. Ayah Taeyeon tersenyum lagi,
mengingat masalah anaknya sudah selesai. Ia pun memasuki mobil dan mulai
menjalankan mobilnya. Sedangkan Jinyoung yang masih menuntun sepedanya,
terlihat sangat bahagia. Ia mengingat kata – kata pemilik restoran tadi siang,
tentang perasaanya. Dan juga penuturan ayah Taeyeon barusan. Jinyoung pun tidak
sabar untuk menemui Taeyeon besok di taman.
Taeyeon
juga sama seperti Jinyoung, ia senang akhirnya Jinyoung mau menemuinya. Taeyeon
kini Tengah berbaring di tempat tidurnya dan menatap foto nya dirinya, Raewoo
serta Jinyoung di meja dekat tempat tidurnya itu. “apa itu artinya kau akan
memaafkanku Jinyoung – aa?” tanya Taeyeon pada foto itu.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Keesokan harinya,
jinyung sudah menunggu Taeyeon di taman. Ia duduk sendirian di salah bangku
taman itu. Senyum tak pernah lepas di wajah Jinyoung, ia begitu senang dan
bersemangat menunggu kedatangan Taeyeon.
Sedangkan
Taeyeon, yang baru selesai berdandan di depan kaca. Tersenyum lalu segera
bangkit mengambil tasnya dan siap berangkat untuk menemui Jinyoung. namun saat
baru membuka pintu rumahnya, Yubi sudah berdiri didepannya dengan wajah yang
sedih. “Yubi – aa, ada apa?” tanya Taeyeon khawatir.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Kini Taeyeon
berlari dijalanan untuk mencari Minho. Karena kedatangan Yubi tadi adalah
memberitahukan pada Taeyeon bahwa ayah Minho sedang terlibat masalah dengan
pihak kepolosian, Yubi takut terjadi sesuatu dengan Minho. Ia tidak bisa
menemukan Minho, karena itu ia meminta bantuan Taeyeon. Taeyeon pun bergegas
mencari Minho setelah Yubi menunjukkan koran yang isinya tentang skandal ayah Minho.
“bodoh!
Apa yang akan kau lakukan sekarang? Kau tidak boleh melakukan hal – hal yang
bodoh.” Gusar Taeyeon di sela – sela larinya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Akhirnya setelah
cukup lama mencarinya, Taeyeon menemukan Minho tengah berdiri di tepi atap
sekolah. Taeyeon sempat membulatkan matanya karena terkejut. Ia pun segera
berteriak seraya menghampiri Minho. “hei! Apa yang kau lakukan disana huh?” teriak
Taeyeon yang kini sudah berdiri di bawah Minho. Minho menoleh mendengar suara
yang meneriakinya.
Terlihat pipi Minho
basah, matanya agak memerah. “Taeyeon – aa, untuk apa kau disini? Bagaimana
bisa?” tanya Minho heran. Taeyeon naik ke tepi atap agar bisa mensejajarkan
dirinya dengan Minho. “lalu kau sendiri? Apa yang kau lakukan pagi – pagi buta
seperti ini disini? Kau mau melompat dari sini?” bentak Taeyeon.
“jadi kau sudah
tahu ya.” kata Minho seraya memalingkan wajahnya dari Taeyeon. “dengarkan aku Minho!
Kau harus kuat, meskipun ayahmu saat ini dipenjara. Kau tidak boleh berputus
asa seperti ini.” Jelas Taeyeon.
“kau tahu apa sih?
Kau tidak tahu apa – apa tentang keluargaku, kenapa kau bisa berkata seperti
itu dengan mudahnya. Coba kau berada diposisiku saat ini, apa yang akan kau
lakukan jika semua orang terdekatmu mengejekmu karena ayahmu seorang koruptor.
Apa yang akan kau lakukan jika semua orang menjauhimu, huh? Dan kau dikucilkan.
Apa kau akan terima semua itu?” kata Minho dengan lantangnya.
Taeyeon memahami
benar keadaan Minho saat ini. “siapa bilang semua orang menjauhimu? Kau masih
punya kami, Jinyoung, Yubi dan aku. Kau tidak sendiri Minho. Jadi jangan pernah
berpikir kalau kau hidup di dunia ini sendirian.” Kata Taeyeon. Minho sedikit
luluh dengan kata – kata Taeyeon, ia pun menatap Taeyeon.
“jika orang lain
mengucilkanmu, mengejekmu. Kau abaikan saja. Toh bukan kamu yang berbuat salah.
Ayahmu juga belum terbukti melakukan penggelapan dana itu kan? Dan kau bisa
meyakinkan pada mereka semua kalau ayahmu bukanlah pelakunya. Kau harus yakin.”
Tambah Taeyeon. “kau percaya padaku kan?” tanya Taeyeon. Sejenak Minho diam,
membuat Taeyeon sedikit takut. Namun sedetik kemudian, Minho berjalan
mendekatinya dan memeluknya dengan erat.
“terima kasih Taeyeon,
terima kasih karena kau ada untukku saat aku merasa terpuruk seperti ini.” Ujar
Minho.
Taeyeon merasa
lega ia pun menepuk – nepuk punggung Minho. “itulah gunanya seorang teman.
Sekarang kau jangan pernah berpikiran untuk melakukan tindakan yang bodoh lagi
ya!” peringat Taeyeon. “asal kau selalu ada untukku, aku tidak akan melakukan
tindakan yang bodoh.” Sahut Minho. “tentu saja, sudah ku bilang kan. Inilah
gunanya seorang teman. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian. Aku janji.” kata Taeyeon.
Minho melepas pelukannya dan memegang kedua pundak Taeyeon seraya menatapnya
dengan sungguh – sungguh.
“aku tidak main –
main dengan perkataanku Taeyeon – aa, maukah kau tetap berada disampingku
apapun keadaanku?” tanya Minho dengan serius membuat Taeyeon membulatkan matanya.
“Minho – aa!!” lirih Taeyeon.
“aku
mohon! Tidak bisakah kau berada disisiku? Aku ingin kau menjadi sandaranku Taeyeon
– aa.” Pinta Minho lagi. Taeyeon terdiam tidak bisa berkata apa – apa.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Sedangkan di dekat
pintu masuk menuju atap sekolah, Yubi tampak berdiri bersender pada tembok.
Wajahnya begitu sedih, terlihat dipipinya sedikit basah. Sepertinya ia baru
saja menangis.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Di
taman, Jinyoung sudah lama menunggu Taeyeon. Ia melihat ponselnya, dan ternyata
ia sudah menunggu Taeyeon selama 2 jam. Kenapa Taeyeon belum juga datang. Ia
ingin menelfonnya, tapi ia ingat kalau Taeyeon belum mempunyai ponsel yang
baru. “huft” akhirnya Jinyoung pun menunggu Taeyeon lagi, mungkin saja Taeyeon
terjebak macet dijalan, itulah pikir Jinyoung. namun sebenarnya Jinyoung
khawatir jika sesuatu yang buruk terjadi pada Taeyeon. Tapi Jinyoung berusaha
menepis pikiran buruknya dan lebih menunggu Taeyeon.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Kini Taeyeon
berada satu mobil dengan Minho, dengan Minho bersender pada bahu Taeyeon di
kursi penumpang. Mereka naik taxi menuju rumah Minho. Tidak hanya menyenderkan
kepalanya pada bahu Taeyeon, Minho juga menggenggam tangan Taeyeon dengan erat
seolah tidak ingin melepaskannya. Sedangkan Taeyeon hanya bisa melihat keluar
kaca, ia memikirkan Jinyoung. pasti saat ini Jinyoung sedang menunggunya. Taeyeon
jadi merasa bersalah pada Jinyoung. ‘maafkan aku Jinyoung.’ batin Taeyeon.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Keesokan harinya, Jinyoung
yang tengah menuntun sepedanya dan sudah berada diujung jalan. Ia berjalan
dengan santai seraya menuntun sepedanya. Ia menatap rumah Taeyeon yang sebentar
lagi akan ia lewati. Namun Jinyoung menghentikan langkahnya ketika melihat
mobil Minho berhenti didepan rumah Taeyeon. Dan tidak lama setelah itu, Taeyeon
keluar lalu masuk mobil yang sama dengan Minho. Jinyoung menatap Taeyeon namun Taeyeon
sepertinya tidak melihatnya. Dan yang Jinyoung tangkap dari wajah Taeyeon itu
memancarkan aura kebahagiaan.
Jinyoung
tersenyum kecil, lalu menaiki sepedanya dan berangkat menuju ke sekolahnya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Saat tiba
disekolah. Beberapa murid mulai membicarakan Minho ketika melihat Minho. Taeyeon
yang mengerti akan hal itu, mengganggam tangan Minho dengan hangat agar Minho
tidak terpancing dan melakukan tindakan bodoh lagi. Minho menatap Taeyeon
seraya tersenyum kecil. Taeyeon membalasnya dengan senyuman yang hangat. Lalu
mereka pun berjalan menuju kelas XI – 4.
Di halaman
sekolah, tampak Yubi tengah berjalan kaki. Jinyoung yang melihatnya segera
turun dari sepedanya dan menemani Yubi jalan kaki. “kau sendirian Yubi?” tanya Jinyoung.
“aku memang selalu berangkat sendiri kan dari dulu.” Jawab Yubi. “ah kau benar
juga.” Timpal Jinyoung. “tapi biasanya kau berangkat bersama Minho bukan?”
tanya Jinyoung kembali. “tidak, mungkin jika bertemu dijalan saja.” Jawab Yubi.
“ah aku baru ingat. Tadi kan Minho berangkat bersama Taeyeon.” Ujar Jinyoung
membuat Yubi menoleh padanya.
“mereka berangkat bersama?”
tanya Yubi. “emm, tadi aku melihat Minho menjemput Taeyeon dirumahnya.” Jawab Jinyoung.
“sepertinya mereka berdua tampak lebih
dekat ya” tambah Jinyoung. “kurasa mereka memang sudah dekat.”
Yubi dan Jinyoung
melanjutkan percakapan mereka kembali setelah Jinyoung memarkirkan sepedanya.
Dan kini mereka berdua berjalan menyusuri koridor untuk sampai ke kelas mereka.
“kemarin ku dengar, Minho meminta Taeyeon untuk tetap berada disampingnya
apapun masalahnya.” Lanjut Yubi. “jadi kemarin Taeyeon dan Minho pergi bersama?”
tanya Jinyoung. “kemarin Taeyeon pergi mencari Minho setelah aku meminta
bantuannya. Kau tahu kan masalah yang sedang dihadapi ayah Minho. Aku khawatir
sesuatu yang buruk yang akan terjadi pada Minho, aku ingin mencarinya tapi
tidak berhasil. Jadi aku meminta bantuan Taeyeon untuk mencarinya.” Jelas Yubi.
‘jadi karena Minho
dia tidak bisa datang menemuiku.’ Batin Jinyoung. saat hendak masuk kelas bersama,
didepan Yubi dan Jinyoung ada Taeyeon dan Minho yang juga akan memasuki kelas.
Mereka berempat saling menatap satu sama lain.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Saat
jam istirahat, Jinyoung dan Yubi makan berdua tanpa Taeyeon dan Minho. Yubi dan
Jinyoung tidak tahu kemana mereka berdua pergi. Jadi Jinyoung dan Yubi pergi ke
kantin berdua saja. Mereka berdua makan dalam keadaan diam dan sibuk pikiran
mereka masing – masing.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Saat pulang
sekolah, Taeyeon keluar dari kelas terakhir sendiri. Dan ia melihat sebuah
kertas jatuh dari bangku Yubi. Karena penasaran ia akhirnya mengambilnya.
Ternyata itu adalah foto Minho dan Yubi waktu mereka masih SMP. Yah, karena
mereka berdua satu SMP.
“mereka
tampak bahagia sekali seperti sepasang kekasih yang baru menjalin hubungan.”
Komentar Taeyeon seraya tersenyum, ia pun memasukkan foto itu ke dalam sakunya
dan meninggalkan kelas.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Malam harinya, Taeyeon
sengaja menunggu Jinyoung di depan rumahnya kerena Jinyoung pasti melewati rumahnya
sepulang bekerja. Taeyeon ingin minta maaf karena dari kemarin ia tidak sempat
meminta maaf, Minho benar – benar tidak mengijinkannya untuk meninggalkannya.
Jadi Taeyeon harus berada disamping Minho selama 2 hari ini.
Akhirnya Taeyeon
memutuskan malam ini akan menunggu Jinyoung disini. Cuaca yang dingin tidak
membuat Taeyeon menyerah. Meskipun ia sudah memakai jaket yang tebal dan shal
juga, tapi tetap saja ia masih merasa kedinginan.
Taeyeon berjalan
kekanan kekiri dan sesekali menengok ke ujung jalan. Berharap seseorang yang ia
tunggu segera muncul. Dan usahanya tidak sia – sia, tidak lama kemudian,
diujung jalan terlihat Jinyoung tengah menuntun sepedanya. Taeyeon tersenyum
melihatnya. Ia pun berdiri di tepi jalan dan tersenyum seraya menunggu Jinyoung.
setelah sampai di depan rumah Taeyeon, Jinyoung berhenti melihat Taeyeon yang
tengah berdiri di depannya.
Jinyoung melewati Taeyeon
begitu saja. “hei, aku sedang menunggumu. Kenapa kau pergi begitu saja
meninggalkanku?” ujar Taeyeon saat Jinyoung melewatinya. Jinyoungpun berhenti
tanpa menoleh pada Taeyeon.
“aku tahu kau
pasti marah padaku karena tidak datang menemuimu waktu itu, dan aku minta maaf.
Sungguh, sebenarnya aku ingin menemui waktu itu, tapi…”
“tapi pada
akhirnya kau lebih mengkhawatirkan Minho daripada aku, kau lebih memilih
menemui Minho daripada menemuiku.” Balas Jinyoung yang masih tanpa menatap Taeyeon.
Taeyeon yang geram pun berjalan kea rah depan Jinyoung agar bisa menatap Jinyoung.
“kau marah? Sejak
kapan kau bersikap kekanak – kanakan seperti ini. Kau tahu masalah yang
dihadapi Minho saat itu, tentu saja aku sebagai temannya merasa khawatir.”
Jelas Taeyeon.
“maafkan aku, tapi
aku hanya memberimu sebuah kesempatan. Dan kau sudah menyia – nyiakannya.
Maafkan aku, tapi aku Lelah.” Jinyoung pun meneruskan kembali jalannya namun Taeyeon
menangkap lengannya dan membuatnya berhenti.
“apa kau
menungguku lama?” tanya Taeyeon. “apa aku bodoh? Waktuku begitu berharga, untuk
apa menunggumu. Aku harus pergi bekerja, dan juga menjaga ibuku. Untuk apa aku
menunggu orang yang jelas – jelas tidak akan mendatangiku.” Jawab Jinyoung.
Taeyeon
terdiam sesaat, “aku benar – benar menyesal Jinyoung sudah menyia – nyiakan
kesempatan darimu, jadi aku minta maaf.” Taeyeon benar – benar merasa bersalah.
Jinyoung pun melepaskan tangan Taeyeon dari lengannya, “pergilah! Kau bilang Minho
lebih membutuhkanmu. Pergi dan jaga Minho dengan baik, tetaplah disamping Minho
apapun yang terjadi.” Kata Jinyoung setelah itu ia pergi meninggalkan Taeyeon.
Mendengar pernyataan Jinyoung barusan, membuat mata Taeyeon penuh dengan air
mata, dan sedetik kemudian air matanya mengalir dengan deras bak air terjun
yang terus mengalir tanpa henti. Ia bahkan tidak bisa melihat dengan jelas
punggung Jinyoung karena air matanya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Keesokan harinya, Jinyoung
tengah makan siang bersama dengan Yubi. Jinyoung sedikit heran dengan sikap Yubi.
Kenapa dari tadi dia diam saja, ini tidak seperti Yubi yang ia kenal. Ia
menatap lekat – lekat Yubi yang tengah mengaduk – aduk makanannya tanpa berniat
memakannya.
“kau tidak apa –
apa Yubi?” tanya Jinyoung. Yubi menatap Jinyoung. “aku tidak apa – apa,
kenapa?” tanya balik Yubi. “tidak, hanya saja kau dari tadi diam seperti ini.
Apa kau sedang sakit?” tanya lagi Jinyoung. “memangnya aku setiap hari berisik
begitu? Bukankah aku memang sering diam seperti ini.” Jawab Yubi. “iya sih,
tapi tidak biasanya kau diam dan murung seperti ini.” Lanjut Jinyoung. “lalu
aku harus bagaimana?” tanya Yubi. “apa?” tanya Jinyoung. Yubi mengalihkan
pandangannya pada Taeyeon dan Minho yang kini makan di ujung bangku yang agak
jauh dengannya dan Jinyoung. Jinyoung mengikuti padangan Yubi, ia jadi kesal. Ia
pun bangkit dan segera pergi dari kantin itu.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Pulang
sekolah Yubi berjalan seorang diri, langkahnya yang santai membawanya ke sebuah
taman bermain. Sebelum memasuki taman itu, Yubi diam sejenak dan menatap
seluruh isi taman itu. Tatapannya menyiratkan sebuah kesedihan yang mendalam.
Namun ia tidak mau semakin terlarut dengan kesedihannya, Yubi pun segera
memasuki taman itu. Dan berkeliling – keliling ke taman itu tanpa menaiki satu
pun wahana disana. Ia juga tidak bermain permainan yang ada disana, ia hanya
berjalan dan berjalan mengelilingi taman itu, walaupun sesekali ia berhenti di
salah satu wahana dan menatap wahana itu beberapa menit. Terkadang Yubi hanya
tersenyum kecut lalu ia pergi begitu saja.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Beberapa hari
setelah itu, Taeyeon dan Minho sering pergi bersama dan mereka tidak lagi
bermain dengan Jinyoung dan Yubi. Seperti saat ini, Taeyeon dan Minho sedang
jalan – jalan menghabiskan akhir pekan bersama. Mereka berdua berjalan
berdampingan di trotoar.
“ah iya aku baru
ingat!” ujar Taeyeon tiba – tiba membuat Minho menoleh padanya, “apa?” tanya Minho
penasaran dan melihat Taeyeon tampak sedang mencari sesuatu di dalam tasnya. “ini.”
Taeyeon memberikan foto yang ia temukan dari meja Yubi pada Minho. Minho
menerimanya. “darimana kau mendapatkan ini?” tanya Minho yang masih menatap
foto itu.
“aku menemukan
foto itu jatuh dari bangku Yubi. Dan hei, ternyata kau sangat dekat ya dengan Yubi
waktu SMP.” Canda Taeyeon. “siapa bilang. Kami tidak dekat sama sekali, kami
tidak pernah dekat satu sama lain.” Jawab Minho. “pembohong!” kata Taeyeon
membuat Minho menatapnya. “aku sudah tahu semuanya, aku sudah tahu ceritamu dan
Yubi waktu SMP dulu.” Tambah Taeyeon. “darimana kau tahu?” tanya Minho.
“dari Hyuli,
bukankah dia juga satu SMP denganmu dan Yubi waktu itu?” tanya Taeyeon. “Hyuli
itu tidak pernah dekat denganku dan Yubi, bagaimana bisa dia tahu masalahku dan
Yubi. Dengarkan aku ya Taeyeon, sekali ku bilang tidak ya tidak. Aku sama
sekali tidak dekat dengan Lee Yubi. Apa kau mengerti? Dan jangan bahas masalah
ini lagi.” tegas Minho seraya berjalan lebih dulu.
“ah
sayang sekali, padahal aku ingin memberitahumu alasan Yubi meninggalkanmu waktu
itu.” Ujar Taeyeon dan berhasil membuat Minho menghentikan langkahnya. “Hyuli
memang tidak dekat dengan kalian, tapi Hyuli tahu alasan kenapa Yubi
meninggalkanmu.” Tambah Taeyeon seraya berjalan dan berhenti di depan Minho.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Di jalan yang
berbeda, Yubi baru saja membeli beberapa makanan dan keperluannya di
minimarket. Kini Yubi menenteng sekantong kresek dan menyusuri trotoar menuju
rumahnya. Cuaca tidak begitu mendukung hari ini, Yubi melihat langit yang
begitu mendung. Ia pun mempercepat jalannya agar bisa segera sampai rumah
sebelum hujan turun.
Dan saat tiba di
persimpangan lampu merah, Yubi menunggu lampu hijau untuk pejalan kaki menyala
agar bisa segera menyeberang. Saat sedang menunggu, samar – samar Yubi melihat
seorang ibu – ibu tengah berbincang – bincang dengan ponselnya di tepi jalan.
Dan dia mengenalnya, itu adalah ibu Minho. Yubi membulatkan matanya ketika
melihat dari ujung jalan ada sebuah mobil yang sedang melaju dengan kencang.
Karena terlalu
panik, Yubi menjatuhkan kantong kreseknya dan berlari menuju tempat ibu Minho
berdiri. “bibi awas!” teriak Yubi dan segera menarik lengan ibu Minho menuju
pinggiran agar terhindar dari mobil yang melaju kencang tadi.
Usaha Yubi
berhasil, ia dan ibu Minho selamat dari mobil tadi. Ia segera berdiri dan
melihat keadaan ibu Minho. Kenapa ibu Minho diam saja dan menutup matanya.
Karena panik, Yubi mencoba mengguncang – guncangkan tubuh ibu Minho dengan
pelan. “bibi, bangun bi. Bibi tidak apa – apa kan? Bibi.” Panggil Yubi, Yubi
mencoba mengangkat kepala ibu Minho untuk ia pangku. Namun baru saja
memegangnya, Yubi terkejut ketika melihat darah di tangannya. “bibi kau bisa
mendengarku? Bibi kumohon bertahanlah bi! Semuanya tolong panggilkan ambulans!”
kata Yubi dengan panik ketika beberapa orang mulai mengerumuninya.
“nyonya!” panggil
salah satu anak buah ibu Minho. “nona Yubi!” panggil orang itu ketika melihat Yubi
tengah memangku kepala ibu Minho di pangkuannya. “paman, tolong bibi. Tolong
segera bawa bibi ke rumah sakit. Cepat sebelum sesuatu yang buruk terjadi pada
bibi.” Perintah Yubi. Anak buah itu pun segera membopong ibu Minho dan memasukkannya
ke dalam ambulans yang kebetulan baru saja datang. Yubi ikut masuk ke dalam
ambulans itu untuk menemani ibu Minho.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Sedangkan Minho,
kini tengah berlari menuju rumah Yubi. Ia berlari dengan kencang untuk segera
bisa menemui Yubi. Sekarang ia tahu alasan Yubi meninggalkannya waktu itu, Taeyeon
sudah menceritakannya semua nya tadi.
FLASHBACK ON
Yubi merupakan murid yang cukup pendiam di SMP, karena
banyak murid – murid lain tidak mau berteman dengannya karena ia dari keluarga
yang kekurangan dan sudah tidak memiliki orang tua. Dan awal Yubi kenal Minho
adalah ketika Minho hendak melompat dari atap sekolah karena orang tua nya
bertengkar. Minho yang saat itu sudah berdiri di tepi atap, dan Yubi yang
tengah duduk di gazebo atap menatap Minho. Yah karena Yubi tidak mempunyai
teman, ia sering menghabiskan waktunya di atap sekolah sendirian, seperti saat
ini. Tapi waktunya menyendiri terganggu oleh kedatangan Minho.
“hei kau!” panggil Yubi. Minho
menoleh karena mendengar suara seseorang. Dan ia melihat Yubi. “siapa kau?”
tanya Minho. “apa yang ingin kau lakukan? Kau ingin melompat dari sini?” tanya Yubi.
Yubi pun mendekati tepi atap dan melihat ke bawah. “melompatlah, gedung ini
tidak cukup tinggi. Kau mungkin tidak akan mati. Mungkin kau hanya akan
mengalami cidera.” Suruh Yubi. Minho mengerutkan keningnya. Minho pun melihat
ke bawah dan memang benar, gedung sekolah ini memang tidak terlalu tinggi
karena hanya terdiri dari 4 lantai. Minho pun jadi agak ragu untuk melompat. Ia
pun menoleh hendak mengomeli Yubi yang ternyata sudah mengejeknya secara tidak
langsung. Namun saat menoleh, ia melihat Yubi sudah pergi. “siapa gadis itu
berani – beraninya dia mengejekku.” Ujar Minho. Setelah mengatakan hal itu,
angin bertiup sangat kencang dan membuat Minho takut karena hendak jatuh, Ia
pun segera turun dari tepi atap sekolah.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Sepulang sekolah, Yubi berjalan kaki karena ia tidak
mempunyai sepeda. Dan karena sebelum pulang sekolah tadi sempat hujan, jalanan
menjadi basah dan terdapat beberapa titik yang tergenang air. Yubi berjalan
dengan penuh hati – hati agar tidak terpeleset.
Namun sebuah mobil melaju di belakang
Yubi dan sengaja menyipratkan genangan air tersebut membuat seragam Yubi basah.
“astaga!” kaget Yubi dan mencoba membersihkan seragamnya dengan tangan. “hei
kau! Apa seragammu basah? Sorry!” ujar Minho dari dalam mobil. Yubi menoleh dan
menatap Minho tidak suka. “bagaimana rasanya di ejek? Tidak enak kan? Makanya
jangan mengejekku, kau kira kau siapa huh?” peringat Minho, setelah itu menutup
kaca mobilnya dan menyuruh sopirnya untuk segera menjalankan mobilnya. Yubi diam
dan sedikit menunduk, lalu tiba – tiba ia tersenyum kecil dan sempat meneteskan
air matanya namun segera ia hapus. “Lee Yubi tidak apa – apa! Kau sudah terbiasa menerima
perlakuan seperti ini, tidak apa – apa.” Kata Yubi berusaha menyemangati
dirinya sendiri.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Keesokan harinya, Minho yang tengah mengantri di
kantin. Tidak sengaja mendengar pembicaran murid – murid lain disekitarnya.
“hei kau tidak ingin berteman dengan Yubi? Atau menjalin hubungan dengannya? Dia
kan cukup cantik.” Celetuk salah seorang murid. “tidak akan, reputasiku bisa
hancur jika dekat dengannya. Dia saja tidak punya teman sama sekali, pendiam
dan dia sangat aneh. Aku tidak mau menjalin hubungan dengan gadis seperti dia,
apalagi berteman. Hih, aku tidak punya pikiran seperti itu sama sekali.” Balas
murid lain.
Minho yang tidak sengaja mendengarnya, sedikit merasa
bersalah pada Yubi karena kemarin sudah membentaknya dan menyipratkan genangan
air ke seragam Yubi. Minho tahu nama Yubi, karena waktu ia memarahi Yubi
kemarin sepulang sekolah, ia sempat membaca nametag Yubi. Setelah mendapatkan
makanannya, Minho pun segera pergi keatap untuk mencari Yubi.
Dan sesuai dugaannya, Yubi berada disana tengah duduk
di gazebo sambil menutup matanya dengan headset di kedua telinganya. Minho
berjalan mendekati Yubi dan memberikan sekotak susu dan sebungkus roti pada Yubi
membuatnya Yubi membuka matanya. Yubi pun melepaskan headset nya juga dan
berdiri seraya mengambil susu dan roti tersebut.
“untuk apa ini?” tanya Yubi. “sudah kau minum saja,
kau pasti belum makan siang bukan? Anggap saja ini sebagai permintaan maafku
atas kejadian kemarin.” Ujar Minho yang berusaha mempertahankan sikap cool nya.
Yubi menatap roti dan susu di tangannya itu, ia pun
mengembalikannya pada Minho. “aku sudah terbiasa dengan hal ini, jadi kau tidak
perlu minta maaf padaku. Duduklah, sepertinya kau ingin melanjutkan aksimu
kemarin yang gagal kan. Maaf jika aku sudah mengganggu, aku akan pergi kalau
begitu.” Yubi pun mengambil ponselnya dan pergi, namun baru membalikkan
badannya, Minho sudah menahan lengannya. “hei kau!”
“kenapa kau seperti ini huh? Pantas saja kau tidak
mempunyai teman satu pun, sikapmu begitu dingin seperti ini. Mana ada yang mau
berteman denganmu kalau kau terus seperti ini.” Celetuk Minho. “kenapa jika
sikapku dingin seperti ini huh? Apa itu mengganggumu? Tidakkan? Aku punya teman
atau tidak itu bukan urusanmu. Urus saja dirimu sendiri murid pindahan. Kau
tidak tahu apa – apa tentangku, jadi diam saja!” ujar Yubi dengan tegas, namun
matanya sudah berkaca – kaca. Saat hendak pergi, lagi – lagi Minho menahan
lengannya.
“apa lagi huh?” teriak Yubi. Namun
sedetik kemudian, Minho menarik lengannya dan membawanya kepelukannya.
"maafkan aku, tapi tidak bisakah kita menjadi teman mulai saat ini! Aku
akan menjadi temanmu yang pertama kan?" kata Minho. Yubi pun menangis
dipelukan Minho, ia begitu tersentuh dengan kata – kata Minho yang ingin
menjadi temannya. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya ada orang yang
mengatakan padanya kalau ia ingin menjadi temannya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Dan sejak saat itulah, pertemanan Yubi dan Minho
dimulai. Kemana – mana, mereka selalu pergi berdua bak sepasang kekasih. Saat
itu salah seorang teman sekelas Yubi dan Minho, Hyuli. Memperhatikan kedekatan Minho
dan Yubi.
Minho selalu menjemput dan mengantar Yubi pulang, saat
jam istirahat mereka akan menghabiskan waktu bersama, tidak diatap sekolah
lagi. Kini mereka sekarang lebih ke tempat – tempat yang ramai, seperti kantin.
Yah, walaupun tidak sedikit yang mencibir mereka berdua. Namun Minho selalu
berusaha meyakinkan Yubi untuk tidak menghiraukan apapun yang dikatakan murid –
murid lain tentangnya maupun Minho. Yubi awalnya sulit untuk mempercayai kata –
kata Minho, namun karena keteguhan Minho akhirnya Yubi percaya dan tidak pernah
menghiraukan apa kata teman – temannya tentang dirinya lagi, yang terpenting
baginya saat ini adalah sudah mempunyai seorang teman seperti Minho itu sudah
cukup.
Hingga suatu hari, ketika ibu Minho datang ke sekolah Minho
karena ada pertemuan orang tua siswa. Dan disana ibu Minho mengetahui kalau
ternyata anaknya tidak mempunyai teman, dan hanya berteman dengan seorang gadis
miskin yang sudah tidak mempunyai orang tua. Mendengar anaknya juga ikut
terkucilkan karena gadis itu, ibu Minho langsung marah dan segera menemui Yubi
diam – diam tanpa sepengetahuan anaknya.
Ibu Minho membawa Yubi ke belakang sekolah. “maaf,
bibi ini siapa ya? kenapa bibi membawaku kesini?” tanya Yubi dengan sopan. “aku
ibunya Minho dan aku ingin berbicara penting denganmu.” Ujar ibu Minho. “ah
jadi anda ibu Minho, apa kabar bi. Saya adalah…”
“tidak perlu mengenalkan siapa dirimu, karena aku
sudah tahu. Kau adalah gadis miskin yang sudah membuat hidup anakku sengsara.”
Tegas ibu Minho. “apa maksut bibi?” tanya Yubi karena tidak mengerti maksutnya.
“karenamu anakku juga ikut dikucilkan disekolah ini,
tahukah kamu siapa itu Minho? Dia itu satu – satunya putra Choi pemilik
perusahaan televise terbesar di negeri ini dan merupakan salah satu donator terbesar
di sekolah ini. Dan dia bergaul dengan gadis sepertimu ini, cih. Aku tidak akan
membiarkannya.” Lanjut ibu Minho.
“permisi bi, tapi Minho tidak merasa keberatan
berteman denganku. Dan dia baik – baik saja dengan hal itu.” Sanggah Yubi.
“benarkah? Kau yakin anakku baik – baik saja dengan hal itu?” tanya ibu Minho
pada Yubi, Yubi diam sejenak. “kau lihat itu! Segerombolan murid – murid yang
sedang bermain basket, dan kau lihat Minho sekarang berada di tepi lapangan
basket hanya melihat anak – anak bodoh itu bermain basket. Kau tahu, padahal Minho
ku itu sangat mencintai basket, dia sangat pandai bermain basket dibandingkan
dengan mereka. Tapi sayangnya dia tidak bisa bermain basket dengan mereka,
karena apa? Karena dia berteman denganmu. Jadi mereka semua juga menjauhi
anakku. Kau tidak lihat tatapan Minho pada bola basket itu, huh?” tanya ibu Minho
seraya menunjuk anaknya yang berada jauh darinya dan kini tengah berdiri di
tepi lapangan.
Yubi terdiam tidak bisa berkutik, benar apa yang
dikatakan ibu Minho. Minho terlihat sangat antusias dengan basket, dan semua
ini karenanya. Karena Minho berteman dengan Yubi, itulah alasan kenapa murid –
murid lain juga menjauhi Minho sama seperti murid – murid lain menjauhinya.
“sekarang, setelah melihat semua dan menyadari
kesalahanmu. Bisakah kau menjauhi Minho?” pinta ibu Minho. Yubi langsung
menatap ibu Minho. “tidak bisa?” tanya ibu Minho. “baiklah, haruskah aku
memohon padamu? Atau apa perlu aku memberimu uang? Benar begitu?” tambah ibu Minho
membuat hati Yubi sakit. “apa menurut bibi semua di dunia ini bisa dibeli
dengan uang?” tanya Yubi yang kini matanya sudah berair.
“tentu saja, karena aku mempunyai segalanya. Jadi aku
bisa membeli apapun dengan uang, tapi sayangnya kau tidak bisa.” Jawab ibu Minho.
“ada satu hal yang tidak bisa dibeli dengan uang, kebahagiaan. Bibi tidak bisa
membeli itu dengan uang.” Balas Yubi. “cih, anak kecil sepertimu tahu apa? Kau
jangan coba – coba menceramahiku ya!” ibu Minho mulai kesal.
“baiklah, langsung saja. Kau mau berapa? 10 juta? 100
juta? Apa masih kurang? Baiklah nanti akan ku tambah asal kau berjanji untuk
menjauhi anakku. Aku tidak mempunyai alasan khusus untuk itu, aku hanya ingin
yang terbaik untuk anakku. Bukankah kau juga setuju kalau Minho – ku bisa
sukses? Ah, jika kau tidak bisa menjauhinya. Maka aku akan mengambil tindakan
tegas, aku akan mengirim anakku ke luar negeri dan menyuruhnya belajar disana
dengan baik. Bagaimana? Kau mau menjauhinya atau kau mau aku mengirim anakku ke
luar negeri?” tanya ibu Minho. Air mata Yubi sudah mengalir, namun ia segera
menghapusnya.
“bibi tidak perlu memberiku uang
sepeserpun padaku, dan bibi tidak perlu khawatir lagi.karena aku akan menjauhi Minho
mulai saat ini juga. Aku akan menjaga jarak dengannya agar ia bisa
berkomunikasi dengan teman – teman lain, dan aku akan membuatnya jauh dariku.
Bibi tidak perlu khawatir.” Tegas Yubi setelah itu ia pergi. Ibu Minho
tersenyum miring mendengar hal itu dari Yubi. Sedangkan seorang teman sekelas Yubi,
Hyuli tidak sengaja mendengar semua hal itu. Ia membekap mulutnya karena tidak
percaya dengan sikap ibu Minho yang terkenal baik dan lemah lembut di depan
televise bisa bersikap seperti itu pada Yubi.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Sepulang sekolah, Minho mencari Yubi namun tidak
ketemu. Ia berlari ke kelas – kelas dan tidak menemuinya. Hingga akhirnya ia
menemukan Yubi tengah berjalan dengan cepat keluar dari gedung sekolah. Minho
tersenyum dan secepat kilat ia mengejar Yubi. Setelah dekat dengan Yubi, Minho
menahan tangan Yubi namun Yubi secepat kilat juga menepis tangan Minho seolah
tahu kalau Minho akan mendatanginya.
“hei ada apa?” tanya Minho. Yubi tidak bergeming dan
tetap berjalan. Minho yang heran dengan sikap Yubi segera mengejar Yubi kembali
dan menahan tangannya dan membuatnya menghadapnya. “Yubi kau tidak apa – apa?
Kenapa sikapmu jadi aneh seperti ini? Apa kau marah padaku? Apa aku melakukan
kesalahan padamu? Baiklah jika iya aku minta maaf.” Kata Minho.
“mulai sekarang tolong menjauhlah dariku.” Kata Yubi
dan membuat Minho bingung.
“tolong menjauhlah dariku, aku ingin kehidupanku
normal seperti dulu, seperti saat aku belum mengenalmu.” Pinta Yubi dengan
tatapan mata yang tulus. “hei, ada apa denganmu? Kenapa kau bersikap seperti
ini? Apa ada orang yang mengatakan padamu hal yang bukan – bukan? Katakan
padaku siapa dia?” desak Minho.
“tidak, aku hanya merasa buruk ketika berada
didekatmu. Kau tahu, aku benar – benar tidak nyaman berada disampingmu, aku
berusaha untuk menahannya sampai saat ini. Berusaha bahagia saat bersamamu.
Tapi aku tidak bisa, aku sudah tidak tahan, jadi mulai saat ini. Mari menjalani
hidup kita masing – masing.” Jelas Yubi dengan sungguh – sungguh. Minho terdiam.
“apa kau sungguh – sungguh?” tanya Minho lirih. Air mata Yubi mulai menetes.
“tentu saja.” Jawab Yubi.
“jika kau sungguh – sungguh, kenapa kau menangis? Kau
berbohong kan? Katakan padaku kalau itu hanyalah kebohongan!” teriak Minho.
“aku menangis karena sulit untuk membuatmu percaya,
aku menangis karena aku sangat tersiksa, tersiksa karena harus terus berpura –
pura bahagia denganmu. Aku benar – benar tersiksa. Tidakkah kau mengerti hal
itu? Jadi bisakah kau menjauh dariku mulai saat ini?” teriak Yubi tidak kalah
emosinya dengan Minho dan hal itu membuat Minho terdiam.
“mulai sekarang, jalani hidupmu sendiri dan jangan
pernah ikut campur pada masalahku. Anggap kita tidak pernah saling mengenal.”
Tambah Yubi sebelum ia pergi meninggalkan Minho yang tengah berdiri di halaman
sekolah dengan perasaan kacau.
Tidak jauh dari sana, Hyuli juga sempat melihat kejadian
Yubi dan Minho bertengkar saat ia akan pulang. Hyuli jadi merasa kasihan, tapi
tidak ada yang bisa yang ia lakukan. Karena jika ia mendekati Yubi, ia sama
saja bunuh diri.
Dan semenjak kejadian itu, Minho menjadi anak yang
pendiam di kelas. Memang Minho mulai berteman dengan teman sekelasnya yang lain
dan bahkan ia bergabung dengan tim basket di sekolahnya. Namun aura nya
terkesan dingin. Sedangkan Yubi, ia kembali pada dirinya sendiri yaitu
menyendiri di atap sekolah dan menjalani sekolahnya tanpa seorang teman.
NB : meskipun sikap
Minho terkesan dingin bahkan jika bertemu dengan Yubi, namun sebenarnya ia
masih peduli pada Yubi. Diam – diam terkadang Minho masih memperhatikan Yubi.
Dan saat SMA, ia sengaja memilih SMA yang sama dengan Yubi agar bisa melihat
Yubi. Ia berusaha dengan kuat untuk bisa berteman dengan Yubi lagi saat SMA.
Tidak mudah memang, namun sepertinya Yubi mulai lelah dan akhirnya sedikit demi
sedikit sikapnya pada Minho sudah mulai berubah dan akhirnya kembali seperti
biasanya. Mereka berteman kembali walau sebenarnya Yubi takut kalau ibu Minho
mengetahui hal ini lagi, ia akan mengirim Minho keluar negeri. Namun Yubi
mencoba berusaha agar tidak ketahuan oleh ibu Minho. Ia berteman dengan Minho
kembali ketika ia sudah berteman dengan Taeyeon dan Jinyoung. Yubi tidak lagi
dikucilkan seperti saat ia masih SMP dulu. Dan dengan bermodalkan itu, akhirnya
Yubi berani untuk berteman kembali dengan Minho.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
FLASHBACK OFF
FLASHBACK ON 1
Minho mengingat beberapa waktu yang lalu ketika ia
memeluk Taeyeon di atap sekolah. Dan mengatakan pada Taeyeon untuk tetap berada
disampingnya. Sebenarnya Minho berharap orang itu adalah Yubi. Ia berharap Yubi
yang datang menghentikannya, ia berharap Yubi datang untuk menghiburnya. Ia
berharap Yubi ada untuknya, ia berharap kata itulah yang ingin dikatakannya
pada Yubi. Namun orang itu adalah Taeyeon, bukan Yubi. Namun Minho tetap
berusaha membayangkan kalau itu adalah Yubi.
FLASHBACK OFF 1
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Minho berlari
dengan kencang ketika ia memflashback kenangannya di SMP bersama Yubi. “Yubi,
aku minta maaf, aku benar – benar tidak mengerti posisimu saat itu. Maafkan
aku. Kumohon!” batin Minho seraya terus berlari. Hingga akhirya ia tiba di
depan rumah Yubi yang minimalis. Saat hendak memasukinya, seorang nenek
tetangga Yubi memanggil Minho.
“hei anak muda!
Apa kau datang mencari Yubi?” tanya nenek itu. “iya nek, Yubi ada di dalam
kan?” tanya Minho. “tidak, dia tidak ada didalam. Dia sudah pergi dari tadi.” Ujar
sang nenek. “pergi kemana nek?” tanya Minho. “aku tidak tahu. Dia kalau pergi
itu kembalinya sangat lama.” Jawab sang nenek lalu pergi meninggalkan Minho.
Minho pun hendak
berlari mencari Yubi kembali, namun ponselnya berdering. Minho melihat layar
ponselnya, ternyata salah satu anak buah ibunya yang menelfon. “ya ada apa?”
kata Minho setelah menggeser layar ponselnya. “……….”
“apa?
Baiklah, aku akan segera kesana.” Minho segera menutup telfonnya ketika
mendapat kabar kalau ibunya mengalami kecelakaan, ia segera pergi ke rumah
sakit untuk mengecek keadaan ibunya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Sesampainya di
rumah sakit, Minho segera menggenggam tangan ibunya yang masih terbaring tak
sadarkan diri. “bagaimana bisa ibu seperti ini? Ceritakan padaku apa yang
sebenarnya terjadi!” kata Minho pada anak buah ibunya. “tadi, nyonya tengah
berdebat dengan Pak Jung rekan bisnis ayah tuan muda. Sepertinya alasan ayah
tuan muda dipenjara karena Pak Jung. Dan ibu tuan muda mencoba mencari bukti
dan bertanya pada Pak Jung. Tapi pak jung sangat licik dan membuat nyonya
marah, nyonya marah – marah pada tuan jung di telfon di tepi jalan raya.
Sepertinya nyonya tidak sadar kalau ada mobil yang melaju kencang di ujung
jalan. Jadi…”
“jadi ibu
tertabrak mobil itu?” tanya Minho. “tidak.” Jawab anak buah ibunya. “tidak
katamu? Bagaimana bisa?” tanya Minho dengan heran. “ada seseorang yang menolong
nyonya tuan muda. Dia adalah nona Yubi. Nona Yubi mendorong nyonya ke tepi
jalan jadi nyonya tidak tertabrak mobil. Tapi sepertinya kepala nyonya
terbentur tepi jalan jadi sampai saat ini nyonya belum sadarkan diri.” Jelas
anak buah ibunya.
“siapa kau bilang
tadi?” tanya Minho. “nona Yubi tuan.”
Jawab anak buah itu. “lalu dimana dia sekarang?” tanya Minho, “sepertinya nona Yubi
juga mendapat luka – luka, dia dirawat di ruang sebelah tuan.” Jawabnya. Tanpa
berbasa basi Minho pun segera pergi ke ruangan sebelah ibunya untuk melihat
keadaan Yubi. Namun setibanya disana, tidak ada seorang pun disana. Minho
khawatir karena Yubi tidak ada, Minho pun segera keluar untuk mencari Yubi, Ia
berkeliling di halaman rumah sakit, di koridor – koridor rumah sakit, namun
tidak menemukan Yubi.
Minho merasa
hampir putus asa tidak bisa menemukan Yubi. Ia sangat frustasi. Namun ia
teringat kalau Yubi suka pergi keatap. Minho menatap atap rumah sakit itu,
benar. Ia belum mencari Yubi kesana. Tidak ada salahnya ia mencari Yubi disana.
Dengan kecepatan penuh Minho berlari menuju atap rumah sakit.
Setibanya disana, Minho
membuka pintu dan berlari seraya meneriaki nama Yubi disana dengan keras. “Lee Yubi
kau dimana?” teriak Minho karena tidak menemukan Yubi juga disana. Tenaga Minho
serasa habis ketika ia tidak berhasil menemukan Yubi. Matanya berkaca- kaca dan
wajahnya sangat kesal, kesal pada dirinya sendiri karena tidak berhasil
menemukan Yubi.
Tiba – tiba sebuah
tangan menepuk pundaknya. “Kau mencariku? Ada apa?” itu suara Yubi, batin Minho.
Minho pun berbalik dan benar. Sesuai dugaannya, itu adalah Yubi. Minho merasa
senang dan lega Ia pun langsung memeluk Yubi dengan erat seolah tidak ingin
melepasnya.
“aku sudah tahu semuanya,
aku sudah tahu alasan kenapa kamu meninggalkanku. Dan aku minta maaf karena aku
tidak bisa berasa disisimu saat itu. Maafkan aku dan ibuku. Kumohon!” pinta Minho
yang masih memeluk Yubi. Yubi merasa pundaknya basah, Minho menangis? Ya Minho
menangis dipundak Yubi.
“aku tidak pernah
marah padamu ataupun pada ibumu, dan aku juga sudah memaafkan kalian. Jadi..”
“ayo temui ibuku,
dan aku akan bilang padanya untuk menyuruhmu agar tidak menjauhiku lagi. Emm,
ayo!” ajak Minho dan melepas pelukannya. Minho menggandeng tangan Yubi dan
mengajak Yubi untuk mengikutinya. Namun Yubi menahannya membuat berbalik. “ada
apa? Ayo temui ibuku.” Ujar Minho. “tidak perlu nak. Karena ibu sudah menyadari
kesalahan ibu dan minta maaf pada Yubi. Sekarang ibu tidak akan memisahkan kalian
lagi.” Ujar ibu Minho yang kini sudah berdiri di belakang Minho.
Minho berbalik dan
sedikit terkejut melihat ibunya. “ibu, kenapa ibu disini? Disini dingin bu, ibu
juga belum pulih sepenuhnya kenapa ibu tidak berbaring di kamar saja.” Khawatir
Minho dan segera memapah ibunya. “ibu tidak apa – apa nak, Yubi – aa kemarilah
nak” panggil ibu Minho pada Yubi. Minho menoleh pada Yubi begitupun dengan Yubi.
“ayo kemari dan bantu bibi kembali ke kamar jika kau memang benar – benar sudah
memaafkan kesalah bibi.” Kata ibu Minho.
Yubi diam sejenak.
“eiy, kenapa kau diam saja? Jadi kau tidak memaafkan bibi ya?” tanya ibu Minho
lagi. Seakan tersadar dari pikirannya, Yubi segera ikut memapah ibu Minho.
“tidak bi, aku sudah memaafkan bibi kok, lagi pula aku tidak marah pada bibi.”
Kata Yubi. Minho menatapnya dan Yubi membalasnya.
“benar
apa katamu nak, kebahagiaan memang tidak bisa dibeli dengan uang.” Ujar ibu Minho.
Dan kini mereka bertiga saling tersenyum.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Sedangkan Taeyeon
kini melanjutkan langkahnya menyusuri trotoar sendiri. “ku harap kau bisa
segera menyelesaikan masalahmu Minho – aa.” Kata Taeyeon. Tiba – tiba turun
hujan. Taeyeon menatap langit, dann mengangkat tangannya. “hujan.” Katanya.
Semua orang disekitarnya terlihat berlari kesana kemari untuk mencari tempat
berteduh, namun Taeyeon tetap berdiri di tengah – tengah hujan. Saat hendak
melangkah, ia melihat tali sepatunya lepas. Ia pun berjongkok dan membenarkan
tali sepatunya.
Saat selesai
membenarkan tali sepatunya, sepasang sepatu ada didepannya dan ia merasa tidak
kehujanan. Taeyeon mendongak, ternyata itu adalah Jinyoung.
“saat orang –
orang tengah mencari tempat berteduh. Kenapa kau malah diam di tengah – tengah
hujan seperti ini huh?” tanya Jinyoung. Taeyeon berdiri dan ia begitu terharu
melihat Jinyoung mendatanginya seperti ini. Apakah itu artinya Jinyoung sudah
tidak marah lagi dengannya?
“kenapa kau
kesini? Kau sudah tidak marah denganku?” tanya Taeyeon. “memangnya kapan aku
marah padamu?” tanya Jinyoung. “saat itu kau bilang, ‘pergilah, jaga Minho dan
selalu disisinya apapun yang terjadi’ kau mengatakan itu padaku. Kau tidak
ingat?” ujar Taeyeon.
“hei, aku
mengatakan hal itu karena aku memahami situasi Minho itu seperti apa. Jadi aku
ingin setidaknya Minho itu punya sandaran, agar Ia merasa tidak sedih dan
sendiri.” Jelas Jinyoung. “benarkah itu?” tanya Taeyeon. “tentu saja.” Jawab Jinyoung.
Taeyeon kini sudah
meneteskan air mata. “Taeyeon – aa, yang ingin ku katakan waktu itu adalah aku
mencintaimu. Jung Jinyoung mencintai Kim Taeyeon. Aku ingin selalu berada
disampingmu, menjagamu dan menjadi sandaranmu.” Kata Jinyoung dengan tulus. Taeyeon
menatap Jinyoung dengan mata yang sudah penuh dengan air mata. “aku benar –
benar menyukaimu Taeyeon. Tidakkah kau ingin mengatakan sesuatu?” tanya Jinyoung.
Taeyeon berusaha mengontrol air matanya, namun sedetik kemudian ia memeluk Jinyoung
dengan erat.
“kenapa
kau begitu terlambat huh?” tanya Taeyeon. “maafkan aku karena datang terlambat,
aku sungguh minta maaf.” Jinyoung membalas pelukan Taeyeon.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Beberapa hari
kemudian.
Ayah Taeyeon
sedang menikmati hari liburnya di ruang tengah dengan membaca koran. Dan ayah Taeyeon
membaca berita tentang ayah Minho. “Taeyeon – aa, kemarilah sebentar. Bukankah
ini ayah temanmu?” panggil ayah Taeyeon.
Taeyeon yang
berada di kamar, baru saja selesai berdandan segera turun menemui ayahnya. “iya
ayah sebentar.” Sahut Taeyeon dari kamarnya. Tidak lama kemudian Taeyeon
menghampiri ayahnya. Ayah Taeyeon melihat anaknya sudah rapi, merasa heran.
“kau rapi sekali, kau mau pergi ya?” tanya ayahnya. Taeyeon tersenyum, “aku
akan pergi jalan – jalan dengan Jinyoung ayah.” Jawab Taeyeon.
“jadi kalian sudah
baikan ya?” tanya ayahnya lagi. Taeyeon tersenyum dan mengangguk. “ah, ada apa
ayah tadi memanggilku?” tanya Taeyeon. “ah iya, ini bacalah ini. Bukankah ini
ayah temanmu? Dia sudah dibebaskan dari penjara karena tidak terbukti melakukan
tindakan korupsi. Dan polisi sudah menemukan pelakunya.” Jelas sang ayah. Taeyeon
membacanya dan benar. Itu adalah ayah Minho, ayah Minho sudah dibebaskan. Taeyeon
senang membacanya.
“ah dan satu hal
lagi.” Kata ayah Taeyeon. Taeyeon menatap ayahnya, “ini” ayah Taeyeon mengambil
sebuah kotak yang ada di meja depannya. “apa ini ayah?” tanya Taeyeon. “buka
saja.” Suruh ayahnya. Taeyeon pun membukanya. Dan didalamnya ada sebuah ponsel
baru dan juga sebuah kunci.
Taeyeon terlalu
terharu, “ayah…..” lirihnya. “maaf ayah baru bisa menggantinya sekarang.” Ujar
sang ayah. Taeyeon pun langsung memeluk ayahnya dan menangis dipelukannya.
“terima kasih ayah, terima kasih banyak” ujar Taeyeon di sela – sela tangisnya.
“sudah jangan
menangis, ayah masih punya sesuatu lagi, ayo ikut ayah.” Ayah Taeyeon
melepaskan pelukan anaknya. Ayahnya keluar rumah diikuti Taeyeon dibelakangnya.
Sesampainya di halaman depan rumah, Taeyeon melihat sebuah sepeda baru. Ayah Taeyeon
mengambil kunci yang dipegang Taeyeon dan membuka kunci sepedanya.
“ini untukmu.
Mulai saat ini, ayah akan sering menghabiskan waktu libur ayah untukmu. Ayah
juga akan mengajarimu naik sepeda.” Kata sang ayah membuat air mata Taeyeon
mengalir kembali. “ayah…” lirih Taeyeon lalu berjalan mendekati ayahnya dengan
pelan yang kini sedang menatap sepeda baru Taeyeon. Taeyeon pun memeluk ayahnya
kembali dari belakang. “ayah kau sungguh yang terbaik, aku sungguh bangga punya
ayah sepertimu, aku bangga dilahirkan sebagai putri ayah.” Ujar Taeyeon. Ayah Taeyeon
tersentuh mendengar penuturan sang anak, ia juga meneteskan air mata.
Sedangkan Jinyoung
yang kini sudah berdiri di dekat pagar, juga terharu melihat Taeyeon dan
ayahnya seperti itu.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Sedangkan
Minho yang baru saja menjemput sang ayah di penjara dan kembali menuju rumah
sakit dimana disana ada Yubi yang menjaga ibunya. Sejak sadar dari kecelakaan
yang menimpanya, ibu Minho menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada Yubi.
Kini Minho dan kedua orang tuanya serta Yubi tampak seperti keluarga. Minho
benar – benar bahagia karena keluarganya sudah berkumpul lagi, dan juga Yubi
yang sudah berada di sampingnya seperti saat ini. Saat – saat seperti inilah
yang selalu Minho inginkan.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Setelah berpamitan
dengan ayah tayeeon, Jinyoung dan Taeyeon pergi mengunjungi pemakaman Han
Raewoo. Setelah itu mereka pergi ke taman bermain. Dan disana sudah ada Yubi
dan Minho yang menunggu.
“sudah lama?”
tanya Jinyoung. “tidak, kami juga baru sampai beberapa menit yang lalu.” Jawab Yubi.
“baiklah, ayo kita pergi.” Kata Minho. “let’s go” sahut Taeyeon. Mereka
berempat pun pergi bersama – sama menghabiskan akhir pekan mereka, mereka pergi
ke taman bermain menaiki berbagai wahana dan bermain banyak permainan disana,
tidak lupa juga mereka berfoto bersama sebagai kenang – kenangan. Yang
terakhir, mereka berempat naik sepeda, Minho dengan Yubi dan Jinyoung dengan
Taeyeon, mereka berempat sama – sama mengayuh sepeda mereka. Dan terkadang
Minho dan Jinyoung yang mengendalikan sepeda masing – masing berlomba – lomba
agar bisa memimpin perjalanan mereka.
The
end
sampai jumpa di FF lainnya.. Thanks .. ;)
maaf jika typo masih bertebaran..
\ !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Tidak ada komentar:
Posting Komentar